Ajari Aku [21]

29 2 0
                                    

Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Gwen sudah bersiap sedari pagi untuk mengunjungi makam ibunya yang ia yakin tak pernah ada satu pun keluarga yang mengunjunginya. Gwen datang mah, batin Gwen sambil tersenyum.

Setelah selesai sarapan Gwen langsung pergi dengan alasan akan bermain ke rumah Sheza. Tak sepenuhnya bohong bukan? Rumah Fathur pun rumah Sheza dulunya. Setelah mendapatkan izin Gwen pun langsung meminta sopirnya untuk mengantarnya ke rumah yang tempo lalu mereka kunjungi.

“Permisi,” ujar Gwen berharap ia tak mengganggu karena hari masih sangat pagi. Jam sembilan, baginya masih terlalu pagi untuk bertamu namun rasa penasarannya membuat ia tak bisa menunggu lebih lama lagi.

Tak lama pintu pun akhirnya terbuka menampakkan seseorang yang sedang menggunakan kaos hitam dengan celana training nya. “Gwen? Silakan masuk,” ujar Fathur mempersilakan.

Gwen pun mengangguk lalu masuk ke dalam. Tak ia sangka ternyata Wardah sudah menunggunya. Ia sudah berada di ruang tamu menyambutnya dengan senyuman hangat.

“Pagi Tante,” sapa Gwen sopan. “Pagi. Ayo duduk,” balas Wardah mempersilakannya untuk duduk. “Mau minum apa?” Bukan Wardah, melainkan Fathur yang bertanya. “Yang ada aja,” ujar Gwen karena jika Gwen menolak Wardahlah yang akan bertindak.

Fathur pun mengangguk lalu pergi ke dapur meninggalkan kedua wanita tersebut di ruang tamu. “Aku kepagian ya Tante?” Tanya Gwen mengawali pembicaraan. Wardah menggelengkan kepalanya dengan sebuah senyuman.

“Nggak kok, malah tante kira kamu akan datang lebih pagi,” ujar Wardah yang hanya dibalas anggukan dan sebuah senyuman canggung dari Gwen.

“Diminum dulu, maaf cuma ada ini aja,” ujar Fathur menaruh segelas jus. “Makasih,” balas Gwen tak enak. “Bun, Fathur ke kamar sebentar ya. Mau ganti baju dulu,” izin Fathur yang langsung diangguki oleh Wardah.

“Ayo diminum,” ujar Wardah karena Gwen hanya terdiam tak menyentuh minumannya. “Tante....”

“Tante sudah kok tadi. Kamu minum aja, nggak usah sungkan,” ujar Wardah menjelaskan. Gwen pun mengangguk lalu meminum minumannya.

“Pergi sekarang?” Tanya Gwen setelah menghabiskan seperempat dari minumannya. “Tunggu Fathur dulu. Sekalian mau ziarah ke makam suami tante,” ujar Wardah menjelaskan.

Awalnya Gwen risi karena takut Fathur mengetahui kebenaran tentang ibunya dan akan heran ataupun memberi tau yang lainnya di sekolah nanti, namun setelah Wardah menjelaskan jika Fathur tidak akan memberi tau semuanya pada siapa pun dan juga karena Fathur mengenal dan mengetahui maksudnya datang ke sini membuat Gwen lebih tenang.

“Kita pergi sekarang?” Tanya Fathur yang sudah berganti baju menjadi lebih rapi. “Iya. Ayo,” ajak Wardah.

Mereka semua berjalan menuju pemakaman karena kebetulan tak terlalu jauh dari Fathur. Sesampainya di sana mereka tak langsung menuju makam Gita, namun mereka ke makam Ali, ayah Fathur terlebih dahulu barulah ke makam Gita.

“Di sini,” ujar Wardah. Seketika saja Gwen terjatuh lemas di samping makam sang ibu. Ia yakin itu memang makam ibunya karena di sana tertulis nama ibunya begitu pun bintinya. Mamah, batin Gwen tak percaya akhirnya dapat bertemu kembali dengan ibunya walaupun hanya sekedar melihat makamnya.

Gwen tak berkata, ia hanya diam menatapi makam tersebut. Tak terasa air matanya yang ia tahan pun lolos terjatuh. Sudah terlalu lama ia menyimpan rasa rindu pada ibunya. Bahkan ia baru tau sekarang di mana ibunya dimakamkan. Ia merasa tak pantas dipanggil sebagai seorang anak.

“Gwen,” panggil Wardah lembut. Gwen pun menghapus air matanya lalu menatap Wardah. “Ajari aku Tante. Ajari aku seperti Tante ajari mamah,” ujar Gwen tiba-tiba entah dari mana kata-kata itu muncul. Yang ia pikirkan sekarang hanyalah setelah tiada nanti ia ingin dimakamkan di samping ibunya. Ia tak ingin meninggalkan ibunya sendirian lagi.

A Secret [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang