Donatella | 21

86 22 47
                                    

Sehat dan bahagia selalu ya, Doluv! Selamat membaca❤️

"Non, bangun," panggil Bila seraya mencolek lengan Donatella beberapa kali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Non, bangun," panggil Bila seraya mencolek lengan Donatella beberapa kali. Namun bukannya langsung bangun, anak majikannya tersebut malah menggeliat dan mencari posisi nyaman.

Bila pantang menyerah. Kali ini, dia mengambil paksa selimut Donatella berharap Donatella akan segera bangun. Karena dia khawatir jika Donatella tak kunjung turun sarapan, Rea bakal menghampiri mereka dan membuat keributan besar.

"Non, ayo bangun. Nanti nyonya marah. Katanya hari ini pertemuan keluarga."

Meski matanya terpejam, Donatella masih bisa mendengar suara Bila. Buru-buru, ia mengubah posisi tidur menjadi duduk. "Apa? Hari ini pertemuannya?"

"Iya, Non. Jadi, jangan lama-lama, ya. Habis mandi langsung turun sarapan. Kecuali non mau buat nyonya marah."

Donatella menghela napas kemudian mempersilakan Bila keluar dari kamar. Sejujurnya, Donatella sangat mengantuk. Kemarin ia dan Saddam terlalu asik mengobrol hingga tidak melihat waktu. Saddam baru pulang ketika waktu hampir subuh.

Ingin sekali rasanya Donatella tidak hadir ke acara pertemuan tersebut, tapi ia tahu itu mustahil.
Karena sebenarnya acara pertemuan bukan hanya sekadar untuk menjaga keharmonisan keluarga mereka, melainkan ajang pamer prestasi anak-anak mereka. Sehingga Rea tidak mungkin membiarkannya absen dari acara pertemuan. Sangat konyol, bukan?

Mereka dilahirkan untuk dijejer bagai piala. Siapa yang paling terbaik di antara keluarga mereka. Tanpa para orang tua sadari, justru dengan membandingkan satu dengan lainnya membuat hubungan mereka renggang dan dipenuhi rasa iri-dengki.

Setelah setengah jam bersiap-siap, Donatella pun turun sarapan. Tidak ada yang berbeda dari hari lainnya. Rea yang mengomel di tengah sarapan, membicarakan setiap kesalahan kecil yang dilakukan Donatella akhir-akhir ini.

"Ingat, ya. Walaupun kamu emang lebih kurang dari mereka, kamu enggak boleh nunjukkin kekurangan itu. Ngerti kamu?"

Donatella mengangguk.

Rea mendengkus. "Kenapa, sih, harus kamu yang jadi anak mama? Bikin malu aja. Andai anak mama Farel, hidup mama auto tenang. Udah ganteng, berprestasi di bidang akademik dan non akademik. Dapat beasiswa di berbagai kampus swasta."

Donatella meremas jari-jemarinya kuat. It's okay, Donat. Kamu udah biasa digituin. Sebenarnya kamu juga bisa, kok, dapat beasiswa-beasiswa itu. Cuma kamu sengaja enggak daftar karena enggak sesuai sama minat kamu.

"Rea, udah. Ayo kita berangkat. Nanti telat."

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi, Rea langsung berjalan mendahului keduanya. Jaddes tersenyum simpul lalu menepuk puncak kepala Donatella. "Ayo, Donat. Jangan bengong aja. Enggak usah mikirin omongan mama yang tadi. Papa percaya kamu juga bisa dapat hal yang sama kayak Farel, kok."

DonatellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang