Happy reading❤️
Persis sesuai kecemasannya semalam, hari ini Donatella berulang kali bersin. Tubuhnya menggigil. Selain pengaruh minum es di malam hari, kemarin mereka juga sempat kehujanan. Mereka yang tengah menikmati waktu di tempat terbuka seketika diguyur hujan.
"Gue enggak papa, Dil. Lo ke kantin aja," ujar Donatella lemah.
"Enggak papa kepala lo! Lo panas gini. Mau gue anterin ke UKS, enggak?"
Donatella menggeleng. "Gue di kelas aja. Tidur bentar harusnya enakan."
Radilla mendengkus sebelum mengalihkan pandangannya ke seisi kelas dan akhirnya berhenti pada meja Teyo. Hanya Teyo yang kebetulan tengah mengenakan jaket. Tidak ingin temannya semakin kedinginan, Radilla melangkah mendekati Teyo.
"Yo, boleh pinjem jaket, enggak? Donat sakit itu," pinta Radilla.
Kening Teyo mengerut, tapi dia tetap melepaskan jaket dan memberikannya kepada Radilla. "Sakit apa? Kenapa enggak dibawa ke UKS? Nanti kalau makin parah gimana?"
"Enggak mau anaknya. Ya udah, thanks, ya."
Radilla kembali ke tempatnya dan memaksa Donatella mengenakan jaket milik Teyo. "Buruan pakai. Nanti makin dingin."
Donatella yang lemas hanya bisa menuruti kemauan sahabatnya.
"Gue ke UKS buat ambilin lo obat flu, deh. Sekalian nyari Saddam. Lo diem di sini, jangan kemana-mana."
"Jangan! Jangan panggil Saddam. Dia kayaknya lagi makan bareng gengnya. Biarin aja."
"Tapi, kan ceweknya lagi sakit, masa—"
"Pokoknya jangan."
Radilla memutar bola mata jengkel sebelum akhirnya berlalu dari kelas. Tak peduli akan ucapan Donatella, dia berjalan menuju kantin untuk mencari Saddam.
Selepas kepergian Radilla, Donatella menelungkupkan kepala di atas meja. Kepalanya terasa berat. Perlahan ia mulai memejamkan mata. Namun tidak sampai lima detik, sebuah suara yang paling ia benci terdengar.
"Kenapa lo? Sakit habis dimarahin bonyok lo? Haha."
Donatella mendongak. "Lo enggak ada kerjaan lain apa, ya, selain rusuhin gue?"
Giona tersenyum smirk. "Habisan gue heran, padahal gue udah sengaja males-malesan demi biarin lo nempatin posisi pertama. Tapi, kok nyatanya malah gue lagi yang menang? Secupu itu, ya, lo?"
Donatella menggeram pelan. Ingin marah, sayangnya ia tidak memiliki tenaga.
"Yang lebih ngakaknya lagi, bukannya lo udah dilesin Bahasa Inggris, ya? Tapi, kok nilainya beda jauh sama gue? Ahah, kayaknya lo harus cari guru baru, deh," ledek Giona lagi.
Teyo yang semula hendak bangun dari tempatnya untuk membantu Donatella, lantas terpaku begitu melihat Saddam. Wajah Saddam terlihat memerah menahan emosi. Teyo yakin Saddam sudah mendengar ucapan Giona.
KAMU SEDANG MEMBACA
Donatella
Teen FictionDonatella Yum, biasa dipanggil Donat Ini tentang Donat yang tumbuh di keluarga toxic. Sedari kecil, Donat selalu dipaksa menjadi nomor satu dalam segala hal, terutama bidang menyanyi. Donat harus mengesampingkan keinginannya semata-mata untuk membah...