Sang Pewaris [19]

20 2 0
                                        

Sejak malam itu kondisi Frans mulai membaik dan akhirnya diperbolehkan pulang setelah dua hari dirawat. Dewi pun sudah tau tentang kemunculan Maria kembali. Awalnya ia tak percaya namun setelah melihat langsung ia yakin jika itu memang Maria, anak tirinya yang sengaja ia tinggalkan saat mereka sedang berlibur.

Ia kira Sheza akan marah saat ia bertemu dengannya, nyatanya ia malah berterima kasih dan memeluknya. “Makasih, karena Tante sekarang hidup aku lebih baik,” ujar Sheza saat itu. Entah itu ejekan atau memang pernyataan terima kasihnya yang ia tau Maria sekarang telah tumbuh menjadi seorang Sheza.

Sheza tak mengungkit masa lalunya yang kelam itu kembali walau pun Dewi sempat meminta maaf dan mengakui kesalahannya di depan suaminya. Ia bersyukur Sheza tak meminta hal yang aneh-aneh pada Frans atas kesalahan yang telah diperbuatnya. Ia malah meminta untuk memaafkan kesalahannya dan memintanya untuk lebih peduli pada Frans bukan hanya karena hartanya saja.

Dewi pun akhirnya mengiyakan permintaan Sheza dan terus meminta maaf padanya. Karena merasa tak enak dengan suaminya akhirnya Dewi pun meminta Sheza untuk kembali tinggal bersama mereka agar ia bisa menebus dosa-dosanya.

Awalnya Sheza menolak namun setelah paksaan dari orang-orang tersayangnya akhirnya ia pun menerimanya. Lebih tepatnya karena ia tak ingin menyia-nyiakan waktunya lagi untuk bisa bersama dengan ayahnya.

Dewi pun telah menyatakan kebenarannya di depan publik tentang Sheza, ia harap dengan itu hubungannya dan Sheza akan membaik.

“Itu Sheza,” bisik seorang siswa saat Sheza berjalan di hadapannya. “Masa sih dia pewaris perusahaan Frans?” Tanya siswa lainnya. Sheza yang tak terbiasa menjadi pusat perhatian pun merasa risi.

Saat ia melewati kelas Fathur ia melihat Fanny keluar dari kelasnya. Sheza berniat menyapanya dan menjelaskan semuanya sebelum Fanny salah paham kepadanya, namun sayangnya Fanny malah menghindarinya ketika menatapnya.

“Fanny,” ujar Sheza lirih. Sheza pun menghela napasnya kembali berjalan menuju kelasnya. Di kelas sudah banyak siswa yang bertanya-tanya pada Sheza namun ia hiraukan dibantu oleh Ethan yang meminta mereka agar tak mengangguknya terlebih dahulu.

“Za, lo kenapa lagi?” Tanya Ethan saat kelas mulai hening karena hanya ada beberapa siswa di dalam. Sheza pun menggelengkan kepalanya malas. “Kamu nggak senang sama keadaan sekarang?” Tanya Ethan lagi.

“Aku bukan nggak senang. Aku senang bisa bareng terus sama papah sekarang. Hubungan aku sama tante Dewi pun lebih baik dan hubungan aku sama bunda dan Mas Fathur masih sama.”

“Terus kenapa kamu murung?” Tanya Ethan lagi. “Aku cuma nggak suka sama identitas aku yang baru sekarang di sekolah. Aku lebih suka kaya dulu. Bahkan sekarang Fanny menjauh dari aku,” ujar Sheza menjelaskan.

“Nanti juga lo terbiasa kok. Dan Fanny, coba lo jelaskan sama dia pelan-pelan. Mungkin dia cuma kaget aja pas dengar beritanya,” ujar Ethan.

“Gue mau keluar dulu. Lo gapapa kan gue tinggal?” Tanya Ethan yang langsung diangguki oleh Sheza. “Keluar aja. Memangnya aku anak kecil apa harus selalu kamu awasi,” ujar Sheza dengan sebuah senyum agar Ethan tak cemas padanya.

Ethan pun mengangguk lalu meninggalkan kelas menuju kelas Nathan.

☁️☁️☁️

Nathan duduk di sofa yang berada di dalam markasnya dan kedua sahabatnya. Ia mencoba untuk tak melampiaskan kemarahannya karena cemoohan-cemoohan yang datang dari mulut setiap siswa yang ada. Bahkan mereka yang dulu segan dan mengidolakannya pun telah berubah padanya.

“Anak tiri tapi belaganya seperti anak kandung.”

“Nggak punya hati memang. Masa menyingkirkan pewaris asli hanya karena harta.”

A Secret [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang