Bab 23. Penyanderaan

16.2K 2.2K 54
                                    

💌Attention💌
Cerita ini hanyalah fiksi
semata. Nama Tokoh, karakter/kepribadian, latar tempat, dan jalan
cerita murni karangan penulis.
.
.
.
📖Happy reading📖

📖Happy reading📖

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

      " Cklek." Candala sengaja menutup pintu kamar, tak peduli orang diluar berpikiran macam-macam tentangnya. Dia butuh ruang untuk membicarakan masalah ayahnya. Tentang alasan utama mengapa ayahnya ada di sini.

    " Soal Papah, lo tau kenapa dia ada di acara ini? Dia datang ke sini bukan murni karena diundang tuan rumah, Papah datang lewat jalur ilegal," tanya Candala tanpa basa-basi.

    Steve mengernyitkan keningnya, " saya gak tau soal itu."

    " Gak tau? Bukannya lo ngobrol sama Papah kemarin?" tanya Candala sambil berkacak pinggang.

    " Ya, cuma ngobrol biasa sih. Saling sapa aja karena kebetulan saya papasan sama pak Thomas. Saya juga baru tau dari kamu kalau pak Thomas datang bukan karena undangan," jelasnya.

    " Ck, terus ngapain dia di sini kalau gak ada tujuan? Mana ada si Joaqin lagi," dumel Candala menggigit jari tak bisa diam.

    Mendengar nama yang tak asing disebut, Steve mengerutkan keningnya, " Joaqin?"

    " Iya, Joaqin. Lo emang gak papasan  di lantai 18 kemarin? Dia di sana dengan bangganya pamer muka di depan orang banyak, bisa-bisanya lo gak sadar," kata Candala sedikit menyindir.

    " Mungkin beberapa orang gak tau muka dia, tapi pasti lo taulah. Diakan kriminal kelas kakap yang namanya udah terkenal di mana-mana."

    Dia melirik Steve dengan bibir mengkerut, " atleast, lo harusnya bisa lebih prepare sama kejadian gak terduga kayak gini. Lo pasti sering lah nemuin kasus beginian di kasus-kasus yang lo tanganin. Jadi jangan nurunin kewaspadaan lo di manapun itu."

    " Tapi ini serius kan, Joaqin ada di sini?" tanyanya membuat Candala mendadak kesal.

    " Serius lah, ngapain gue bohong sama lo," ketusnya memutar bola mata malas.

    " Sebenarnya, saya di sini bukan hadir sebagai seorang teman di acara keluarga David. Saya dapat perintah dari atasan untuk mengawal langsung proses pelelangan barang langka yang bakalan diadakan di akhir acara. Saya juga gak datang sendirian. Ada sekitar 6 orang saya udah membaur sama yang lain sebagai mata-mata."

    " Saya diminta buat awasin beberapa kriminal yang hadir di acara ini. Anehnya Joaqin bahkan gak masuk dalam daftar pengawasan. Sekalipun ada tamu yang datang tanpa undangan, biasanya akan dengan cepat ditandai ketika sampai di pintu masuk. Tapi khusus Joaqin, kayaknya dia berhasil ngehindarin itu semua sehingga gak terlacak."

[REVISI] CANDALA: La Chica Loca Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang