THE CLOWN

1.8K 148 11
                                    


WARNING!

CERITA INI MENGANDUNG UNSUR 'PSYCHO', ADEGAN BERDARAH DAN MENGERIKAN.

JIKA ANDA TIDAK SUKA, MAKA MOHON TINGGALKAN BAGIAN INI DAN LANJUTKAN KE CERITA BERIKUTNYA, TERIMAKASIH.

.

.

-'Clown'-


Bibirnya tetap tersenyum walaupun di dalam ia sedang menangis.

Ia akan datang membawa keceriaan meski ia sendiri tengah dirundung duka.

Dialah si tuan badut yang selalu berusaha menghibur.

Tapi, pernahkah kalian membayangan bahwa senyum seorang badut diliputi oleh kepalsuan.

Sebuah senyuman yang tidak tulus.

Seringaian gamang.

Bahkan seringaian itu begitu menakutkan.

Membuat bulu kuduk berdiri

-'Clown'-

Jung Yunho, seorang pria yang sangat suka dengan kesunyian. Hampir setiap sorenya ia habiskan untuk duduk seorang diri disuatu taman bermain yang telah usang. Angin berhembus dengan kencang, menerbangkan beberapa dedaunan kuning kecoklatan pada tanah yang mulai gresang. Yunho membenarkan letak jaketnya yang tersingkap karena angin kencang.

"Mendung.." pria manis itu menatap sendu langit diatasnya. Semilir angin semakin sering menerpa tubuh yang dibalut jaket itu.

Srak srak

Yunho menoleh begitu mendengar gemersik semak dibelakangnya, lalu ia mencoba untuk tidak memperdulikan suara berisik itu. Ia menunduk dan memainkan kakinya yang menjuntai dari bangku taman ke tanah, menimbulkan debu tipis berterbangan.

SRAK SRAAK!

Pria tinggi ini mulai jengah dengan suara itu, sungguh ia hanya ingin ketenangan disini. Namun suara itu begitu menyebalkan, mengganggu ketenangannya. Dengan langkah yang sedikit diseret, Yunho menuju semak yang lumayan tinggi disana demi mencari asal suara yang mengganggunya.

"Siapa kau?" Yunho berujar datar kepada sosok didepannya. Yang diajak bicara hanya menoleh sebentar, lalu melanjutkan kegiatannya yang sedikit terganggu.

"Suara itu menggangguku. Bisakah kau berhenti melakukan itu?" pria Jung itu jengah ketika ocehannya tidak dianggap sama sekali. Seorang yang ada didepannya tetap dalam posisinya, berjongkok membelakanginya dan mengais tanah, seperti tengah mengubur atau membuat lubang, Yunho juga tidak tau. Terlebih lagi, seorang itu memakai kostum badut kelinci berwarna putih yang sedikit kusam karena terkena tanah lengkap dengan kepala kelinci yang menutupi wajahnya.

"Bukan urusanmu." Jawaban itu terlalu singkat dan terkesan dingin dari balik kostum itu. Yunho memutar bola matanya muak ketika suara 'srak srak' garukan antara sekop lumayan besar dan tanah kembali terdengar. Dengan malas ia kembali ketempat duduknya semula. Langit terlihat semakin gelap, padahal jarum jam ditaman itu baru menunjukkan pukul empat sore. Rintik-rintik kecil hujan sudah turun satu persatu.

"Sebaiknya aku pulang" Bisik Yunho pada diri sendiri, kemudian ia mulai menaikkan tudung jaketnya guna menghadang rintikan hujan membasahi kepalanya. Pria tinggi ini tidak menghiraukan seseorang dengan kostum kelincinya dibalik semak-semak itu. Ia langsung bangun dari duduknya dan berjalan dengan santai sambil memasang headsetnya.

Buku untuk Minyun (Mingi & Yunho)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang