Bab 19. Malaikat pencabut nyawa

22.7K 2.8K 253
                                    

💌Attention💌
Cerita ini hanyalah fiksi
semata. Nama Tokoh, karakter/kepribadian, latar tempat, dan jalan
cerita murni karangan penulis.
.
.
.
📖Happy reading📖

      " Ini siapa lagi hah?" tanya Kai menekan pinggang kesal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

      " Ini siapa lagi hah?" tanya Kai menekan pinggang kesal. Merusak suasana kemenangan mereka saja, batinnya.

   Tamu tak diundang itu memarkirkan motor di depan mereka. Melepas helm hitam full face dari kepalanya hingga rambut panjang bergelombang itu tertiup pelan oleh angin. Potongan rambut  undercut yang membabat habis rambut bagian kirinya malah menambah kesan keren.

   Tindik beserta tato tak mempengaruhi kecantikan perempuan itu. Mereka sempat tidak sadar diri sesaat gara-gara terhipnotis penampilan tamu tak di undang ini.

   " Maaf, saya telat."

   Satu kata terlintas dalam pikiran mereka tak kala mendengar suara rendah perempuan itu "keren", pikir mereka.

   " Kemampuan kalian oke juga."

   Mereka masih terhipnotis. Bahkan tanpa sadar mata mereka mengikuti setiap langkah yang perempuan itu ambil.

   " BOS, TOLONGIN KITA, HUAAA!" Rengekan Toro berhasil mengembalikan kewarasan mereka.

   Edward dan yang lain cepat-cepat membuang muka. Takut kembali terhipnotis oleh penampilan perempuan itu. Dia benar-benar berbahaya, pikir mereka.

   " Kak, kayaknya aku mulai naksir cewek deh." Celetukan Glenca dengan cepat dihadiahi jitakan di keningnya.

   " Jangan ngawur! Cukup cowok aja, masa sesama jenis juga kamu embat, sih!"

   Di tempatnya, Candala menelisik penampilan mereka satu persatu. Seolah sedang mengamati kekuatan lawan hanya dari penampilannya saja.

   " Lucu, ya." Mereka bingung melihat Candala tersenyum dan tertawa pelan.

    " Saya jadi sungkan harus berhadapan langsung sama agen khusus. Bisa-bisanya orang sibuk kayak mereka harus ngeluangin waktu berantem sama gangster gak jelas."

   Edward tak berbicara apapun. Aura mencengkam yang perempuan ini keluarkan mampu membuat bibirnya bungkam. Rasanya persis seperti berhadapan dengan paman Joseph ketika sedang latihan. Menegangkan.

   " Saya udah lihat semuanya dari atas sana," katanya menunjuk bangunan terbengkalai yang tak jauh dari posisi mereka. Jadi selama ini Candala bersembunyi di sana hanya untuk mengukur kemampuan lawan.

    " Huaaaa! Jadi Bos dari tadi lihat kita dipukulin sampai kayak gini tapi malah diem aja? Bos tegaaa!" kesal Toro menendang-nendang tanah.

   " Ck, diam Toro." Dalam sedetik Toro langsung terdiam. Melihat lirikan tajam Bosnya membuat sekujur tubuhnya merinding.

[REVISI] CANDALA: La Chica Loca Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang