Bintang Malam [11]

36 4 0
                                        

Malam yang begitu indah dengan bintang-bintang yang berhamburan di langit. Semua siswa telah berkumpul di lapangan yang cukup luas untuk melakukan suatu permainan dan bercanda gurau mengisi waktu yang ada.

“Oke, oke. Sekarang waktunya kita jurit malam. Nanti gue bakal keliling dan kalian harus ambil satu kertas di dalam dus yang gue bawa nanti. Di setiap kertas bakal ada nomor, dan itu menunjukkan teman satu kelompok kalian selama kita jurit malam. Mengerti,” ujar Iqbal.

“Ya!” Teriak semua siswa bersemangat.

Iqbal pun mulai berkeliling membagikan nomor pada setiap siswa. “Oke, kalian udah pada dapatkan ya kertasnya. Sekarang kalian bisa buka kertasnya dan berkelompok sesuai angka yang kalian dapat,” ujar Iqbal.

Mereka semua pun mulai membuka kertas mereka masing-masing dan mencocokkan nomor mereka dengan yang lainnya.

“Alex kamu nomor delapan kan,” ujar Caca girang. “Nggak. Alex pasti nomor lima sama kaya gue iya kan,” ujar Bella begitu percaya diri.

Alex menghela napasnya lalu membalikkan kertasnya menunjukkan pada Bella dan juga Caca. “A... gue benar kan, gue satu kelompok sama Alex,” ujar Caca girang. Bella langsung berdecak dan melipat kedua tangannya di depan dada.

“Tapi gue juga satu kelompok sama kalian,” ujar Gwen tersenyum dari belakang Bella dan juga Caca. “Tapi...”

“Delapan. Kalian bisa lihat sendiri kan,” ujar Gwen memperlihatkan kertasnya lalu menarik Alex pergi. Bella dan Caca pun terdiam menganga. “Caca kenapa cuma gue yang nggak satu kelompok sama Alex,” ujar Bella memeluk Caca lalu menangis.

Caca pun mengelus punggung Bella masih terdiam menatapi kepergian Alex dan juga Gwen.

Setelah pergi cukup jauh dari Bella dan Caca Alex langsung melepaskan genggaman tangan Gwen. Spontan Gwen pun langsung menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Alex.

“Kenapa berhenti?” Tanya Gwen. “Lo bisa kan nggak usah pegang-pegang tangan gue. Gue bisa jalan sendiri,” ujar Alex lalu kembali melangkah meninggalkan Gwen.

Gwen menghela napas lalu membalikkan badannya menatap punggung Alex yang semakin menjauh. “Oke, tenang Gwen. Jangan buat Alex kesal lagi,” ujar Gwen lalu tersenyum.

“Gila nggak tuh kita bisa sama nomornya,” ujar Ethan menunjukkan kertasnya yang bernomor empat sama dengan Sheza. “Biasa aja kali,” ujar Sheza pura-pura tak memedulikan.

“Dasar. Masih aja nggak mau mengalah sama gue,” ujar Ethan kesal. “St... cewek selalu benar. Ingat itu,” ujar Sheza sambil tersenyum.

“Cewek juga manusia Sheza.... Pasti ada salahnya,” ujar Ethan membela diri. “Tapi cowok lebih banyak lagi. Udah titik. Nggak bisa diganggu gugat,” ujar Sheza mantap.

Sheza pun tertawa menatap Ethan yang kalah telak berdebat dengannya. Ya Sheza selalu menang saat berdebat, apalagi jika dengan Ethan.

“Za, kamu nomor empat kan?” Tanya Fannya yang baru saja datang. “Iya. Kamu sendiri?” Tanya Sheza balik. Fanny pun memperlihatkan kertasnya sambil tersenyum, “Kita satu kelompok.”

Sheza pun ikut tersenyum. “Senang deh. Akhirnya bisa satu kelompok sama kamu,” ujar Sheza mengingat dirinya dan Fanny belum pernah satu kelompok karena berbeda kelas.

“Oh ya, Fathur masuk kelompok berapa?” Tanya Fanny. “Mas Fathur masuk kelompok delapan. Sekarang dia lagi cari teman satu kelompoknya,” ujar Sheza menjelaskan.

Fanny pun mengangguk  lalu menatap Ethan. “Kamu kelompok berapa?” Tanya Fanny. “Gue?” Tanya Ethan balik. “Iya.”

“Kita satu kelompok. Gue juga kelompok empat kok,” ujar Ethan sambil memperlihatkan kertasnya. “Wah, bagus dong. Nathan juga satu kelompok sama kita,” ujar Fanny girang.

A Secret [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang