Bagian 25: Altruisme Paradoks

16 2 10
                                    

Distrik tertinggal telah lama menjadi tempat buangan bagi masyarakat gagal. Telah lama pula Distrik tersebut menjadi bulan-bulanan para elite kota Hugo sebagai tempat yang harus dihindari.

Ryu sedari awal belum menyadari bahwa ia berada di Distrik yang penuh kebusukan tersebut. Ia baru sadar ketika melihat para pemabuk berkeliaran, rumah bordil bagi para pelacur di mana-mana, keadaan yang begitu kumuh, dan tidak adanya petugas seperti polisi yang berjaga.

Tetapi, Ryu tetap memilih untuk singgah sebentar di sebuah kedai kopi tua di Distrik tersebut untuk sekadar beristirahat sementara sebelum ia ke tempat tujuan sebenarnya.

Ketika hendak memesan kopi, ada beberapa orang-orang yang tengah nongkrong sembari mabuk di kedai tersebut. Di sana, Ryu merasa selalu diperhatikan oleh sekumpulan orang-orang tersebut.

Karena memiliki pemikiran yang pahit mengenai sorot mata seseorang, Ryu sangat tidak suka dengan situasi tersebut. Lantas Ryu menegur sekumpulan berandal itu.

"Apa? jika aku memiliki kesalahan, tolong bicarakan." kata Ryu dengan tempramen tinggi-nya.

"Hei, hei, hei. Lihat! ada anak kecil yang berlagak tua di sini!" kata salah satu berandalan tersebut.

Lantas para berandalan yang lain ikut tertawa meledek kepada Ryu.

"Bagaimana jika kau memberi kami uang untuk menambah dorongan minuman ini?" lanjut salah seorang dari berandalan tersebut.

Percaya diri dengan kemampuannya, Ryu menggebrak meja lalu mendatangi para berandalan tersebut.

"Jangan!" seru pemilik kedai kopi tersebut yang memang adalah seorang kakek tua.

Entah mengapa para berandalan tersebut tidak melawan balik karena ada si kakek pemilik kedai. Tetapi, Ryu diperintahkan untuk pergi dari kedai tersebut oleh pemiliknya. Mungkin dengan maksud untuk melindungi Ryu dari keroyokan.

Ryu menyanggupi usiran halus tersebut.

Ketika telah berjalan sejauh 10 meter, para berandalan tersebut ternyata membuntuti Ryu.

Tidak disangka, salah seorang dari berandalan tersebut ternyata seorang Lokawigna. Hal tersebut dibuktikan dari objek yang berada di sekelilingnya yang dikendalikan oleh seorang berandal tersebut.

Itu adalah kemampuan Telekinesis! kemampuan tingkat tinggi dari jurusan Psychology.

Ryu terkejut akan hal tersebut.

"Seorang Lokawigna?!" kata Ryu terkejut.

Plang jalan melayang menghampiri Ryu karena hasil dari Telekinesis seorang berandal tersebut.

Belum sempat menggunakan kemampuannya, tiba-tiba Ryu ditarik oleh seorang misterius berjubah, menghindari serangan Telekinesis menuju ke arah gang sempit. Lalu mereka berdua (Ryu dan orang misterius itu) berlari sejauh-jauhnya dari para berandalan tersebut.

Ketika sudah merasa aman, orang misterius tersebut berhenti.

"Hampir saja." kata orang tersebut.

"Siapa kau?!" tanya Ryu dengan galak.

Lalu, seorang misterius tersebut membuka kupluk jubahnya seraya berkata.

"Aku Selena."

Orang misterius itu adalah seorang Assassin perempuan bernama Selena.

"Kau perlu tahu, yang tadi kamu hadapi adalah seorang pemimpin dari para berandalan di sini. Ia adalah Lokawigna yang hebat, hanya saja kehidupannya hancur karena ia terjerat hutang yang sangat besar dan memilih untuk menghabisi sisa hidupnya di sini." lanjut Selena.

Towards AbsoluteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang