Modern Slavery: Kesenjangan Tak Berujung (Manusia).
Di era modern saat itu, tentu saja perbudakan merupakan hal yang terdengar aneh, tapi nyata. Bagaimana bisa ada perbudakan di era yang 'katanya' menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia?
Mulai tahun 1224-1290 SM di Mesir, Ramses II seorang Fir'aun yang berkuasa telah melakukan ekspansi kekuasaannya, yang ditandai dengan banyaknya penaklukkan ke berbagai negeri, yang diikuti dengan semangat perbudakan bagi penduduk lemah yang telah ditaklukannya. Berlanjut ke abad 16 di Amerika Utara, lalu menyebar luas ke seluruh Benua Merah atau Amerika, lalu menyebar lagi ke seluruh Kontinen.
Modern Slavery atau Perbudakan Modern ini didefinisikan sebagai kondisi di mana manusia memperlakukan manusia lain sebagai properti atau objek miliknya.
Biasanya, perbudakan ini identik dengan perlakuan kaum yang kuat terhadap kaum yang lemah. Hanya dalam hal ini, perlakuan Lokawigna sebagai manusia yang berevolusi terhadap manusia biasa yang tidak turut berevolusi.
Tentu saja, banyak dari para Lokawigna yang menggunakan evolusi mereka sebagai senjata untuk menindas atau memperlakukan para manusia bak alat yang tidak berevolusi dan dicap lemah.
Sangat jelas bahwa konsep perbudakan tersebut terjadi karena adanya ketidaksetaraan antara dua kelompok, kelompok Lokawigna yang memiliki power dan kelompok manusia biasa yang tertinggal jauh dan terkubur di peradaban mereka sendiri.
Pada era itu, segala pekerjaan telah banyak digantikan oleh robot. Segala sesuatu pun lebih banyak menggunakan sistem Artificial Inteligence. Maka, para manusia yang tidak berevolusi menjadi Lokawigna akan jauh tertinggal bahkan oleh robot sebagai ciptaan manusia itu sendiri.
Perbudakan yang dimaksud di sini merupakan perlakuan eksploitasi pada Sumber Daya Manusia untuk kepentingan pribadi ataupun komersial. Hampir mirip dengan perbudakan zaman dulu, hanya saja perbudakan modern ini memakai sebuah label-label dengan bahasa yang halus atau ke barat-baratan, layaknya sebuah bungkus permen indah yang isinya sudah basi ataupun busuk.
Seperti sebuah pekerjaan sebagai buruh pabrik, pekerja konveksi, asisten rumah tangga, atau pembuat makanan, yang terkadang pada kenyataannya para pekerja tersebut mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakkan. Mereka cenderung dikontrol atau dikendalikan dan kerap mendapatkan kekerasan, tidak mendapatkan upah yang layak (paling sering terjadi), mendapatkan ancaman seperti akan dideportasi (untuk pekerja asing), atau bahkan dianggap berhutang sebagai silih atas pekerjaan yang mereka dapatkan.
Era modern Lokawigna, menggunakan sebuah Modern Slavery yang dibagi ke dalam 3 kategori:
1. Political Slavery: Sebuah perbudakan yang diperuntukkan dalam ranah politik. Biasanya, para orang-orang yang berkuasa memanfaatkan suara orang lain. Dalam Political Slavery terkenal sebutan Mayority Gun, sebuah senjata samar yang dianalogikan sebagai sebuah pistol dengan peluru 'suara mayoritas' untuk mencapai puncak kepemimpinan dengan memanfaatkan peluru tersebut. Atau terkadang pula, dalam Political Slavery ini, para penguasa memiliki sebuah boneka mereka sendiri, yap, boneka manusia. Jadi, Political Slavery ini merupakan suatu perlakuan orang-orang ber-power untuk memanfaatkan orang lain (dalam hal ini budak) demi mencapai suatu tujuan sepihak.
2. Industrial Slavery: Yang menjadi iconic perbudakan. Sebuah perbudakan yang mempekerjakan orang-orang yang secara kasta berada di bawah, dengan memberikan upah yang sedikit ataupun pekerjaan yang tidak layak (dalam hal ini secara universal).
3. War Slavery: Sebuah perbudakan dengan cara pemaksaan tanpa asas hukum yang adil. Di mana orang-orang yang lemah dipaksa untuk menjadi pasukan kemiliteran. Dengan kata lain, orang-orang yang diperintahkan untuk mengikuti perang apapun dengan dalih cinta negara atau cinta pada suatu institusi tertentu menggunakan brain wash. Terkadang pula, dalam War Slavery ini, para budak dipaksa sebagai garda terdepan pasukan atau sebagai ujung tombak atau sebagai pasukan berani mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Towards Absolute
Science FictionBecome a Utopian World? Manusia memasuki evolusi tingkat lanjut dalam perkembangan otaknya. Di dunia ini, setengah dari populasi manusia di bumi memiliki beragam kekuatan atau keahlian yang dihasilkan dari perkembangan otaknya. Manusia itu disebut "...