Bagian 8: Buku Pertemuan 4: Pertemuan Kembali

22 3 2
                                    

Pagi hari, saat itu cuaca cerah. Ryu berangkat ke UL Adorasi, kali ini Ryu menaiki jetpacknya, sebenarnya dia sangat malas menggunakan jetpack, tetapi karena sedikit kesiangan, jadi ia memutuskan untuk memakainya.

Saat sesampainya di UL Adorasi, Ryu disambut dengan lemparan piring bergerigi setajam pedang yang nyasar, itu merupakan senjata yang diciptakan oleh anak Tehnik senior di UL Adorasi.

Tetapi, hal yang aneh terjadi, Ryu tidak terkena lemparan piring tajam tersebut, padahal secara logis seharusnya Ryu sudah terkena lemparan piring tersebut, sebab lemparan tersebut sangat cepat dan Ryu hanya menyadari ketika piringan tersebut sudah berjarak sekitar 1/2 meter di hadapannya.

Tidak banyak yang melihat kejadian itu, kecuali 3 anak Tehnik dan perempuan yang Ryu cap sebagai bantal hidup.

3 anak Tehnik tersebut sedang melakukan uji coba kecil-kecilan di lapangan, tetapi kecelakaan tidak bisa dihindari, syukur Ryu tidak benar-benar terkena, walaupun hal tersebut tidak masuk akal.

Perempuan bantal hidup itu sangat kaget melihatnya, kemampuan analisis dia sama sekali tidak berlaku pada saat kejadian ini. Pasalnya, dengan kecepatan lemparan piringan yang setara dengan kecepatan anak panah, dan kesadaran Ryu akan piringan tersebut ketika sudah berada pada titik 1/2 meter, membuat perempuan bantal hidup tersebut tidak mampu menggunakan kemampuan analisisnya.

3 anak Tehnik senior menghampiri Ryu dan meminta maaf akan kejadian itu, tetapi mereka tidak terlalu menghiraukan kejadian yang tidak masuk akal tersebut, karena pikiran mereka sudah tersulut kepanikan. Bagaimana tidak, jika benar terkena piringan tersebut, nyawa Ryu benar-benar tidak terselamatkan.

Setelah 3 anak Tehnik pergi untuk mencari tempat uji coba yang lebih aman lagi, perempuan bantal hidup itu menghampiri Ryu seraya berkata.

"H..hei!"

"Hah? oh, bantal hidup, ya!" Ryu menjawab dengan sangat gembira seperti tidak terjadi hal apa-apa.

"Bodoh, kau bisa tersenyum setelah kejadian itu menimpa dirimu. Kau tahu? mata ku seperti terkena ilusi oleh kejadian tadi." Sambung perempuan bantal hidup.

"Maaf, tapi, ini aneh. Jarak terdekat piringan tersebut membuat aku kaget, dan terpaksa menggunakan kemampuanku, aku tidak percaya ini akan berhasil sebenarnya." Ryu berkata dengan kebingungan.

"A..apa katamu? kemampuanmu? bagaimana menjelaskan kemampuan anehmu itu? telekinesis? merubah takdir? atau memperlambat waktu?" Tanya perempuan tersebut dengan semakin kebingungan.

"Ya, yang kedua. Aku sebenarnya juga masih bingung. Tetapi, aku sangat senang bahwa ini berhasil!" Ucap Ryu dengan perubahan eksperesi yang tiba-tiba.

"Apa katamu?! benar kau bisa merubah takdir? kemampuan macam apa itu? apa ada penjelasan ilmiahnya? bagaimanapun itu benar-benar tidak masuk akal. Lokawigna aneh macam apa kau ini? kenapa tidak masuk UL yang lebih tinggi lagi tingkatannya dengan kemampuan yang kau miliki itu?" Tanya perempuan bantal hidup tersebut dengan kebingungan yang mendominasi isi pikiran.

"Bagaimana kalau kita bicarakan ini di lain tempat?" Bujuk Ryu dengan maksud menjalin kedekatan yang lebih hangat dengan perempuan yang membuat ia jatuh cinta sedari awal.

"Boleh. Tetapi nanti, Sekarang tidak ada waktu lagi. 5 menit lagi bel akan berbunyi. Setelah bel pulang berbunyi, aku tunggu kau di kantin." Jawab perempuan tersebut.

"Aku ubah saja ya jam masuknya menjadi lebih lama?" Ryu menggoda perempuan itu dengan pamer kemampuannya, padahal itu tidak ada hubungannya dengan konsep merubah takdir.

"Hah? bodoh. Apakah hal seperti itu juga bisa kau lakukan?" Tanya perempuan tersebut dengan kebingungan yang menjadi-jadi.

"Tentu tidak, hehe." Saut Ryu dengan wajah bodohnya.

Towards AbsoluteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang