Entah perintah dari mana Alex tiba-tiba saja pergi ke toko yang tempo hari ia datangi bersama Gwen. Padahal niat awalnya kembali ke jalan ini untuk mencari bunga sebagai hadiah untuk Gwen nanti.
Alex pun masuk ke dalam toko. Keadaan toko kala itu tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa orang di sana yang sedang memilih-milih pakaian ataupun aksesoris. Alex pun pergi menuju tempat di mana hoodie yang tempo hari Gwen tunjukkan padanya.
Alex pun mengambil dua hoodie berwarna kuning lalu membawanya ke kasir. “Ini saja?” Tanya pegawai toko saat Alex meletakkan hoodie tersebut di atas meja kasir. “Ya,” balas Alex dengan pandangan yang masih fokus melihat layar ponselnya.
Tak ingin membuang banyak waktu Alex pun langsung meninggalkan toko setelah membayar belanjaannya menuju mobilnya yang ia parkirkan tak jauh dari toko.
“Iya Pah, Alex sudah beli hadiah untuk Gwen,” ujar Alex sambil menempelkan teleponnya di telinganya. “Kalau begitu cepat pulang. Nanti malam kita berangkat ke rumah Gwen,” ujar Rey, ayah Alex. “Baiklah.”
Alex langsung memutuskan panggilannya dan memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celananya. Alex berdecak saat menatapi paper bag yang ada di tangan, “Semuanya palsu. Semuanya hanya sandiwara.”☁️☁️☁️
Keluarga Alex disambut begitu ramah ketika mereka tiba di rumah Gwen. Gwen tampak begitu cantik menggunakan dress berwarna biru langit selutut. “Malam Om, Tante,” sapa Gwen pada Rey dan juga Tasya.
“Malam Sayang, kamu kelihatan sangat cantik malam ini,” ujar Tasya memegang pipi Gwen. Malu karena dipuji, pipi Gwen pun mulai berubah menjadi merah. “Makasih Tante,” ujar Gwen sambil tersenyum malu-malu.
Alex yang hanya melihat orang tuanya mulai bersandiwara merasa muak melihat tingkah manis mereka pada Gwen. “Rey, apa kabarmu?” Tanya Hari menjabat tangan Rey. “Selalu baik seperti yang kamu lihat,” ujar Rey sambil tersenyum.
“Ayolah. Ini hanya sandiwara,” gumam Alex malas. “Ayo, ayo kita masuk ke dalam. Kami sudah mempersiapkan semuanya di dalam,” ajak Hari yang langsung diangguki oleh Rey dan juga Tasya.
Hari mempersilakan semuanya duduk lalu meminta bi Sumi membawakan hidangan untuk mereka. “Alex,” panggil Rey berbisik sambil melirik ke arah Gwen. Alex menghela napasnya lalu mengambil paper bag yang sudah ia bawa.
“Gwen, ini hadiah untuk kamu,” ujar Alex berusaha formal sambil memberikan paper bag tersebut pada Gwen. Gwen menerima paper bag tersebut lalu membukannya melihat apa yang Alex berikan padanya.
“Hoodie?” Tanya Gwen. Alex pun berdeham dengan sebuah senyuman yang dipaksakan. “Makasih, aku sangat suka hoodie ini,” ujar Gwen formal namun masih dengan karakternya yang selalu tersenyum.
“Nggak usah berterima kasih, ini sudah menjadi kewajiban aku sebagai calon tunangan kamu kan,” ujar Alex membuat dirinya sendiri jijik mengatakan kalimat tersebut. Gue harap semuanya berakhir, batin Alex.
Gwen memasukkan hoodie nya kembali ke dalam paper bag lalu menaruhnya di sisi kursinya. “Om nggak salah menjadikan kamu sebagai calon menantu om,” ujar Hari membuat Gwen langsung menatap ayahnya malu.
Mereka pun melanjutkan makan malam mereka sambil berbincang tentang pertunangan Gwen dan Alex.
“Alex kamu ajak Gwen pergi luar, mungkin kalian mau mengobrol,” ujar Rey saat mereka telah selesai makan. “Iya, pergilah,” timpal Hari menatap Gwen bahagia. “Baiklah.”
Alex pun beranjak dari meja makan disusul oleh Gwen menuju halaman belakang rumah Gwen. Selama berjalan Alex hanya terdiam sedangnya Gwen menundukkan kepalanya sambil tersenyum.
“Alex,” panggil Gwen. Alex pun menghentikan langkahnya lalu membalikkan badannya menghadap Gwen. “Makasih buat hoodie nya. Gue pikir lo nggak suka sama hoodie itu,” ujar Gwen malu-malu.
“Papah yang suruh gue beli hadiah buat lo. Jadi lo nggak usah ke-PD-an,” ujar Alex menjelaskan. Awalnya Gwen kecewa mendengar jika bukan Alex lah yang berinisiatif untuk memberinya hadiah, namun ia langsung menyingkirkan jauh-jauh pikiran tersebut.
“Tapi itu lo yang beli sendirikan,” ujar Gwen menebak. “Kalau begitu nanti gue bakal beliin lo hoodie yang sama. Biar kita kalau pergi bisa pakai baju yang couple,” ujar Gwen bersemangat.
“Nggak usah, gue udah beli yang sama,” ujar Alex membuat Gwen tak percaya mendengarnya. “Oh ya? Jadi lo beli hoodie nya dua?” Tanya Gwen tak percaya. Alex hanya berdeham sambil mencerna apa yang baru saja ia ucapkan.
Kenapa gue baru sadar kalau gue beli dua hoodie? Buat apa juga hoodie yang satunya? Batin Alex terheran sendiri.
“Lex gue...” Belum selesai bicara jam tangan Gwen sudah berbunyi nyaring seperti biasanya. Gwen langsung memegangi dadanya sambil mengatur napasnya menahan sakit di dadanya. “Ayo masuk. Lo harus istirahat,” ujar Alex tak terlalu peduli.
Baru saja ingin membawanya masuk, Gwen langsung kehilangan kesadarannya. “Gwen, bangun. Gwen,” panggil Alex sambil menepuk-nepuk pipi Gwen. Alex langsung melihat jam tangan Gwen yang masih berbunyi nyaring. Alex langsung menghela napasnya lalu membopong Gwen masuk ke dalam rumah.☁️☁️☁️
Perlahan Gwen mulai membuka matanya. Dinding berwarna putih dan bau obat langsung membuatnya tau di mana dirinya sekarang. “Gwen, kamu sudah sadar,” ujar Hari yang baru saja masuk.
Hari langsung duduk di kursi sebelah ranjang Gwen sambil menggenggam tangan Gwen. “Ada yang sakit?” Tanya Hari memastikan. Gwen menggelengkan kepalanya dengan sebuah senyuman.
Hari menghela napasnya lalu mengangguk dengan sebuah senyuman. “Maaf papah belum bisa kasih kamu perawatan yang paling baik,” ujar Hari menatapi kondisi Gwen saat ini.
“Nggak Pah. Papah selalu kasih yang terbaik buat Gwen. Papah selalu berusaha supaya Gwen sembuh, itu sudah cukup buat Gwen,” ujar Gwen membenarkan. “Tapi kamu...”
“Gwen sudah terbiasa dengan keadaan ini. Jadi Papah nggak usah khawatir,” ujar Gwen berusaha menenangkan ayahnya.
“Papah akan bicara sama dokter Elen dulu. Nanti Alex yang jaga kamu dulu ya,” ujar Hari melepaskan genggaman tangannya. “Alex ada di sini?” Tanya Gwen. “Sejak tadi malam dia tunggu kamu di sini. Sekarang dia lagi ke mini market dulu, kamu tunggu aja sebentar.”
Gwen pun mengangguk menuruti ucapan ayahnya. Ia tak percaya jika Alex menunggunya semalaman di sini. Biasanya Alex hanya berkunjung lalu pulang kembali.
“Oh, lo udah sadar,” ujar Alex saat memasuki ruangan Gwen. Gwen hanya mengangguk untuk menjawab Alex. Ini bagaikan mimpi yang menjadi nyata saat melihat Alex di pagi buta seperti ini ada di sini.
Tak ada obrolan di antara mereka, hanya suara jarum jam dan alat pengukur detak jantung yang terdengar di dalam ruangan tersebut. “Gue pulang dulu. Salam buat om Hari,” ujar Alex beranjak dari sofa yang berada di ruangan tersebut.
“Lo nggak mau tunggu papah balik dulu aja?” Tanya Gwen. “Ada latihan tenis hari ini, gue harus hadir,” ujar Alex lalu pergi begitu saja meninggalkan ruangan Gwen tanpa menunggu persetujuan dari Gwen.
“Memangnya tenis lebih penting apa dibanding gue?” Tanya Gwen sedikit berteriak. Alex yang baru sampai ambang pintu pun langsung membalikkan badannya, “Pasti.”
Gwen menganga menatap Alex yang sudah tak lagi terlihat di ambang pintu. “Jadi tenis lebih penting dibanding gue,” ujar Gwen tak percaya.☁️☁️☁️
Gwen tersenyum saat turun dari mobil. Hari ini ada pertandingan olahraga antara sekolahnya dengan sekolah lainnya yang membuat kegiatan belajar ditiadakan untuk hari ini dan besok.. “Gwen,” panggil Risha sambil berlari ke arah Gwen.
“Iqbal mana?” Tanya Gwen tak mendapati kehadiran Iqbal. “Nggak tau tuh. Paling-paling juga ke kantin,” ujar Risha tak tau. “Eh, ayo kita ke lapang. Sebentar lagi pertandingannya di mulai,” lanjut Risha bersemangat. Spontan Gwen pun langsung mengangguk bersemangat.
Mereka langsung pergi menuju lapangan baseball untuk mendukung Nathan terlebih dahulu setelah itu barulah mereka akan ke lapangan tenis yang tak jauh dari lapang baseball.
Mereka mencari tempat duduk yang masih kosong selagi menunggu Iqbal yang entah menghilang kemana. “3P!” Teriak seorang Siswi membuat siswi lainnya ikut berteriak dan mengerumuni ‘3P’. Bukan hanya siswi dari sekolah mereka saja, melainkan siswi dari seolah lain juga yang termasuk dalam penggemar ‘3P’.
Gwen dan Risha langsung berdiri saat menyadari jika ‘3P’menghampiri mereka. Gwen langsung tersenyum saat Alex tepat berada di hadapannya. “Ikut gue,” ajak Alex sambil menarik tangan Gwen menjauh dari mereka.
Gwen hanya menurut mengikuti Alex sambil tersenyum senang, sedangkan siswi lainnya yang mengidolakan Alex merasa kecewa melihat Alex pergi bersama Gwen.
Risha langsung tersenyum menatap Nathan yang sekarang berdiri di hadapannya. “Hai Nathan,” sapa Risha sambil menyelipkan rambutnya ke belakang telinganya. “Ayo,” ujar Nathan mengajak Ethan untuk kembali berjalan.
Risha menganga saat Nathan melewatinya begitu saja melewatinya. “Sabar ya,” ujar Iqbal tiba-tiba dari belakang Risha. “Ih, semuanya gara-gara lo,” Risha langsung pergi meninggalkan Iqbal kesal. “Lah, kok gue sih? Gue kan cuma suruh dia sabar,” Tanya Iqbal.
“Eh, Ris tunggu!” Teriak Iqbal mengejar Risha yang entah kemana.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Secret [SELESAI]
Ficção AdolescenteSetiap orang memiliki kisah hidupnya masing-masing. Begitu pun dengan Gwen dan teman-temannya. Tak ada yang tau apa yang akan terjadi kedepannya karena semua itu adalah rahasia yang akan Tuhan perlihatkan saat waktunya tiba.