Bab 20. Rencana

21.3K 2.6K 100
                                    

💌Attention💌
Cerita ini hanyalah fiksi
semata. Nama Tokoh, karakter/kepribadian, latar tempat, dan jalan
cerita murni karangan penulis.
.
.
.
📖Happy reading📖

      Sejak dana sponsor dari organisasi Killer God cair, markas Black Fire mengalami perombakan besar-besaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

      Sejak dana sponsor dari organisasi Killer God cair, markas Black Fire mengalami perombakan besar-besaran. Perluasan bangunan serta perbaikan gedung di lakukan selama 1 bulan oleh para ahli. Anak-anak dari bagian farmasi rumah sakit Utomo beberapa mulai menetap di asrama markas.

   Gerald yang biasanya tinggal di apartemen pun terpaksa menetap di markas karena jarak apartemen dan markas cukup jauh. Mereka harus bekerja cepat, ringkas, dan sempurna untuk mencapai target yang sudah Candala rencanakan.

   Dengan menciptakan inovasi Crystal 13 tanpa efek samping, Candala akan memporak-porandakan bisnis narkoba yang ia duga dijalankan oleh mr. X.
Namun sayangnya, untuk memproduksi benda ini dalam jumlah besar butuh proses yang rumit. Membuat satu set inovasi Crystal 13 memakan waktu cukup lama, apalagi untuk memproduksi puluhan ribu set.

   Akhirnya Gerald memonopoli anak-anak dari laboratorium farmasi milik rumah sakit keluarganya. Kalau dia cuma mengandalkan beberapa ahli yang orang Killer God kirimkan, penawarnya tidak akan selesai tepat waktu.

   Gerald si anak bungsu keluarga Utomo begitu disayang oleh keluarganya. Alasan tak masuk akal yang Gerald gunakan demi meminjam hampir 120 staf farmasi pun diiyakan saja oleh ayah dan ibunya. Tak tau saja anak bungsunya itu sedang melakukan bisnis kriminal.

   Karena di keluarga Utomo tak ada yang mau mewarisi rumah sakit keluarga, Gerald begitu di agung-agungkan oleh kedua orangtuanya. Si sulung memilih mengabdi dengan membuka klinik di pelosok daerah. Sementara si anak tengah membuka klinik kecantikan dan lebih memilih menjadi influencer. Gerald yang tak punya impian apa-apa menjadi harapan terakhir mereka.

   Itulah mengapa ayah dan ibu Gerald menuruti dan tidak banyak berkomentar tentang sikap tak masuk akal putranya. Sebab hanya Gerald satu-satunya harapan mereka untuk mewariskan rumah sakit Utomo. Mereka tidak mungkin membiarkan rumah sakit itu dipegang orang asing yang bukan keluarga.

   " Eh, mas Gerald. Ada pak Edward di depan," kata Bono diam-diam masuk ke area produksi.

   " Kasih tau Bos lo lah, kenapa malah ngomongnya sama gue?" tukasnya.

   Bono sempat cengengesan sebelum menjawab, " bos lagi beli makanan buat kita."

   " Ya terus kenapa kalau Bos lo gak ada? Kan sama lo bisa. Kenapa harus gue, hah? Gak liat apa, gue sibuk harus ngejar target produksi!" dumelnya.

   " Gak ah, Mas! Saya gak tau mau ngomongin apa. Kalau nunggu Bos takut kelamaan. Gak enak lah sama pak Edwardnya. Masa di tinggal sendirian di ruang tamu," ujar Bono beralasan.

   " Tinggal lo temenin aja Bono! Apa susahnya sih! Lo gak liat mata panda gue, hah? Lo pikir gue bisa waras ngobrol sama orang dalam keadaan begini? Takut-takut gue emosi gak jelas nanti sama si Edward-Edward itu!"

[REVISI] CANDALA: La Chica Loca Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang