Hidup dan mati semua orang berada ditangan tuhan, kita manusia tidak akan pernah tau kapan, dimana dan bagaimana kisah hidup kita akan berakhir. Rasa sakit, kasih sayang, kerinduan, perjuangan serta pengorbanan merupakan salah satu hal yang akan menjadi pengiring disetiap langkah kehidupan ini. Kisahmu akan dikenang atau dilupakan tergantung dari apa yang kau lakukan selama ini, seberapa besar dan teguhnya dirimu menjalani setiap duri yang tuhan berikan. Kisah dan sosokmu akan harum dikenang ketika kau meninggalkan sebuah perjuangan besar yang tak akan pernah seorangpun kuat melakukannya.
Seperti halnya gadis itu yang sejak satu jam berdiri menyambut para pelawat yang silih berganti mendatangi rumah duka. Foto dengan bingkai cantik serta segarnya bunga-bunga yang mengelilingi peti putih itu menjadi tempat dimana seorang pahlawan, seorang ayah yang selama ini berjuang dalam diam dan terpaksa harus menodai tangannya dengan menyakiti putri kesayangan. Seorang ayah yang terpaksa berlaku kasar demi mewujudkan kehidupan indah sang putri dari belenggu kegelapan. Kini tujuannya tercapai, impian serta kebebasan telah berhasil ia raih begitu pula dengan waktu yang telah diberikan tuhan untuk beristirahat dengan tenang tanpa merasakan kesakitan serta menambah dosa dalam hidupnya. Ia bebas pergi dengan tenang meninggalkan kehidupan indah nan cerah untuk putrinya.
Tepukan dipundak Jehan membuat dirinya menoleh dan mendapati Bibi Jina tersenyum hangat kearahnya. Dengan tampilan baju sesama hitam wanita yang sudah ia anggap sebagai ibunya itu mengelus bahu dengan kasih sayang "Duduklah sebentar nak kau sejak tadi berdiri terus" ujarnya.
Jehan tersenyum lemah "Tidak masalah Bi aku tidak merasa lelah"
"Tetap saja kau juga belum makan sejak tiba disini." ujarnya "Apa Jimin sempat mengajakmu makan tadi setelah pulang sekolah?" Jina bertanya kembali yang dijawab gelengan kecil serta senyum simpul dari Jehan.
Jina menghela "Kalau begitu makan dulu sebelum kita mengantar ayahmu kepemakaman" ujarnya.
Jehan terdiam sampai beberapa detik kemudian sosok lelaki datang mendekatinya. Jimin berdiri dihadapannya "Jehan ada sesuatu yang ingin kuberikan kepadamu" ujarnya membuat gadis itu menatapnya dengan wajah yang masih nampak sembab. Jimin melirik Jina yang tengah menatap khawatir Jehan serta dirinya. Perlahan ia mengangguk berusaha memberi kode kepada Jina bahwa semua baik-baik saja.
Perlahan Jimin menggenggam telapak tangan halus nan rapuh itu dan menariknya menjauh dari kerumunan. Mereka berdua berjalan kesamping rumah dan berakhir duduk disebuah bangku yang terdapat disebuah taman.
"Apa yang ingin kau berikan?" tanya Jehan seraya menatap lamat Jimin.
Lelaki Ryu itu perlahan mengeluarkan secarik kertas yang terlipat persegi. Ia menyerahkan kertas itu kepada Jehan yang perlahan diterimanya dengan baik. "Itu aku dikasih oleh perawat yang merawat ayahmu ketika dirumah sakit" ujarnya.
Jehan menatap kertas tersebut lantas perlahan mulai membukanya dan mendapati sebuah baris tulisan yang ia kenal, ini surat dari ayahnya. Jehan mulai membaca dengan seksama begitu juga dengan Jimin yang senantiasa bersamanya.
💌Untuk malaikat kecilku
Na JehanHai nak sejujurnya ayah tidak pandai membuat surat tetapi kuharap surat ini masih mampu tersampaikan dan dimengerti dengan baik kepadamu. Nak sejujurnya ayah ingin sekali mengatakan ini langsung kepadamu namun ayah juga tidak tau seberapa banyak tuhan akan memberikan waktu untuk ayah, jadi jika surat ini datang ketanganmu percayalah ayah akan tetap bersamamu, mengawasimu dan melindungimu dari atas.
Hati Jehan bergetar saat ia membaca kalimat yang menyesakkan hatinya.
Jehan mungkin ini kalimat yang pasti muak kamu dengar dari ayah. Ayah minta maaf untuk segala penderitaan serta kekejaman yang telah kau terima dari ayah, maafkan ayahmu ini karena tidak dapat menjagamu dengan baik, merawat dan memberikanmu hari-hari yang indah seperti teman-temanmu. Ayah selalu menyesal setiap malam setiap kali ayah harus melakukan hal yang paling kubenci, jika boleh jujur ayah tidak sanggup menyakiti putri kesayangan ayah sendiri. Ayah merasa menjadi orang paling berdosa dengan kejamnya menyiksamu, peran ayah dari awal sudah gagal dan hancur. Ayah tidak ingin kau menderita namun tangan inilah yang selalu membuatmu menderita. Jehan tolong maafkan ayah ya, maafkan bunda juga karena dia sempat membuatmu tersiksa diusia kecil. Maafkan kami karena gagal menjadi orang tua bagi putri bak malaikat sepertimu.

KAMU SEDANG MEMBACA
ETHEREAL
FanfictionRyu Jimin dipertemukan dengan seorang gadis yang berhasil menghentikan aksi bunuh dirinya. Pertemuan yang tak disengaja tersebut membuat mereka saling mengetahui problematik kehidupan satu sama lain. Dari hal terkecil hingga menguak kebenaran yang s...