Langit sudah gelap sepenuhnya, sang dewi malam sudah bertengger di singgasananya dengan tenang. Angin lembut nan dingin terasa menyapa kulit yang tidak ditutupi dengan sempurna, menyebabkan lelaki itu sedikit bergidik. Dari bibir tipisnya terlihat asap tipis setiap kali ia menghela napas, malam diawal januari selalu diselimuti dingin yang pekat.
Tubuh dibalut coat tebal itu sesekali merapatkan pakaiannya, mencoba menghalau angin nakal yang sering kali mencoba membelai kulitnya.
"Haah.. kapan selesainya?" Gumaman kecil itu terbawa angin, tidak ada yang mendengar kecuali dirinya.
Yunho mengerang pelan sembari memperhatikan para kru yang berlalu lalang di sekitarnya. Di tangannya segelas kopi panas masih mengepul, lumayan untuk menghangatkan telapak tangan yang terasa membeku. Jadwal syuting hari ini terasa lebih lama, mungkin karena cuaca yang tidak mendukung.
Lelaki itu menguap singkat, pandangannya mengabur karena kantuk yang datang. ponsel di sakunya bergetar dengan pelan, menandakan ada pesan masuk. Dia mengambil benda pipih itu kemudian segera mengeceknya, pesan dari manager.
"Syukurlah, setidaknya aku harus bertahan sejam lagi" dia melirik jam yang ada di ujung layarnya, angka itu menunjukan pukul 1 dini hari dan dia masih harus menunggu managernya menjemput.
Sesekali dirinya memainkan salju putih yang menutupi jalanan tepat di bawah kakinya yang jenjang. Dia suka salju, sebenarnya. Tapi siapa juga yang senang jika harus terus-terusan berada di sekitar benda putih itu? Bayangan kamarnya yang hangat sudah memenuhi benak, dia ingin beristirahat sesegara mungkin.
.
.
Kaki panjangnya melangkah dengan gontai memasuki ruang tamu. Dia menghela napas berat sebelum mengendap masuk ke kamarnya, memastikan langkah kakinya tidak membuat kegaduhan yang dapat membangunkan anggota lain.
Dengan perlahan dia membuka knop pintu kamarnya, sedikit melongokkan kepala untuk melihat apakah San masih terjaga atau tidak, tapi sepertinya anak itu sudah tertidur karena kamar mereka yang gelap.
"Lelah sekali, tuhan" Dia mengeluh sekali lagi sembari melangkah masuk. Badannya terasa kaku, dia ingin segera membersihkan diri dan tidur.
Dalam benak lelahnya, dia teringat seseorang. Pria tinggi yang begitu di rindunya. Song Mingi, sedang apa anak itu sekarang? Apa dia sudah tidur? Apa dia sudah lebih membaik? Namun semua pertanyaan itu hanya ditelannya mentah-mentah.
Yunho terkekeh kecil, lebih tepatnya, menyuarakan kesedihan dan kerinduan yang dia rasakan terhadap lelaki sipit itu yang sudah membuncah. Sudah beberapa bulan, lebih tepatnya 5 bulan, lelaki sipit itu bersitirahat di rumah dan meninggalkannya disini. Dia rindu, namun bisa apa? kesehatan tentu lebih penting daripada rasa rindunya yang masih bisa dia tahan -walaupun mati-matian.
Dengan langkah di seret, dia mengambil handuk bersih di lemari pakaian dan segera masuk untuk membersihkan dirinya. Tidak begitu lama dan dia pun telah selesai membilas tubuh lelahnya.
Kaus putih dan celana hitam selutut menjadi teman tidurnya malam ini. Tangannya mengusak rambutnya yang sedikit basah sembari berjalan menuju kasur. Dia sedikit mengernyit heran ketika merasakan malam ini terasa begitu hening, biasanya San suka mengoceh dalam tidurnya sesekali, namun kamar mereka hening.
"Mungkin dia terlalu lelah" Gumamnya pada diri sendiri.
Yunho duduk di pinggir kasur, meraih tas ranselnya kemudian mengeluarkan sebuah charger untuk ponselnya yang batrainya terlihat menyedihkan.
Setidaknya, sebelum tidur dia ingin mengirim pesan untuk kekasihnya itu, sekedar laporan harian biasa. Konyol memang, namun hal sesederhana itu bisa mempertahankan komunikasi mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Buku untuk Minyun (Mingi & Yunho)
FanfictionBook ini menjadi wadah untuk beberapa cerita, judul yg berbeda menandakan cerita yg berbeda. On going : - Another You ( maaf, bagian ini di unpub. Nnti akan di tulis ulang dan up kalau sudah end) - It's Fine! WARN!! Gay Homo TOP(Mingi) BOTT(Yunho...