Hei, lihat ke depan! sesekali saja melihat ke belakang! nanti, ya!
Hari itu, Freya seharusnya menemui Rokie. Tetapi, ia bergerak agak lambat karena peristiwa Jemek dan Pegahmagabow serta hilangnya kemampuan Lian.
"Biar aku yang urus semuanya" tutur Stefano.
Bergeraklah Freya ke ujung ruangan, hendak pergi ke kantor polisi guna menemui Rokie Si Anak Ajaib.
"Kau tidak mungkin membawa Khimaira dan Griffin bukan? sepertinya, kau membutuhkan senjata sebagai pegangan." ujar Grunge kepada Freya.
"Senjataku ada di sini, tenang saja." jawab Freya sembari menunjuk kepalanya dengan maksud sebuah otak.
Merepotkan memang bagi seorang Freya. Berkelana sana-sini untuk sebuah tim, terkhusus Ryu. Tetapi, hanya Ryu yang bisa merubah banyak orang, memang.
Freya sampai ke kantor polisi dan langsung saja menuturkan alasannya datang ke kantor polisi.
2 anggota kepolisian mengarahkan Freya ke sel khusus. Sel tersebut terisolasi dan memakai suatu material khusus untuk menangkal kengerian Rokie.
Bertemulah Freya dan Rokie. Saat itu, Rokie memiliki tangan yang terikat simpul dengan besi seperti kotak dan berlapis-lapis. Seluruh orang yang memasuki ruangan tersebut memakai sebuah seragam khusus dan masker untuk mencegah infeksi virus dari Rokie.
Ketika Freya melihat Rokie, ia sedikit terkejut karena yang didapati ternyata sebuah bocah dengan badan kurus dan lesuh yang sangat terlihat seperti bocah yang tidak ter-urus dan kurang mendapati kasih sayang dari kedua orang tuanya. Rokie juga mengekpresikan rasa sedih kepada Freya dengan linangan air mata yang terbata-bata jatuh membasahi pipi mungilnya. Rokie, terlihat seperti tersiksa.
"Walah, ternyata kau yang bernama Rokie itu, ya." ucap Freya sembari menarik bangku untuk duduk.
Posisi mereka-Freya dan Rokie-seperti posisi orang yang sedang melakukan sebuah interogasi di ruangan yang biasa dilakukan oleh intel dan kriminal.
Rokie tidak menjawab tutur Freya barusan. Ia-Rokie-terlihat lebih seperti anak yang ketakutan. Sungguh miris melihatnya.
"Apa kau berniat untuk berbicara?" lanjut Freya.
Rokie terbata-bata dan berusaha berucap melalui mulut mungilnya tersebut. Dengan gagap, ia menjawab.
"M.. ma.. maaf." jawab Rokie.
"Baiklah. Akan aku urus." lanjut Freya.
Saat itu juga, Freya langsung mengambil tindakan pasti. Ia yakin bahwa komunikasi dua arah ini tidak akan berjalan lancar. Alih-alih mendapatkan informasi dengan mudah, justru malah menghambat pelaksanaan komunikasi tersebut. Maka dari itu, Freya memiliki niat untuk ber-negosiasi dengan polisi untuk membawa Rokie.
Tetapi, setelah bernegosiasi, polisi tidak menyetujui dan tidak mengizinkan Freya untuk membawa Rokie. Tentu, hal demikian dikarenakan Rokie bukanlah kriminal biasa yang dapat diurus dengan orang biasa pula.
"Aku memiliki ibu dengan lisensi resmi Kedokteran tingkat Lokawigna yang telah menangani banyak lika-liku kasus medis. Dengan itu, ibu saya bisa mengurus Rokie dengan lebih baik ketimbang hanya meletakkannya dalam kurungan seperti hewan di kebun binatang." jelas Freya di akhir negosiasi sembari memberikan lisensi resmi ibunya.
Setelah mendengar itu, pihak kepolisian melakukan diskusi singkat. Dan hasilnya, kepolisian menyetujui Freya untuk membawa Rokie.
"Baiklah, setelah kami diskusi, didapati hasil pada persetujuan pembawaan Rokie kepada ibu anda. Tetapi, masih dalam pengawasan kami. Kami akan mengirim seorang pengawas bersama anda." tutur salah satu petinggi kepolisian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Towards Absolute
Science FictionBecome a Utopian World? Manusia memasuki evolusi tingkat lanjut dalam perkembangan otaknya. Di dunia ini, setengah dari populasi manusia di bumi memiliki beragam kekuatan atau keahlian yang dihasilkan dari perkembangan otaknya. Manusia itu disebut "...