Bab 9. Penculikan

38.7K 4.4K 84
                                    

  💌Attention💌
Cerita ini hanyalah fiksi
semata. Nama Tokoh, karakter/kepribadian, latar tempat, dan jalan
cerita murni karangan penulis.
.
.
.
📖Happy reading📖

   Sudah sekitar 3 bulan aku berada di tubuh ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

   Sudah sekitar 3 bulan aku berada di tubuh ini. Rasanya masih tak percaya bisa hidup di dunia lain yang sama persis dengan duniaku. Dunia paralel ini punya banyak negara, bahasa, suku dan kebiasaan yang hampir sama dengan duniaku. Yang membedakan adalah negara ini merdeka. Tidak terjadi perang seperti di negara asalku.

   Negara asalku terjajah karena sistem pemerintahan yang bobrok. Hampir semua urusan negara dipegang oleh konglomerat yang terlalu mementingkan kepentingan pribadi ketimbang negara. Gara-gara pemimpin bobrok yang menjual tanah penghasil sumber daya alam terbesar, negara berakhir mengalami perang.

   Mulai dari inflasi di luar nalar yang membuat mata uang negara jadi tak berharga, menjadikan masyarakat tak bisa pergi kemanapun karena tak punya dana. Terkadang salah satu dari mereka nekat menyebrangi lautan dengan kapal seadanya.

   Aku yang bertugas sebagai agen intelijen diperintah untuk turun langsung membantu warga sipil dari gencatan senjata. Inilah alasan utama kenapa aku bisa tewas tekena ledakan rudal. Andai saja tak ada perintah untuk membantu warga sipil, aku mungkin masih hidup di sana.

   Namun aku bersyukur. Berkat kejadian itu aku bisa tinggal di negara yang aman, tentram, damai sentosa. Di sini aku tidak perlu merasa was-was saat tidur. Aku tidak perlu mendengar suara tembakan bersahut-sahutan. Aku tidak melihat adegan anak-anak tak bersalah tewas mengenaskan. Di sini aku bisa melihat puluhan gedung pencakar langit berdiri kokoh. 

   Bisa duduk santai menikmati segelas kopi panas di coffee shop. Menyaksikan  lalu lalang pejalan kaki yang tak terburu-buru bersembunyi dari musuh adalah pemandangan yang sudah lama tidak aku lihat sejak perang terjadi 2 tahun lalu.

    Ternyata negara ku di dunia lain benar-benar merdeka dan sejahtera. Apa mungkin orang-orang di negaraku yang mati bereinkarnasi di dunia ini? Aku harap itu terjadi. Mereka harus lihat negara mereka bisa jadi semaju ini di dunia lain. Ya, aku berharap seperti itu.

   " Non, ini Rosa pesen cappuccino cream brulee sama croissant? Ini mahal banget Non, saya aja cuma mesen kopi tubruk."

   Endah datang membawa nampan berisi minuman dan makanan. Aku menyuruh mereka berdua memesan sendiri agar leluasa memilih apa yang mereka suka tanpa sungkan.

   Namun sepertinya Endah tetaplah Endah. Dia orang yang tidak enak hati menghabiskan uang orang lain. Sementara Rosa malah sebaliknya. Prinsip anak itu adalah di mana ada kesempatan dan barang gratisan, maka di sanalah Rosa akan memanfaatkan sepuas-puasnya.

   " Tadikan Non udah bilang, pesen apa aja yang kita pengen. Kamunya aja yang ragu. Padahalkan jarang-jarang kita bisa makan enak kayak gini. Biasanya cuma lihat di postingan medsos orang lain," ujar Rosa yang kini duduk di depanku.

[REVISI] CANDALA: La Chica Loca Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang