"Bertanggungjawab atas apa yang dilakukan, bukan malah memanfaatkan seseorang unt mengerjakannya.'
- Human Parasite -
***
"Gue harus pulang sekarang," ujar Anindihita dan membereskan barang-barang miliknya dengan cepat.
"Gue antar aja, biar cepat," ujar Bagaskara walaupun ia tak tahu apa yang dikatakan orang menelpon Anindihita.
Bagaskara hanya bisa membaca mimik wajah Anindihita berubah menjadi cemas, matanya bergerak ke sana kemari. Banyak dugaan tercetak jelas di bola matanya.
Bagaskara dan anindihita meninggalkan sekolah dengan kecepatan sedang untuk sampai ke rumah Anindihita dengan cepat.
Lima belas menit, Anindihita tiba di depan rumahnya, tapi Bagaskara tak bersamanya. Anindihita meminta Bagaskara untuk segera pulang dan tidak perlu khawatir dengan kondisinya.
Baru selangkah Anindihita menginjakkan kakinya, suasana rumah tampak kacau seperti dihantam oleh angin yang begitu kencang. Semua barang tak sesuai pada tempatnya dan berserakan dimana-mana.
"Kamu tuh ngapain saja? Aku pulang bukannya masak enak malah meja isinya cuma tahu dan ikan asin," seru Parto menekan setiap kata yang keluar dari mulutnya.
"Mas, uang yang kamu kasih cuma cukup buat beli lauk itu. Sedangkan yang lain itu mahal, uangnya enggak cukup," jelas Juni agar suaminya mengerti.
"Alah, itu alasan kamu saja 'kan? Uangnya kamu beli keperluan kamu sama si Anin?"
"Enggak, Mas. Uangnya kalau lebih aku tabung buat bayar cicilan nanti," jawab Juni melemah.
"Kamu kira tiap hari makan begitu, enggak bosan? Bosanlah, cari uang tuh yang banyak jangan cuma ngandelin aku saja," sosoe Parto.
"Tapi, mas ...."
"Apa? Hah mau ngelawan kamu sama suamimu? Iya?! Pergi sana kalian, enggak ada gunanya," murka Parto sampai wajahnya nampak memerah.
"Enggak, mas. Nanti rumah enggak ada yang beresin kalau aku kerja," ungkap Juni.
"Ayah sudah, ini rumah kayak kapal pecah tahu," sahut Anindihita yang sudah muak.
"Kamu diam saja! Enggak ada yang minta pendapat kamu," omel Parto sembari menunjuk Anindihita.
"Ayah!" teriak Anindihita tanpa sadar karena begitu kesal dengan ulah Parto.
"Berani kamu teriak-teriak, hah? Ayah kamu sendiri kamu teriakin?"
"Ayah cukup, Anin bukan anak kecil lagi. Kalau Ayah pergi dan ibu kerja sedangkan Anin sekolah, siapa yang membereskan rumah? Siapa yang masak buat Ayah, enggak ada, Yah," jelas Anindihita cukup panjang.
"Sudahlah, cape ribut sama kalian berdua, ngabisin tenaga," ujar Parto.
Parto selalu saja seperti itu. Membuat masalah di rumahnya sendiri lalu meninggalkan masalah tanpa ada penyelesaian yang jelas.
Anindihita membantu Juni membereskan barang-barang yang berserakan di lantai, menatanya kembali ke tempat yang seharusnya.
"Bu, tadi ada apa kok ribut sama Ayah?" tanya Anindihita yang meminta penjelasan.
"Enggak, Ayah cuma pengen makan lauk yang lain saja. Cuma uang Ibu cuma bisa beli ini." Juni menunjuk lauk yang tersedia di meja makan.
***
Anindihita menatap uang lima ribu rupiah yang diberi oleh Juni. Hanya cukup untuk ongkos pergi namun tidak untuk ongkos pulang sekolah nanti. Dulu, ada yang mau meminjamkan Anindihita uang, tapi sekarang semuanya sudah berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Human Parasite✅ (End)
Teen FictionAnindihita, remaja SMA yang terus-menerus bergantung pada teman sebangkunya. Tak ada rasa malu baginya Anindihita menghampiri Tarie, "Tarie, pinjem pr matematika lo dong." ujar Anindihita. "Nih." Tarie menyerahkan pr matematika miliknya. "Tarie, pi...