⟨10⟩ 'Friend

375 62 45
                                    

Jehan menyusuri koridor sekolah setelah beberapa menit yang lalu bel berbunyi. Berjalan ditemani dengan earphone yang setia menyumpal telinganya serta kedua lengan yang ia masukkan kedalam saku hoodie hitamnya. Tanpa memperdulikan keadaan sekitar ia terus berjalan santai hingga langkahnya terhenti saat dia sampai diparkiran.

Jehan hendak mendekati sepeda miliknya. Namun, tiba-tiba seseorang menabrak dari belakang hingga membuatnya hampir saja terjatuh jika saja ia tidak menahan tubuhnya. Jehan menoleh berang menatap sosok lelaki itu yang tengah meringis sembari mengelus lengannya.

"YA!!! Apa kau tidak punya mata??" Gertaknya tak terima.

Lelaki dengan mata hazel itu menoleh setelah berhenti mengelus lengannya. Jimin menatap Jehan yang tengah menyorot tajam padanya "Maaf aku tidak sengaja"

Jehan mendengus kasar dan memilih membalik tubuh untuk meraih sepedanya. Tapi lagi-lagi suara Jimin menghentikan niatnya "Kau setiap hari menaiki itu?"

Gadis itu diam lantas melirik sinis kearah lelaki tersebut "Bukan urusanmu"

"Aku bertanya santai kenapa kau menjawab sarkas sekali?"

Jehan kembali mendengus sebal, sungguh kenapa dia harus bertemu dengan lelaki ini lagi setelah seharian hanya diuji kesabaran olehnya? dirinya menoleh "Jika pertanyaan anda tidak penting lebih baik segeralah pulang. Anda benar-benar membuang waktu saya" tukasnya lalu mulai meraih sepedanya.

Jimin bungkam ditempat setelah mendengar perintah Jehan yang berbicara begitu formal itu membuatnya semakin dibuat merinding.

Ketika Jehan hendak mengayuh sepedanya, ia terdiam sejenak dan menoleh menatap Jimin "Satu lagi jika kau ingin menjatuhkan seseorang lihatlah dulu faktanya sebelum menyebarkan rahasia hingga membuat rumor busuk kepada semua orang. Terima Kasih" Akhirnya Jehan pergi dari hadapan Jimin.

Meninggalkan lelaki itu dengan tanda tanya besar dalam kepalanya. Jimin menatap punggung gadis itu yang kian menjauh "Apa maksudnya tadi?Menyebarkan rahasia? Rumor??"

Sungguh Jimin tidak paham dengan maksud Jehan barusan. Apa gadis itu tengah memperingatinya? Tapi ia tidak melakukan sesuatu hal yang salah apalagi menyebarkan rahasia?

Dia mengerang seraya mengacak surainya kasar "Apa yang sebenarnya terjadi? Ada apa dengannya?" ia mendengus lelah lantas memilih untuk berjalan mendekati mobil dan mulai pergi menjauh dari area sekolahan.

.

.

.
★★★
.

.

.

Jam menunjukkan pukul sembilan malam dimana kini Jehan tengah berkutat dengan beberapa tumpuk piring kosong didepannya. Ia mencuci dan membasuhnya dengan telaten. Membilas jemarinya saat Arin memberi perintah untuk menyiapkan pesanan.

Kurang lebih sepuluh menit ia habiskan dengan tumpukan piring itu hingga kini bisa duduk dengan lega di kursi dekat meja barista setelah mengantar pesanan tadi. Sejenak Jehan mengelap peluh lalu meneguk segelas air putih hingga habis.

Sebuah tepukan dipundaknya membuat Jehan menoleh "Wae??"

Arin menilik mimik wajah Jehan "Apa kau masih lelah?"

Jehan menggeleng "Tidak, memang kenapa? Ada pesanan?"

"Iya, sebenarnya aku ingin mengantar sendiri tapi sayangnya aku harus membungkus pesanan pelanggan lain" Tunjuknya kearah seorang bapak-bapak.

ETHEREALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang