"Jika memiliki firasat yang tidak enak lebih baik berpikir dua kali."
- Human Parasite -
***
"Enggak ah, kalau enggak mau jujur," tutur Bagaskara."Oke, gue jujur, iya gue telat, puas?" Anindihita menguatkan suaranya.
"Kenapa enggak nelepon buat dijemput?"
"Sudah kesiangan mama kepikiran lagi, sampai ke sekolah saja sudah bersyukur walau dihukum," ujar Anindihita.
"Gue enggak bisa bantu lama, pasti Bu Eva ngawasin lo," Bagaskara mendekati Anindihita dan membisikinya.
"Hm."
Bagaskara mencari sapu untuk membantu Anindihita membereskan daun-daun kering itu.
***
"Bangun-bangun," sahut yang menangani calon pekerja.
"Mas, ini kita berangkat kapan ya? Soalnya katanya enggak perlu visa dan ditanganin sama Mas," tanya salah satu diantara mereka.
"Nanti malam mungkin, banyak yang mau berangkat, bukan cuma kalian," balasnya.
"Oh gitu ya, Mas. Mas ini sekamar saja? Sempit soalnya," keluhnya.
"Enggak ada, sudah syukur di kasih kamar daripada tidur di jalan!" murkanya dengan mata yang melotot.
Semuanya tak berani mengeluarkan suaranya lagi. Memilih mengikuti prosedur yang ada.
"Oh ya, ini nasi cuma dua puluh bungkus, kalau kurang bagi-bagi saja semampu kalian." memberi satu plastik kresek berwarna hitam yang didalamnya terdapat nasi bungkus.
"Makasih, Mas."
Sehabis pergi, mereka diam-diam membicarakannya. Menganggap prosedur yang dilakukannya tidak sesuai dengan apa yang dikatakan.
"Mba, ini sudah enggak benar. Enggak sesuai sama yang dikatakan," ujar salah satu perempuan.
"Maksudnya Mba?" tanya Juni yang penasaran.
"Waktu ditawarin, saya tanya nanti gimana sebelum berangkat, katanya akan diberi pelatihan dan tinggal di asrama. Tetapi, ini bukan asrama malah seperti gudang," jelasnya.
Juni dan Parto yang tidak tahu apa-apa pun hanya bisa menyimak dan sesekali bertanya.
"Sangat tidak layak, saya memilih batal bekerja daripada seperti ini. Padahal ini baru awal," sahut perempuan berambut pendek.
"Kalau kalian merasa ini aneh, sebaiknya kita kabur saja."
"Kabur? Yakin?" tanya Parto.
"Iya, harus."
"Sudah makan dulu, nanti dipikirkan," pinta perempuan berambut pendek.
***
"Miaw."
Anindihita mencari-cari suara kucing itu bersumber dari mana. Tatapannya berhenti saat melihat ada seekor anak kucing berwarna hitam putih yang berada di bawah tempat duduk halte bus.
Anindihita refleks mengeluarkan anak kucing itu dan menggendongnya.
"Lucu banget kamu, ibu kamu mana?" Anindihita bermonolog dengan anak kucing tersebut.
"Miaw."
Kucing itu hanya bisa mengeong membalas ucapan Anindihita.
"Aduh kotor bangwt." Anindihita membersihkan kotoran yang menempel pda tubuh anak kucing itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Human Parasite✅ (End)
Teen FictionAnindihita, remaja SMA yang terus-menerus bergantung pada teman sebangkunya. Tak ada rasa malu baginya Anindihita menghampiri Tarie, "Tarie, pinjem pr matematika lo dong." ujar Anindihita. "Nih." Tarie menyerahkan pr matematika miliknya. "Tarie, pi...