Donatella | 14

96 23 24
                                    

Semoga kalian menikmati part ini❤️

Meski ini bukan pertama kalinya Donatella duduk di antara geng Saddam, ia tetap merasa tidak nyaman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Meski ini bukan pertama kalinya Donatella duduk di antara geng Saddam, ia tetap merasa tidak nyaman. Berkat dikelilingi belasan laki-laki yang terkenal menakutkan, ia menjadi pusat perhatian kantin. Siswa-siswi yang melintas pasti akan menyempatkan diri untuk menoleh ke arahnya. Dan itu sungguh mengganggunya.

Ia menggerakkan sepatunya gelisah, menunggu Saddam yang belum kembali. Kenapa Saddam lama sekali membeli batagor? Perasaan, stan batagor tidak terlalu jauh dari meja mereka saat ini.

Mengerti kegelisahan kekasih temannya, Rayden pun berucap, "Mungkin ngantri, stan batagor kan enggak pernah sepi, Nat."

Donatella mengangguk tersenyum. Di antara geng Saddam, hanya Rayden dan Kalid yang dapat ia percayai.

"Apa perlu gue samperin?" tawar Kalid.

"Enggak usah. Lo makan aja, Kal."

"By the way, Donat. Mumpung Saddam enggak ada, gue mau bantu ingatin lo, deh. Lo pasti enggak mau, kan, cowok lo jadi pembunuh? Jadi mending hati-hati, deh. Udah tahu Saddam kayak apa, masih aja deket-deket sama sembarang cowok. Parahnya lagi, cowok itu kayaknya dari kalangan yang enggak banget, ew." Gilang berucap setelah memastikan keberadaan Saddam.

Donatella mengernyit, tidak berhasil mencerna ucapan panjang Gilang. Pembunuh? Dekat dengan sembarang cowok? Kalangan yang enggak banget?

"Siap-siap mulut lo sobek, ya, Lang," sarkas Rayden. Rayden cukup terkejut dengan mulut ember Gilang, padahal Saddam sudah memperingati mereka untuk diam.

"Kenapa, Den? Saddam ngapain?"

Sebenarnya, beberapa anggota geng Saddam kurang menyukai Donatella. Menurut mereka, Saddam yang terkenal sangar tidak pantas bersama Donatella. Terlebih, di mata mereka Donatella tidak memiliki satu pun hal spesial. Mungkin kecuali kepintaran gadis itu. Donatella lumayan pintar.

Dan yang paling penting, Donatella tidak bisa bergaul baik dengan mereka. Donatella begitu membosankan.

"Enggak ada, Nat. Enggak usah dipikirin. Gilang emang gitu, asal bunyi doang."

Gilang mendengkus jengkel kemudian bergumam, "Heran gue. Ngapain Saddam pacarin dia? Jelas-jelas masih banyak yang lebih cakep. Anak dance bukan, dibilang body goals juga biasa aja. Udah gitu nyusahin doang. Kapan hari Teyo, kemarin anak sebelah. Besok siapa lagi?"

Mengingat mereka duduk di satu meja dan jarak mereka tergolong dekat, Donatella serta beberapa teman Saddam dapat mendengarnya. Tidak ada yang bisa dilakukan Donatella selain menundukkan kepala dalam. Tanpa perlu Gilang sebutkan kekurangannya, ia sendiri sudah cukup insecure. Ia merasa tidak pantas menjadi kekasih Saddam.

"Lo gila, ya!" sentak Rayden menggebrak meja membuat mereka semakin diperhatikan oleh anak-anak lain, termasuk Saddam.

Saddam sampai menoleh ke meja mereka. Kedua alisnya bertautan berusaha menilai situasi yang terjadi di sana.

Sebelum Gilang menanggapi Rayden serta situasi semakin runyam, buru-buru Donatella mendongak dan berucap, "Iya, gue tahu. Gue masih banyak kekurangan buat jadi pacar Saddam. Tapi sebenarnya, Lang, gue enggak ngerti kenapa lo kayak enggak suka gue? Gue pernah lakuin kesalahan? Atau mungkin gue pernah nyinggung perasaan lo, ya?"

