29 : Move On

4.3K 427 203
                                    

Rose kira ia akan berhenti menjadi budak korporat saat usianya menginjak 30 tahunan.

Tapi nyatanya, setelah Ryu berumur 2 tahun, ia benar-benar berhenti bekerja sebagai budak korporat.

Jalan hidup kedepannya memang tidak ada yang tahu, karena semua sudah ditentukan oleh Tuhan.

Rose melihat kearah jalanan, memuaskan pandangannya ke segala arah, menikmati hari-hari terakhirnya.

Keluarga kecil mereka akan pindah dari Ibukota ini.

Ibukota yang menjadi tempat kelahiran serta perjalanan hidup mereka sampai sekarang.

Rose mengamati jalanan yang dari dulu biasa selalu ia lewati sejak kecil, tempat makan yang sering didatanginya bersama teman-temannya, gedung tempat kerja yang menjadi saksi bisu susah senangnya dalam dunia pekerjaan.

Semua mereka lewati sebagai salam perpisahan sementara.

Mereka harus move on.

Dan sekarang, mereka bertiga ke tempat terkahir yang akan mereka tinggalkan untuk sementara waktu, Makam Papa.

"Halo Pa" salam Rose pada makam
tersebut.

Jeffrey mulai membersihkan rumput-rumput liar yang mulai tumbuh di atas tanah makam itu. Dengan Ryu yang membantunya sedikit.

"Papa lagi apa disana? Roselin harap, Papa selalu bahagia ya disana" Rose mulai berbicara pada makam Papanya, sedikit bercerita tentang kehidupannya sekarang.

Setelah puas menceritakan sedikit kisah hidupnya, Rose mulai membicarakan terkait kepindahannya, ia bermaksud berpamitan dengan sang Papa.

Jeffrey mengusap bahu Rose yang bergetar karena menangis, mau bagaimana lagi, mereka memang harus pindah karena tuntutan pekerjaan Jeffrey.

Ini salah satu langkah mereka ke masa depan.

"Roselin pamit ya Pa, i will miss you" ucap Rose mencium batu nisan Papanya sebagai salam perpisahan, yang kemudian diikuti Ryu sang anak.

Jeffrey menaburkan bunga diatas gundukan tanah itu, dan berdoa untuk Papa mertuanya diatas sana.

☁️☁️☁️

"Lin, ini serius kamu mau pindah? Mama agak sedih sih gak ada yang bisa Mama gangguin lagi, tapi Mama agak seneng juga soalnya gak kamu repotin lagi" ucap Mamanya sambil menghapus air mata yang keluar sedikit.

Rose memeluk Mamanya dengan sedih, walaupun kelakuan Mamanya ini suka bikin geleng-geleng kepala, tetapi tetap saja ia satu-satunya orangtua kandung yang Rose punya sekarang. Ia juga gak rela ninggalin Mamanya sendirian disini.

"Mama serius gak mau ikut aku aja?" tanya Rose meyakinkan. Karena memang dari awal Rose sudah ingin mengajak Mamanya tapi selalu ditolak.

"Gak Lin, Mama disini aja. Lagian ntar kalau Mama ikut kamu, Salon Mama gimana? Mama masih sayang itu Salon ya"

Rose menghembuskan nafasnya pasrah, emang yang dipikirin Mamanya tuh cuma salon aja.

"Ma, nanti kalau--"

"Shhtt, Lin, ntar kalau Mama ikut, kamu sama Jeffrey gak bebas loh"

Rose mengerutkan keningnya bingung, "Mama ngerasa gak enak sama Jeffrey? Ih dia tuh gak papa kali Ma, malah dia yang nyuruh aku terus untuk ajak Mama"

"Ish, bukan gitu Lin maksud Mama. Emangnya sejak kapan juga Mama ngerasa gak enakan ke kamu sama Jeffrey"

"Lah terus maksud Mama?"

ACCIDENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang