3. Hasutan

11 3 1
                                    

"Dalam pertemanan pasti semua diberikan, apa pun yang diminta atau pun sesuatu yang dipinjam. Tapi, ketika hal itu sudah tak wajar bagimu, pergilah. Karena, akan membuat hal yamg sama akan terulang."

- Human Parasite -

***

Tangan Parto berhasil mendarat di pipi mulus istrinya —Juni. Sedangkan Juni memegang pipinya yang terasa perih dan panas.

"Ayah!"

Anindihita datang memeluk ibunya. "Ayah berani main tangan sama ibu, aku enggak habis pikir sama ayah. Judi itu bukan pekerjaan, Yah!"

"Kamu enggak usah ikut campur, kamu aja belum bisa menghasilkan uang. Jadi enggak usah banyak bicara!"

Setelah mengatakan itu, Parto pergi meninggalkan anak dan istrinya begitu saja.

"Ibu, enggak apa-apa 'kan? Anin kompres ya?"

Anindihita membimbing ibunya untuk duduk dan mengambil baskom serta kain untuk mengompres pipi sang Ibu.

Keduanya dalam diam dengan pikiran yang bertentangan dengan perkataan hati, namun Anindihita memilih mengurungkan niatnya untuk bertanya.

"Ibu istirahat dulu ya, kalau mau makan ada di meja," pamit Juni setelah keheningan terjadi beberapa saat.

"iya Bu."

Malam itu Ayah tak pulang ke rumah sejak pertengahan siang hari di rumah. Ibu pun tampak diam tak mau berbicara, keluar dari kamar jika ada keperluan saja.

Perempuan dengan tinggi ... memilih masuk ke dalam kamarnya, membuka jendela yang berada tepat di samping ranjang miliknya. Semilir angin malam menerpa wajahnya.

"Ayah ke mana? Tidur di mana ya? Apa benar Ayah berjudi?" Otaknya msih menerka-nerka apa yang diucapkan ibunya itu benar atau hanya ... tapi,ibu tak pernah berbohong,

"Anin cuma berharap kita bisa kembali berkumpul seperti biasa," ungkap Anindihita dalam hatinya.

Hari semakin malam dan dingin. Sejuknya angin malam hingga rasanya menusuk ke dalam kulit. Dengan itu, Anindihita menutup jendela kamarnya dan memilih untuk beristirahat untuk melepaskan rasa lelahnya.

***

Saat Anindihita memasuki kelasnya, nampak semua siswa sedang sibuk entah ada apa ia tak tahu. Dengan santai Anindihita duduk dan menanyakan pada Tarie apa yang membuat kelasnya sangat sibuk padahal ini masih terbilang pagi.

"Tarie, ada apaan sih? Kok pada sibuk banget gue lihat," tanya Anindihita yang melihat Tarie sedang fokus pada buku catatannya.

"Paling buat contekkan lagi, biasa," jawab Tarie enteng yang msih tak lepas dari catatannya.

"Ah mampus, pahatan apa sih? Gue enggak tahu," ringis Anindihita, takut nilainya akan tidak lolos KKM.

"Kimia."

Ekspresi Anindihita tak bisa dikendalikan, matanya hampir saja keluar dan mulutnya terbuka lebar akibat terkejut mendengar jawaban Tarie.

"Aduh, gue enggak bisa sama sekali lagi. Tarie, nanti kasih tahu jawaban ke gue ya? Please," Anindihita menyatukan kedua telapak tangannya memohon kepada Tarie.

Tarie melirik sekilas lalu menganggukkan kepalanya, "Kalau gurunya enggak aneh-aneh sih bisa-bisa saja."

Anindihita yang semula tersenyum sumringah pun langsung masam, harapannya seperti pupus. Karena, kemungkinannya adalah lima puluh banding lima puluh. Beruntung, pelajaran kimia ada di jam keempat, artinya ia masih sempat untuk membuat contekkan.

Human Parasite✅ (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang