Bagian 2: Bantal Hidup

54 8 0
                                    

Setelah menyelesaikan segala rangkaian seperti menyiapkan berkas, tes UL Adorasi, wawancara dan sebagainya. Tiba lah saatnya pengumuman lolos atau tidaknya Ryu di UL Adorasi.

Hari itu, cuaca cerah. Ryu duduk di ruang tamu dengan laptop di hadapannya, dan sang ibu di sampingnya. Sambil menunggu hasil tes, Ryu dan sang ibu berbincang di sana.

"Ryu, kamu yakin kan tes nya lancar? kamu yakin lolos, kan?" Tanya ibu dengan sedikit khawatir.

"Mah, UL Adorasi itu peringkat 18 dari 20 Universitas Lokawigna di dunia. Di mana peringkat 5 terbawah itu melakukan tes hanya formalitas semata. tenang aja, Ryu pasti lolos, mah." Ryu berusaha meyakinkan sang ibu.

Tibalah pengumuman-nya, yang bisa di cek secara online. Ternyata benar, Ryu lolos. Tetapi, ada satu hal yang menjanggal dari pengumuman tahun ini. Dari 972 orang yang mendaftar dan ikut tes, hanya 971 orang yang diterima. Artinya, ada satu orang yang tidak lolos. Ini aneh, pasalnya, seperti yang dikatakan oleh Ryu, peringkat 5 terbawah UL itu tes nya hanya formalitas, tetapi mengapa masih ada yang tidak lolos? dan hanya di tahun ini hal seperti itu terjadi, sebelumnya tidak pernah.

Ryu kebingungan, tetapi ia tidak terlalu memikirkannya panjang-panjang. Sang ibu senang dan Ryu pun ikut senang, walaupun tes nya hanya formalitas. Setelah itu, Ryu mulai menyiapkan serangkaian persiapan yang akan dibawanya saat hari pertama masuk UL Adorasi, di mana hari pertama itu khusus untuk pelatihan, pengenalan, dan adabtasi lingkungan.

3 hari kemudian.

Semua sudah siap, Ryu bergegas ingin berangkat lebih awal karena semangatnya bertemu teman baru dan antusias merasakan lingkungan Lokawigna yang sebenarnya. Sang ibu menyuruh Ryu untuk sarapan terlebih dahulu.

"Ryu! Rotinya sudah ibu siapkan di meja, sarapan dulu untuk energi kamu!" ibu berteriak kepada Ryu.

"Iya mah! roti-nya sudah di mulut Ryu!" Ryu menjawab di depan pintu keluar rumah dengan roti yang masih menyantol di mulut.

"Ryu berangkat dulu ya mah!" teriak Ryu sambil keluar rumah.

Ryu menempuh jarak dengan berjalan kaki sekitar 1 Kilometer dari rumahnya menuju stasiun. Ya, dia menggunakan transportasi umum, yaitu Kereta Maglev. Kereta Maglev adalah jenis kereta yang bergerak pada posisi melayang atau mengambang. Posisi tersebut dihasilkan oleh gaya elektromagnetik. Penggerak kereta Maglev adalah motor linear. Maglev digunakan sebagai alat transportasi jarak jauh. Kecepatannya lebih cepat bila dibandingkan dengan kereta berkecepatan tinggi. Tentu saja hal itu memangkas waktu yang cukup signifikan untuk jarak 15 Kilometer.

Hari itu adalah tahun ajaran baru, banyak juga teman-teman sebaya Ryu yang berbondong-bondong berangkat ke sekolahnya dengan semangat awal sekolah. Berbagai jenis transportasi digunakan oleh orang-orang, seperti Jetpack yang menjadi transportasi pribadi yang mana hampir dimiliki oleh setiap orang. Jetpack sendiri dapat terbang dalam batas waktu 30 menit dengan kecepatan maksimum 74 km/jam serta ketinggian 3000 kaki. Ya, zaman ini segala hal mudah untuk dilakukan karena suatu 'perkembangan'.

Sampailah Ryu di Universitas Lokawigna Adorasi, Universitas yang cukup luas. Ya, memang setiap Universitas Lokawigna itu memiliki lahan yang luas dengan banyak fasilitas dibanding Universitas biasa.

Langkah pertama Ryu saat masuk UL Adorasi diselingi dengan perkataan "Mulai detik ini dan seterusnya! saya akan buktikan bahwa saya bisa menjadi Lokawigna yang sukses, membawa dunia ini kepada kedamaian yang sesungguhnya!" semangat anak muda pada biasanya saat ingin mencapai tujuan.

Tidak jauh setelah Ryu masuk, ia menemui seorang perempuan yang sedang diam seperti sedang memikirkan sesuatu. Perempuan itu manis dan menawan dengan tubuhnya yang proposional, tentu saja Ryu langsung suka pada pandangan pertama. Ryu langsung terpikirkan satu hal. Di rumahnya, ia memiliki bantal yang dibungkus dengan rajutan sang ibu yang bertuliskan "Ryu", bantal itu selalu menemani Ryu tiap malamnya dan menjadi barang kesukaannya. Berhubungan dengan itu, Ryu langsung me-labelkan perempuan itu dengan sebutan 'Bantal hidup', karena ada hal lain selain bantal mati dirumahnya yang sangat ia sukai. Ya, setelah itu Ryu langsung memanggil perempuan itu dengan pede nya.

"Hei, Bantal hidup!" Ryu berteriak dengan bodohnya.

"eh, hah?" Perempuan itu menjawab sambil kebingungan.

Yang benar saja, siapa yang tidak merasa aneh dipanggil oleh orang yang tidak dikenal dengan sebutan 'bantal hidup' di mana hanya Ryu dan saya sebagai penulis yang mengerti soal itu.

"Kok keliatan bingung gitu? salah masuk Universitas, ya?" Ryu bertanya dengan bodohnya.

"Jadi begini manusia aneh. Saya sedang menganalisis seluruh variabel yang ada di sini dan mengkonversi-nya menjadi data di otak saya. Lagi pula, apa maksudnya menyebut saya sebagai bantal hidup? wahai manusia aneh." Jawab perempuan tersebut dengan wajah cemberut.

Ryu semakin tertarik dengan wanita ini karena saat cemberut justru membuat parasnya semakin imut dan menawan.

Ya, perempuan ini memiliki kemampuan Statistika. Di mana ia bisa membuat data statistik di otaknya tanpa pengaplikasian secara visual. Sepertinya ia akan cocok masuk jurusan Psychology.

Dalam hati Ryu berkata "Lagi-lagi perkataan yang sulit dimengerti dan menyebalkan. Tetapi untuk dia beda, tidak menyebalkan sama sekali, hehe."

Bel pertanda dimulainya pelatihan untuk Lokawigna baru dan dimulainya pelajaran untuk para Lokawigna senior berbunyi. Semuanya bergegas masuk ke gedung Universitas, begitu juga dengan Ryu dan perempuan tadi yang tidak melanjutkan obrolan.

Towards AbsoluteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang