Sheza terus berlari mengejar Ethan yang sudah berada jauh di depannya. “Ethan!” Teriak Sheza memanggil Ethan yang semakin cepat larinya.
“Ethan! Tunggu!” Teriak Sheza lagi. Ethan yang samar-samar mendengar pun langsung berhenti dan menengok ke belakang. “Sheza? Lo ngapain di sini?” Tanya Ethan saat Sheza baru saja sampai di hadapannya sambil mengatur napasnya.
Sheza mengulurkan tangannya meminta Ethan untuk menunggunya sampai napasnya kembali normal.
“Ini,” ujar Sheza memberikan tas biola milik Ethan. “Ini kan...”“Tadi ketinggalan di rumah,” ujar Sheza memotong. “Oh, makasih ya. Maaf repotin lo sampai harus lari-lari kaya tadi,” ujar Ethan mengambil alih tas biolanya.
“Gapapa kok. Nggak masalah,” ujar Sheza sambil tersenyum. “Kalau begitu gimana kalau gue traktir lo minum. Lo pasti cape banget kan habis lari-lari kaya tadi.”
“Nggak usah kok. Aku langsung pulang aja, takut bunda cari aku,” ujar Sheza menolak secara halus. “Ayolah, cuma minum kok. Udah nya lo langsungkan bisa langsung pulang,” pinta Ethan.
Sheza tak langsung menjawab, ia masih ragu untuk menerima tawaran dari Ethan. Sekarang pun ia ada di sini karena spontanitas pikirnya. “Ayolah, please.”
Melihat Ethan memohon membuat Sheza langsung menganggukinya walaupun masih ragu. “Nah begitu dong. Ayo beli minum,” ajak Ethan.
“Memang kamu tau di mana tempatnya?” Tanya Sheza. “Oh iya. Lo tau kan di mana tempatnya?” Tanya Ethan membuat Sheza terkekeh lalu menganggukkan kepalanya.
Mereka pun pergi menuju warung dengan Ethan berjalan di depan Sheza. “Kita jalannya harus banget kaya begini?” Tanya Ethan. “Iya,” jawab Sheza singkat. Ethan hanya mengangguk menuruti.
“Eh, ini warungnya,” ujar Sheza karena Ethan terus berjalan melewati warung tersebut. Ethan pun langsung kembali mundur sambil tersenyum, “Gue kira masih jauh.”
Sheza pun tersenyum sambil menggelengkan kepalanya lalu kembali berjalan menuju warung. “Permisi Bu, minumnya dua ya,” ujar Ethan menunjuk pada minuman yang di maksud.
Ibu tersebut pun mengangguk lalu mengambilkan minuman yang dimaksud. “Makasih Bu,” ujar Ethan setelah membayar minumannya.
“Nih,” Ethan memberikan satu botol minuman pada Sheza. Sheza pun menerima botol tersebut lalu berterima kasih. “Kalau begitu aku langsung pulang ya. Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam,” balas Ethan menatapi kepergian Sheza. Ethan pun menghela napasnya lalu kembali berjalan sebelum ia semakin telat untuk latihan musik.
☁️☁️☁️
Sheza merapikan kembali buku-buku yang ia pinjam dari perpustakaan. Ia memasukkan satu persatu buku-buku tersebut ke tempatnya.
“Mau gue bantu?” Tanya Ethan mengagetkan Sheza. “Astagfirullah. Nggak usah, aku bisa sendiri kok,” tolak Sheza halus. Bukannya menuruti Ethan malah mengambil separuh tumpukan buku yang Sheza pinjam lalu mengembalikannya ke tempat asalnya.
“Kamu ngapain?” Tanya Sheza. “Bantu lo beresin bukunya,” ujar Ethan santai. “Tapi...”
“St... tenang aja gue nggak bakal minta balas budi kok ke lo. Kita kan teman,” ujar Ethan memotong. “Iya, tapi...”
“Udah santai aja, nggak usah nggak enakkan kalau sama gue,” ujar Ethan kembali memotong. Sheza menghela napasnya menghampiri Ethan yang berada di balik rak.
“Buku ini yang mau aku pinjam. Buku yang mau aku balikkan ada di atas meja,” ujar Sheza sambil menunjuk ke arah meja di mana biasanya digunakan untuk membaca ataupun mengerjakan tugas saat di perpustakaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Secret [SELESAI]
Teen FictionSetiap orang memiliki kisah hidupnya masing-masing. Begitu pun dengan Gwen dan teman-temannya. Tak ada yang tau apa yang akan terjadi kedepannya karena semua itu adalah rahasia yang akan Tuhan perlihatkan saat waktunya tiba.