Hari ini Rose bangun kesiangan, ini akibat dirinya yang susah sekali untuk memejamkan mata semalam. Bagaimana bisa matanya mau tertutup jika banyak sekali yang ia pikirkan di dalam kepalanya itu. Rose tentu saja masih memikirkan kejadian itu, dari pada pusing memikirkan dirinya sendiri, ia malah lebih pusing memikirkan keadaan si Jeffrey sekarang.
Sekarang bukan saat yang tepat untuk memikirkan alasan dirinya yang susah tidur semalam karena Rose benar-benar sudah terlambat untuk pergi ke Kantor.
Sudah jam 08.30 sekarang, artinya dirinya ini sudah telat setengah jam dari waktu masuk Kantor. Lagian Mamanya ini kenapa juga tidak membangunkan dirinya tadi, huh dasar. Orangtua satu itu memang benar-benar, kalau mengenai uang gajinya saja langsung cepat ingat, giliran dimintai tolong untuk membangunkan dirinya saja tidak pernah ingat. Mamanya itu lebih mengutamakan usaha Salon kecantikannya dari pada repot-repot mengurusi anaknya ini. Sudah kesekian kalinya Rose bangun telat, sampai-sampai pernah mendapat teguran dari atasannya di Kantor karena kelakuannya yang kurang disiplin.
Ngomong-ngomong, Rose akan mendatangi Jeffrey nanti sepulang kerja dari kantor untuk berbicara empat mata dengan anak itu. Untuk menyelesaikan apa yang telah terjadi di antara mereka, agar dirinya tidak terus-terusan terbebani dengan hal ini.
☁️☁️☁️
Rose berjalan dengan tergesa-gesa, matanya melihat keadaan sekitar untuk memantau keadaan di sekelilingya. Merasa aman karena tidak ada orang satu pun yang artinya tidak ada yang melihat dirinya ini sekarang. Buru-buru Rose membuka pagar berwarna hitam dengan tinggi sekitar 2 meter itu, syukur pagar ini tidak dikunci jadi dirinya bisa langsung masuk dan dengan segera menutupnya kembali.
Memang dasarnya Rose kurang beradab, jadi dirinya mengetuk pintu rumah itu seperti orang yang ingin menagih hutang. Baru sebentar tetapi wanita itu sudah mencebikkan bibirnya jengkel karena pintu itu tidak langsung dibuka.
Astaga Rose, memangnya orang yang berada di dalam rumah itu tidak butuh waktu untuk berjalan membuka pintu apa, jika saat mengetuk langsung ingin dibukakan. Memangnya Jeffrey bisa terbang.
Jeffrey yang sedang tertidur pun langsung bangun mendengar suara ketukan pintu dengan keadaan terkejut. Astaga, itu lebih pantas disebut dengan gedoran dibandingkan ketukan. Dengan gerakan cepat ia mengambil baju kaos di lemari dan segera melangkahkan kakinya untuk membuka pintu karena gedoran itu semakin keras. Sepertinya orang yang berada di depan rumahnya itu memiliki tenaga yang tak main-main. Bisa-bisa pintu rumahnya itu akan hancur.
Ceklek
Baru saja pintu itu terbuka, dan mulut Jeffrey masih ternganga karena ingin ngomong tapi tertahan.
"LAMA BANGET SI LO!! ABIS BOKER ATAU NGAPAIN LO? SAMPE LUMUTAN GUE DISINI"
Pembohong, jelas-jelas dirinya disini tidak sampai 5 menit menunggu tetapi sudah berkata sampai lumutan segala.
Jeffrey yang mendengar itu meringis, telinganya sakit diteriaki Rose.
"Sorry Kak, aku baru bangun tidur"
Rose melihat penampilan Jeffrey mulai dari atas hingga ke bawah. Dilihat dari penampilannya sekarang sih anak ini sedang tidak berbohong kepadanya, karena rambutnya sekarang terlihat acak-acakan khas orang bangun tidur, juga dirinya yang terlihat memakai pakaian rumahan dengan kaos polos dan juga celana pendek.
"Oke, sekarang ayok kita masuk! Ada yang mau gue omongin ke lo secara empat mata" ucap Rose dengan ekspresi wajah yang sok serius sambil memperagakan kedua jari telunjuk dan tengahnya di depan matanya kemudian juga mengarahkan ke mata Jeffrey.
Jeffrey yang melihat itu hanya mampu merapatkan bibirnya dan mengangguk kikuk, sebenarnya ia agak takut sekaligus gemas juga dengan kelakuan wanita dihadapannya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ACCIDENT
Fanfiction[COMPLETED] Kalau bukan karena kejadian itu, gak bakal deh gue nikah sama anak kecil. Mana ada anak kecil yang bisa bikin anak? Jeffrey X Rose