"..."

"Kalau gue emang pernah lakuin itu, gue minta maaf. Gue rasa beberapa anak lainnya juga ngerasa enggak nyaman ada gue di sini, maaf, ya. Ke depannya gue enggak bakalan gabung lagi," Donatella berdiri lalu menepuk pundak Rayden, "Tolong bilang ke Saddam gue baru ingat ada tugas. Jadi gue harus balik ke kelas. Thank you, Den."

Rayden berdecak kala melihat Donatella yang melangkah keluar dari kantin. Dia lantas mengalihkan pandangannya menuju Gilang. "Kapan hari Teyo, kemarin anak sebelah, dan hari ini lo yang mampus."

"Gue ngomong fakta. Buktinya dia ngerasa, tuh, kalau emang dia enggak pantas," sahut Gilang.

"Tapi, gue sendiri setuju sama Gilang. Coba lo sebutin apa lebihnya Donat? Saddam cari cewek pintar? Masih ada Giona yang bodynya lebih ihiy."

"Bener. Donat juga orangnya lurus banget. Enggak asik. Enggak sefrekuensi sama kita," tambah yang lainnya.

Kalid tertawa renyah. "Gitu? Menurut gue, Donat udah oke banget. Siapa bilang dia enggak asik? Gue aja pernah ketawa sampai guling-guling cuma gara-gara dia. Bukan dia yang enggak asik, lo pada yang bikin dia ngerasa enggak nyaman. Jadi, hati-hati deh kalau mau ngomong."

Dari kejauhan, Saddam sadar kekasihnya menghilang. Maka, Saddam segera berlari ke meja mereka. Bodo amat akan batagor yang sudah dia pesan cukup lama. Dia memelototi satu per satu temannya. "Mana pacar gue?!"

Rayden menghela napas. "Cabut, katanya ada tugas."

Alih-alih membantu Rayden sesuai yang diperintahkan Donatella, Kalid berucap apa adanya, "Dibuli."

"Anjay," refleks Rayden.

"Maksud lo?"

"Ta—"

"Hai, Ganteng! Gue sama temen-temen gue duduk sini, ya," sela Saira—anak ekskul modern dance sekaligus teman satu geng Giona.

Kehadiran Saira, Emmy, dan Giona lantas disambut hangat. Beberapa dari mereka bersiul menggoda ketiga gadis tersebut yang memiliki bentuk tubuh bak gitar Spanyol.

Jika Giona segan berhadapan dengan Saddam, beda halnya Saira. Saira tidak peduli Saddam yang sudah memiliki kekasih. Baginya, selama janur kuning masih belum melengkung tidak masalah. Dia mengalungkan tangan ke leher Saddam.

"Babe, lo pasti datang ke acara Margi, kan? Bareng gue, ya. Gue denger anak Aerglo juga datang. Kalau gue enggak digandeng, nanti anak Aerglo pasti gebet gue. Kan bahaya."

Saddam lekas menepis kasar tangan Saira. "Sekali lagi lo sentuh gue, tamat riwayat lo."

"Come on, Babe. Gue tahu Donat pasti enggak bakalan dikasih datang sama bonyoknya. Daripada lo jomlo, mending gue yang temenin."

Saddam menaikturunkan kedua alis. "Kata siapa cewek gue enggak bakalan dateng?"

"Dia mana pernah dikasih ikut acara gituan? Bonyoknya kan gila nilai."

Kendati ucapan Saira tidak salah, emosi Saddam tetap tersentil. Dia mengepalkan tangannya kuat kemudian berucap, "Jaga, ya, omongan lo. Dan gue pastiin cewek gue bakal dateng ke acara Margi. Siapin mental aja. Lo bakal kalah cakep sama cewek gue. Camkan itu!"

***

Saddam itu posesif, tapi sayang banget sama Donat🥺

Jangan lupa spam komen yaa biar aku makin semangat! Komen dari kalian selalu naikin mood aku🥺❤️

DonatellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang