Butterfly

549 50 2
                                    


Apakah kamu tau, kadang dunia ini begitu lucu?

Tidak semua yang kamu harapkan akan menjadi milikmu, namun terkadang apa yang tidak kamu inginkan sebenarnya adalah yang terbaik untukmu. Saat kamu membenci sesuatu dengan sepenuh hati, mungkin kamu juga perlu untuk mempersiapkan diri jika nantinya, kamu malah akan jatuh cinta begitu dalam pada hal itu.

Disaat kamu membenci suatu hal, mungkin diatas sana Tuhan sedang tersenyum sembari menuliskan satu hal luar biasa dan tidak pernah kamu bayangkan sebelumnya.

Misalnya saja, benci menjadi cinta.

Mungkin tidak semua orang percaya pada hal itu. Tapi Song Mingi percaya, dan dia hanya bisa menggelengkan kepalanya ketika mengingat kembali itu semua.

Semua berawal ketika dirinya masih duduk di bangku SMA. Masa dimana para remaja bertumbuh dan mengeksplorasi hal-hal baru, entah itu rasa bahagia, kekecewaan, cinta, benci, dan lainnya.

Song Mingi membenci Jeong Yunho. Itu adalah fakta yang bahkan hampir satu sekolah mengetahuinya. Tidak ada hari tanpa cekcok, tiada hari tanpa bertengkar dan adu mulut, tiada hari juga tanpa tatapan saling membenci.

Mereka remaja yang enggan untuk mengalah hanya karena ego dan kepentingan pribadi. Song Mingi si kapten tim sepak bola, sedangkan Jeong Yunho adalah kapten dari tim basket di sekolah. Cekcok mereka bermula hanya karena memperebutkan lapangan.

Ya, hanya karena itu.

Mulai dari pertengkaran kecil yang terlihat sepele namun semakin lama semakin mendalam. Yunho dan Mingi menjadi musuh, entah masalah kecil seperti perebutan lapangan maupun hal lainnya yang bahkan sedikit lebih serius, seperti memperebutkan satu perempuan yang sama.

Tapi bodohnya, perebutan itu berakhir begitu saja setelah berjalan beberapa bulan karena nyatanya mereka memang tidak sepenuhnya jatuh cinta pada si perempuan, juga karena mungkin Tuhan telah menggariskan hal yang lain bagi mereka. Mingi dan Yunho, malah jatuh cinta satu sama lain tanpa mereka sadari.

Hampir setiap hari mereka bertemu, bertengkar, kadang kala berkelahi dan menyebabkan mereka berkontak fisik secara langsung satu sama lain. Ketika mereka bersentuhan, biasanya yang ada hanya rasa amarah dan emosi, namun kali ini berbeda, yang ada hanya kupu-kupu.

Keterbiasaan membawa sebuah cerita baru dimana mereka sendiri tidak pernah menyangka -bahkan membayangkan saja tidak, bahwa rasa yang seharusnya tidak pernah ada itu malah bersarang di hati mereka.

Pada mulanya, Mingi merasa bahwa ada yang salah dengan dirinya begitu dia mendapati betapa manisnya Yunho pada senin pagi ketika upacara berlangsung dan wajah putihnya itu memerah terkena sinar matahari yang hangat. Si sipit menyangkal, mengatakan pada diri sendiri bahwa dia mungkin sedang tidak sehat hari itu dan berfikiran yang tidak-tidak, namun sepertinya dia salah.

Karena mulai dari sanalah tanpa dia sadari dirinya selalu memperhatikan musuhnya itu dengan tatapan lembut seakan mengagumi sosok indah yang selama ini dia kira adalah manusia paling menyebalkan dan ingin sekali dia enyahkan.

Aneh. Tapi memang begitu adanya.

Mingi semula hanya ingin berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Dia mencoba menjalani hari seperti biasa, tidak ingin ketahuan jika rasa yang dia miliki pada si mata bulat itu sudah berbeda. Niatnya, dia ingin memendam semua itu sendirian karena kemungkinan perasaannya terbalaskan adalah 0,0%.

Pada hari rabu yang cerah dimana Mingi sedang berlatih menendang bola dan tanpa sengaja bola itu melambung tinggi hingga mengenai wajah si manis. Mingi langsung menghampiri anak itu dengan panik.

Buku untuk Minyun (Mingi & Yunho)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang