2 : Gelisah

6.2K 657 20
                                    

Setelah pulang dari rumah Jeffrey yang berada tepat disebelah rumahnya, Rose segera membersihkan diri dan merebahkan tubuh lelahnya ini diatas kasur.

Sebenarny, dirinya juga masih memikirkan kejadian itu walaupun ia sendiri yang menyuruh anak kecil itu untuk melupakannya, tetapi nyatanya ia sendiri pun tidak bisa melupakannya begitu saja.

Begitu banyak pikiran-pikiran yang ada dikepalanya sekarang, mulai dari bagaimana jika nanti ia hamil, terus bagaimana jika ia stress karena merasa tidak tenang karena selalu mengingat kejadian ini. Dan bagaimana jika nanti anak kecil itu trauma karena ia yang memulai terlebih dahulu dan bertindak ganas diranjang.

ARGHH BODOH!


Bagaimana bisa dirinya seliar itu padahal ini merupakan pengalaman pertamanya. Dan juga, ia merasa berdosa karena telah menodai anak kecil itu, mengingat wajahnya yang diam murung saat sebelum ia pergi tinggalkan tadi.

Andai waktu bisa diulang ia lebih baik bertemu lelaki lain bukan bocah ingusan yang sialnya lagi anak tetangga sebelah rumahnya itu.

☁️☁️☁️

Karena terlalu banyak berpikir, Rose sampai ketiduran. Ia terbangun saat sore hari. Mengucek matanya, lalu turun dari kasur untuk ke lantai bawah mencari makanan. Perutnya sedari tadi keroncongan, dari semalam dirinya ini belum makan. Ini termasuk rekor terlamanya karena tidak menyentuh makanan dalam jangka waktu hampir satu hari.

Saat sedang makan, Rose dikagetkan dengan kedatangan Mamanya yang heboh. Memang orangtuanya satu ini tidak bisa bersikap biasa saja, selalu rempong.

"Lin kamu tau gak, tadi Mama abis liat sesuatu" ucap Mamanya dengan heboh.

Rose yang mendengar hanya memutar bola matanya malas. Pasti Mamanya ini ingin mengajak dirinya bergosip lagi. Huh, kebiasaan.

"Lin kamu dengar gak sih"

Rose masih diam saja, malas untuk merespon ucapan sang Mama.

"Roselin, ini Mama lagi ngomong ya sama kamu"

"Hm apasih Ma?" tanya Rose dengan ogah-ogahan.

"Itu tadi Mama abis liat sesuatu, kamu tau gak apa yang Mama liat?" tanya Mamanya dengan antusias.

"Ya mana aku tau, kan Mama belum bilang"

"Ya kamu tebak dong Lin, masa langsung Mama kasih tau sih. Kan gak seru jadinya"

Rose mulai menghela nafasnya jengah, menyebalkan sekali Mamanya ini.

"Hm apa ya, aku gak tau Ma. Lagi males mikir nih" 

"Kamu ini nyebelin banget Lin, anaknya gak seru buat diajak gosip" cibir Mamanya.

"Emang Mama liat apa?"

"Mama tadi di depan liat anak tetangga sebelah lagi nangis Lin. Lucu banget anak itu pas ketahuan sama Mama dia lagi nangis" kekeh Mamanya.

"Kira-kira kenapa ya Lin tuh anak cowok nangis, malah mukanya sampai merah gitu. Apa diputusin pacarnya kali ya, atau lagi ada masalah di Kampus? Dia gak dibully gitu kan Lin atau mungkin aja dia lagi kena penyakit dalam Lin, aduh Lin kalau beneran ya kasihan banget mana masih muda" cerocos Mamanya yang heboh dengan perkiraannya sendiri.

"Apa kita datangin aja ke sebelah Lin, kita tanya ke dia gitu kenapa. Mama jadi takut deh"

Rose langsung terdiam sejak mendengar perkataan Mamanya dari awal. Dirinya langsung keringat dingin saat tahu Jeffrey menangis.

Apa benar anak itu menangis karena dirinya. Tentang perbuatan mereka semalam.

Apakah ancamannya tadi pagi itu sudah keterlaluan?

Tetapi wajar saja jika dirinya meminta Jeffrey untuk merahasiakan perbuatan mereka itu dari orang lain. Bagaimana pun tidak ada yang boleh tahu tentang hal itu!

Apa mungkin Jeffrey sekarang sedang ketakutan dan bingung hingga membuatnya menangis seperti itu.

Jadi, apa yang harus dirinya lakukan sekarang. Hatinya sangat gelisah karena hal ini.

"Lin" panggil Mamanya sambil menggoyangkan lengannya.

Rose segera tersadar dari pikirannya itu. "Hah apa Ma?"

"Itu gimana si Jeffrey, kasihan loh dia Lin, kayaknya tadi sedih banget. Malah lagi sendirian kan di rumah, Mama takut dia kenapa-napa. Gimana kalau misalnya dia bunuh diri Lin, Mama takut digentayangin ih, kita datangin aja deh Lin" ajak Mamanya dengan raut khawatir.

"Udah deh Ma, paling tuh anak juga gak papa. Mama kayak gak pernah liat orang nangis aja. Lagian tuh anak kan emang cengeng, jadi Mama gak usah heboh gitu" jawab Rose berusaha menormalkan gaya bicaranya yang sebenarnya sedang gugup.

"Yaudah mungkin ini pikiran Mama aja kali yang terlalu jauh. Kamu chat aja dia Lin tanyain gimana keadaannya. Mama jadi gak tenang ini takutnya anak itu beneran kena penyakit dalam lagi. Ntar amit-amit kalau misalnya Jeffrey meninggal kan bisa aja Mama malah dituntut karena gak jalanin amanah titipan orangtuanya"

"Hm iya Ma" Rose menjawab dengan singkat dan segera naik ke atas menuju kamarnya.




Karena hari sudah petang, Rose pergi menutup jendela kamarnya. Matanya melotot melihat Jeffrey yang ternyata juga sedang menatapnya dari seberang sana dengan mata sembab.

Buru-buru dirinya menutup jendela itu.

Astaga, anak itu benar-benar terlihat menyedihkan.

Rose menggigiti jari tangannya yang gemetar. Sebenarnya yang kehilangan keperawanan ini dirinya atau si Jeffrey sih?











Sedikit aku jelasin disini ya, kenapa Jeff dianggap anak kecil disini walaupun dia dah bujang 20 taun tapi kan dia lebih muda dari n
Rose yak, trus kelakuannya disini juga belum mature gitu

Oke sekian terimakasih
Ketemu lagi nanti ya, bye

Rose pas mau tutup jendela, eh ternyata diliatin Jeff

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rose pas mau tutup jendela, eh ternyata diliatin Jeff


-Bel

ACCIDENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang