Sepulang dari UL Adorasi Ryu langsung membuka laptop. Ryu bertujuan untuk memperdalam lagi kemampuan merubah takdir tersebut, karena ia telah mendapatkan sedikit informasi dari pertarungan dengan Jompa di Universitas tadi.
Ketika sedang asik dengan laptopnya, terdengar suara ketukan pintu.
"Ryu, siapa itu yang mengetuk pintu?" Ibu bertanya kepada Ryu.
"Biar Ryu yang buka, mah." Ryu menjawab.
Ketika membuka pintu, ternyata yang mengetuk pintu adalah kurir, dia mengantar paket untuk Ibu Ryu.
"Oh, paket, ya." ucap Ryu.
"Ya." kurir tersebut menjawab dengan muka datar.
"Hei, sepertinya aku pernah melihatmu." seru Ryu.
"Ha?" kurir tersebut menjawab dengan muka datar lagi.
"Hm, kalau tidak salah kamu Lokawigna baru di UL Adorasi, ya? sepertinya kita satu kelompok adabtasi lingkungan." ucap Ryu.
"Oh, ya benar. Tapi, aku tidak mengingat apapun." jawab sang kurir.
"Hahaha, ternyata benar. Ternyata kamu mengisi waktu luang untuk bekerja ya, rajinnya." seru Ryu.
"Hm, jika bisa, aku lebih baik bermesraan dengan kasur sepanjang hari, ini tuntutan orang tua saja." jawab sang kurir.
"Ohhhh, tidak apa. Kalau ada lowongan, aku ingin bekerja juga hihihi." ucap Ryu dengan semangat.
"Hm, aku pergi dulu, masih banyak yg harus kuantar." ucap sang kurir.
"Loh, yang kamu bawa hanya 3 paket, kan? 4 termasuk paketku." tanya Ryu.
"Bagi ku ini banyak." jawab sang kurir dengan muka datar yang tak pernah sirna.
"Boleh aku bertanya? ini tidak akan lama, kok." tanya Ryu.
"Hm, ya." jawab sang kurir.
"Namamu siapa?" tanya Ryu.
"Lian." jawab sang kurir yang ternyata bernama Lian.
"Oh, hai, Lian. Nama yang bagus. Ngomong-ngomong, apakah kamu mau bergabung dengan grupku?" tanya Ryu yang langsung to the point.
"Tidak. Lebih baik aku tidur." jawab Lian.
"Hahaha, tenang saja, tidak ada kegiatan apa-apa, kok. Kita hanya mengobrol-mengobrol saja." rayu Ryu.
"Oh, hm, terserah deh." jawab Lian.
"Asik! oh iya, kamu dari jurusan mana?" tanya Ryu.
"Mekanika Kuantum." jawab Lian.
"Yes! pas sekali. Di grup kita belum ada yang dari jurusan Mekanika Kuantum." seru Ryu.
"Oh." jawab Lian dengan wajah yang semakin bete.
"Baiklah, itu saja. Terimakasih Lian! besok kita bertemu lagi, ya!" Ryu mengakhiri obrolan.
"Ya." jawab Lian.
Saat Lian pergi, Ryu kaget ketika melihat Lian yang berjalan menembus tembok pagar rumahnya. Ryu baru sadar bahwa pagar rumahnya masih terkunci, dan tidak ada yang mendengar seseorang membuka pagar.
Ryu berbicara dalam hati.
"Pantas saja dia tiba-tiba di depan pintu. Pagar masih terkunci padahal. Hahaha, menarik, dia orang malas yang menciptakan karya demi memanjakan dirinya. Aku rasa itu hebat, hahaha."
Ryu masuk ke rumah lalu memberi paket tersebut kepada sang ibu.
"Mah, ini paketnya. Oh iya, mamah tau nggak? ternyata kurir tadi teman seangkatan ku di UL Adorasi, loh." seru Ryu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Towards Absolute
Science FictionBecome a Utopian World? Manusia memasuki evolusi tingkat lanjut dalam perkembangan otaknya. Di dunia ini, setengah dari populasi manusia di bumi memiliki beragam kekuatan atau keahlian yang dihasilkan dari perkembangan otaknya. Manusia itu disebut "...