Awal Baru [23]

25 2 0
                                    

Satu bulan sudah Gwen belajar mengenai Islam dengan Wardah. Hari pun telah mengetahui jika Gwen memiliki minat dengan Islam, dan ia tak ingin menghalangi anaknya sebagaimana ia menghalangi istrinya dulu. Ia yakin apapun pilihan Gwen nanti, itu pasti sudah ia pikirkan secara matang, bukan hanya sekedar nafsu.

"Pah, Gwen pergi ke rumah tante Wardah dulu ya," ujar Gwen setelah menyelesaikan makannya.

Hari mengangguk membiarkan anaknya melakukan apa yang ia sukai. Baginya tak ada alasan untuk dirinya melarang anaknya itu. Ia telah tumbuh dewasa dan sudah mampu menentukan pilihannya sendiri.

"Kalau kamu memang yakin dengan pilihan kamu, maka tekuni dengan baik. Papah yakin kamu udah berpikir panjang untuk memutuskan semuanya," ujar Hari mengingatkan sang anak.

Gwen pun mengangguk. Ia tahu sebenarnya ada rasa sakit di hati ayahnya saat mengetahui anaknya mempelajari agama lain, sama seperti istrinya dulu. Namun apa daya jika hati yang telah memilih, mungkin ini adalah jalannya.

Setelah berpamitan Gwen pun pergi menuju rumah Wardah diantar oleh supirnya. Sesekali Gwen bertanya pada supirnya seputar Islam, dan dengan antusias sang supir pun menjelaskan apa yang ingin majikannya ketahui.

"Makasih Pak. Bapak pulang aja dulu, nanti kalau sudah selesai saya telepon Bapak," ujar Gwen mendapatkan anggukan dari sang supir.

Setelah pergi Gwen pun melangkah menuju rumah di depannya. Rumah yang sudah selama sebulan lebih menjadi tempatnya bersingah mengenal agama. "Assalamualaikum Bunda."

"Waalaikum," balas yang dimaksud sambil membukakan pintu. "Kamu udah datang?" Tanyanya tak menyangka jika Gwen akan datang sepagi ini.

Gwen hanya tersenyum. Ia tak bisa menyia-nyiakan waktunya jika berhubungan dengan hal yang ia sukai. Oleh sebab itu sekarang ia sudah berada di rumah Fathur sepagi ini.

Wardah mempersilakan Gwen masuk dan meminta Sheza untuk membuatkan minum. "Bunda," panggil Gwen serius. Yang dipanggil pun menatapnya dengan tatapan yang serius pula.

"Aku udah siap."

☁️☁️☁️

Gwen sibuk menata hijab nya di depan cermin. Ai sudah hampir terlambat pergi ke kampus mengingat ia memiliki kelas pagi hari ini. "Sayang! Cepetan siap-siapnya!" Teriak seorang pria dari luar kamar.

"Iya sebentar lagi!" Balas Gwen yang sudah rapi dengan pakaiannya. Ia pun mengambil tote bag nya berlalu menghampiri pria yang telah menunggunya sedari tadi.

"Lama banget sih siap-siapnya, udah tau ada kelas pagi," ujar pria tersebut saat mendapati istrinya telah keluar dari sarangnya.

"Ya maaf. Suruh siapa tadi malem ajak aku nonton drakor, jadi kan kebablasan aku tidurnya," balas Gwen tak ingin kalah.

Pria tersebut pun menghela napasnya, ia tak bisa menang jika harus berdebat dengan istrinya. "Ya udah, ayo!" Ujarnya meninggalkan sang istri yang masih terdiam di ruang tamu.

"Eh tunggu!" Teriak Gwen karena ditinggalkan oleh sang suami. "Alexis Vishal Damopoli! Tunggu!" Teriak Gwen lagi kesal karena Alex terus berjalan tak menghiraukannya.

Kelas mereka telah selesai sejak sepuluh menit yang lalu. Sekarang mereka berniat menuju sebuah kafe yang berada tak jauh dari kampus mereka.

"Alex! Sebelah sini," ujar seseorang melambaikan tangannya dari arah meja yang cukup panjang. Alex membalas lambaian tangan tersebut, dan bergegas menghampirinya.

A Secret [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang