Bab 7. Pion atau lawan?

40.3K 5.1K 65
                                    

💌Attention💌
Cerita ini hanyalah fiksi
semata. Nama Tokoh, karakter/kepribadian, latar tempat, dan jalan
cerita murni karangan penulis.
.
.
.
📖Happy reading📖

   Gerombolan ibu-ibu asisten rumah tangga di komplek perumahan Candala sedang mengerubungi tukang sayur pendatang baru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

   Gerombolan ibu-ibu asisten rumah tangga di komplek perumahan Candala sedang mengerubungi tukang sayur pendatang baru. Usianya masih dua puluhan dengan tubuh kekar berotot. Alih-alih menjual sayur, dia lebih cocok jadi binaragawan. Karena penampilannya yang mencolok ini, ibu-ibu heboh dan menyerbu gerobak sayur demi melihat keseksian tukang sayur pendatang baru itu.

    Bukan cuma ibu-ibu bar-bar, Endah yang suka tipe laki-laki maskulin dan berotot ikut-ikutan nimbrung meskipun cuma membeli 1 genggam bawang putih. Dia sedang menikmati pemandangan keringat mengalir dari otot lengan tukang sayur itu. Sampai tak sadar kakinya tersandung kaki ibu-ibu lain.

   " Brugh." Endah jatuh tepat di samping penjual sayur.

   " BWAHAHAHA!" tawa Rosa pecah. Perempuan itu dari awal menonton ke-binalan Endah di depan pagar rumah orang.

   " Bang, tutupin muka temen saya! Tutup pake handuk di leher Abang, nanti dia langsung tantrum kayak musang birahi!" celotehnya tanpa filter sama sekali. Delikan tajam ibu-ibu di sekitarnya tak Rosa pedulikan. Tujuannya cuma satu. Mempermalukan Endah di depan crush-nya.

   " Neng? Gak kenapa-napa, Neng? Sini, Akang bantuin." Penjual sayur itu mencengkram kedua lengan Endah, mengangkat tubuh mungil perempuan itu dengan entengnya sampai berdiri.

   " Grep*-grep* aja badan adek! Adek udah gak tahan, Bang! Terus aja, Bang!"  olokan itu membuat Endah malu setengah mampus. Kini giliran dia yang dipelototi oleh ibu-ibu di sekitarnya .

   " Ck, Rosa!" teriak Endah tertahan. Dia sebenarnya ingin melempari Rosa dengan sendal di kakinya. Namun karena harus jaga image di depan si Abang penjual sayur, Endah lebih memilih bersikap anggunly.

    Tadinya Rosa duduk di depan pagar dan tiba-tiba berlari ke arah gerobak, mengambil satu ikat sayur kangkung. Tangan nakal itu meraih handuk merah muda milik si Abang penjual sayur.

   " Bang, saya anggap ini hadiah ya, karena Abang udah grep*-grep* temen saya tadi. Kalau Abang gak terima, saya  laporin loh ke Komnas HAM!" kata Rosa bak preman yang sedang memalak.

   " Rosa duluan ya, Ndah! Makasih ya, berkat Endah, Rosa berhasil bawa pulang kangkung grastis!" Rosa melempar handuk merah muda di tangannya ke muka perempuan itu, " nih, bonus buat Endah!" lanjutnya melengos pergi melarikan diri.

   " D-dek, ka-kangkungnya kamu yang bayarkan?" tanya si Abang penjual sayur sudah berkaca-kaca. Baru kali ini ia mengalami perampokan sayur kangkung.

   " I-iya, Bang. Sa-saya yang bayar," jawab Endah menahan malu. Para ibu-ibu di sekitarnya sudah menatap tajam seolah siap menerkam perempuan itu di tempat.

[REVISI] CANDALA: La Chica Loca Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang