22. Different and changing

1.3K 234 74
                                    

‼️kinda 🔞‼️
komen kalian mood banget❤️
ayo komen terus biar aku semangat buat up terus 1!1!1!1!1!

‼️kinda 🔞‼️komen kalian mood banget❤️ayo komen terus biar aku semangat buat up terus 1!1!1!1!1!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❝𝐡𝐞 𝐤𝐧𝐨𝐰𝐬 𝐛𝐮𝐭 𝐡𝐞'𝐬 𝐣𝐮𝐬𝐭 𝐚𝐬𝐥𝐞𝐞𝐩❞

🐬🐬🐬

guratan emosional terpatri didalam wajahku. aku melamun untuk jangka yang panjang ditengah hamparan rumput serta bunga bunga yang siap sedia untuk menghiburku. Bohong, nyatanya itu tidak berefek.

Sepersekian detiknya juga bulir air mata sebening kristal itu terus menghujami gaun putih yang kukenakan sekarang.

"Sharon" gumamku.

Merasa tak percaya bahwa ia pergi begitu saja. pelakunya adalah aku. aku yang membidiknya. aku. aku. dan aku.

"huang injun sudah tiada?" monologku. harapanku sudah pupus.

pandanganku lurus kedepan, tatapan kosong penuh balas dendam yang berkorbar disana. tak terasa juga genggaman tanganku meremat begitu saja.

sungguh sekarang aku tidak merasakan apapun selain luka dalam yang menyayat disetiap organ tubuhku. Bukan hanya jantung, melainkan otak, mata serta ulu hati ikut tersayat oleh kenangan buruk itu.

padahal dia sepenuhnya belum menceritakan semua hal yang terjadi. mau bertanya pada Jisung, ia pun juga tak tahu.

"Kau butuh tisu?"

aku menggeleng. "tapi tanganmu itu-" dia terus mendesakku agar aku menerima benda gepeng nan ringan tersebut.

"Biarkan saja," tak peduli bagaimana reaksi para vampire disana atau lebih bagusnya lagi renjun menotice punggung tanganku yang mengeluarkan darah ini.

"Kau akan mati" imbuhnya.

aku menghela nafas panjang, nampaknya seseorang ini perlu diberi ceramah panjang dariku agar segera menyingkir. tapi-

saat aku menengok, aku membeku.

"ayah???"

dia membalaskan dengan senyum manis yang sudah lama tak kulihat. Mataku berkaca-kaca. mengucap kata rindu dengan isyarat bulir air yang menetes di manik mataku.

"sebelum berucap, bolehkah ayah menebak nona cantik?" katanya.

"a-apa?"

pria tua itu lantas berjongkok merendahkan dirinya lebih pendek sedangkan aku duduk dikursi taman kerajaan. Dia lalu menggapai tanganku,

mengusapnya dengan benda yang sedari tadi ia tawarkan namun selalu kutolak mentah mentah itu. pelan dan lembut.

"suasana hatimu sedang diterpa badai petir, bolehkah ayah menghiburmu dengan bercerita seperti dulu kala??"

The King Of Psychopath | Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang