💌Attention💌
Cerita ini hanyalah fiksi
semata. Nama Tokoh, karakter/kepribadian, latar tempat, dan jalan
cerita murni karangan penulis.
.
.
.
📖Happy reading📖Toro keluar dari ruangan sehabis memotong rambut Candala dengan tangan gemetar. Teman gengnya yang sedang merenovasi gedung menatap bingung. Mengapa wajah Toro pucat pasi seolah habis melakukan kejahatan besar. Mereka menebak, Toro mungkin salah memotong rambut bos, mangkanya dia ketakutan.
Bono yang menyadari hal itu menghampiri, hendak membalas ejekan Toro semalam. Namun dia terkejut bukan main karena Toro ternyata meneteskan air mata begitu deras.
" Ro, gue belum ngejek apa-apa, kok lo udah nangis aja sih?" ucap Bono kelabakan mencoba menenangkan Toro dengan menepuk-nepuk pundaknya.
" Bon, rambut Bos-" Bibirnya ia gigit dengan raut wajah penuh penyesalan.
" Kenapa rambut Bos? Lo gak sengaja botakin? Atau kepalanya pitak gak sengaja kena mesin cukur?" tanya Bono begitu penasaran.
" HUAAA!" tangisan Toro semakin menjadi-jadi, membuat teman-temannya tak fokus bekerja. Mereka berakhir menghampiri Toro yang banjir air mata.
" Heh, Toro. Umurmu sudah 35 tahun, tidak cocok kau nangis-nangis macam bocah," tegur Roman yang datang membawa rol cat di tangannya. Baju putih bergambar kartun itu sudah banyak terkena cipratan cat.
" Heh, Man! Jangan ngomong gitu. Ini anak tambah tantrum tau!" omel Bono menahan-nahan Toro agar tidak berguling-guling di tanah.
" Ck, aku bicara fakta. Dia ini umur saja dewasa, kelakuan masih seperti bocah belasan tahun!" balas Roman memutar bola mata malas.
Sementara Tono dan Aryo duduk berjongkok menyaksikan perdebatan itu sambil makan es krim yang bos mereka stok satu lemari es.
" Rambut Bos, Bon! Rambut Bos yang badai bak duta iklan shampoo itu jadi-"
" Jadi apa?" Kompak Bono dan Roman bertanya. Keduanya sempat bertatapan kemudian sama-sama membuang muka. Merasa geli saling bertatapan begitu dekat dengan sesama jenis.
" Rambut Bos lo apain emang? Cerita tuh yang jelas," interupsi Aryo mulai malas melihat drama ini. Dia membuang asal stik es krim di tangannya.
" I-itu, ra-rambut Bos-"
" Selamat pagi semua! Lagi ngobrolin apaan?"
Keberadaan Candala menjelaskan semua reaksi dramatis Toro. Tono sampai menjatuhkan es krimnya ke tanah dengan mulut menganga. Bono dan Roman tanpa sadar saling mencubit saking terkejutnya. Cuma Toro yang masih menangis sesenggukan.
" Rambut Bos, kok kayak anak punk," monolog Bono masih mencubit lengan Roman.
" Rambut bos mirip rambut jamet yang saya sering lihat di sosmed? Mirip seperti anak-anak yang kita lihat di gang pasar lama kemarin Bono," sambung Roman yang memperkuat cubitannya di perut Bono.
KAMU SEDANG MEMBACA
[REVISI] CANDALA: La Chica Loca
FantasySetelah tewas karena peluru kendali milik musuh, Candala seorang agen intelijen harus menerima kenyataan pahit tak kala dirinya terbangun sebagai Candala Amelia Evans, seorang perempuan penderita gangguan mental akibat dari perselingkuhan sang suam...