"Kebanyakan orang diam saat kita bercerita bukannya benar-benar mendengarkan, tapi menunggu gilirannya bercerita."
***
Happy Reading♡
"Waah, kangen banget naik bus!" Turun dari bus, Ilona langsung berteriak kegirangan.
Arka di sampingnya mengikat tali sepatunya yang terlepas, lalu berdiri tegak. "Emang kapan terakhir kali naik bus?"
"SMP tapi pas mau naik SMA, nggak lama-lama banget, sih. Sekarang udah nggak pernah karena trauma."
Arka mengangkat sebelah alisnya. "Trauma?"
Ilona mengangguk.
"Trauma kenapa?"
Ekspresi wajah Ilona berubah, ia menoleh. "Dikata anak SD mulu."
"Ha?"
Ilona mengangguk mantap. "Pernah ketiduran di bus, sampai nggak sadar haltenya udah lewat. Dikata-katain mulu."
"Tapi tadi nggak, kan?"
"Nggak."
"Tahu kenapa nggak dikata-katain lagi?"
"Kenapa?"
Arka menahan senyumnya, mengalungkan lengannya ke pundak Ilona. "Karena lo sama gue," ujarnya, lalu melangkah membuat Ilona juga mau tak mau ikut melangkah.
Ilona melirik Arka yang nampak santai saja. Ia mengernyit, heran pada Arka, padahal dari tadi sebisa mungkin ia mengendalikan ekspresi sendiri.
Seperti yang Arka katakan tadi di sekolah, sepulang sekolah mereka pergi ke toko buku. Namun, sebenarnya Ilona masih tak tahu ia akan ke mana. Saat ia bertanya, Arka selalu ingin ia menebak sendiri. Menyebalkan sekali!
Meski Arka bawa motor, tapi ia malah mengajak Ilona naik bus. Entah apa alasannya, Ilona juga tak tahu. Cowok itu sangat tidak bisa ditebak isi pikirannya.
Begitu Arka bilang ia ingin mengajak Ilona pergi, pulang sekolah tadi Ilona sempat kabur lewat gerbang samping sekolah. Lalu ia bertemu dengan Kevin, tapi sepupunya itu malah yang membuatnya bertemu dengan Arka.
Ilona berniat untuk ke rumah Kevin nanti, lalu mengatakan semua kejelekan sepupunya itu pada tantenya. Biar seenggaknya, Kevin kena marah.
"Dulu, mah, aku suka ke sini. Tapi ke toko bukunya, sih."
"Ngapain?"
Ilona melipat tangannya, menatap Arka malas. "Ke toko buku tuh ngapain, sih, Kak?"
"Beli buku."
Ilona menjentikkan jarinya. "Nah, itu tau!"
"Ya, biasanya cewek kek Lo tuh CLBK."
"Ha?"
"Cuma lihat beli kagak."
Ilona terdiam sesaat, lalu tertawa ngakak. Ia menatap Arka prihatin, menepuk-nepuk pundak Arka. "Dicoba lagi ya, Kak. Kurang dikit lucunya, tapi aku hargai."
Arka memutar bola mata malas, melangkah masuk ke samping toko buku.
"Lho, bukan mau ke toko bukunya?" Ilona berlari kecil membuntuti Arka.
"Nggak."
Arka duduk di salah satu kursi dengan meja bundar di tengah-tengah.
Ilona melirik sekitar, tempat ini terlihat seperti cafe, tapi dikelilingi buku-buku yang terletak di rak. Ilona hanya bisa menyimpulkan, ini sebuah cafe, tapi bernuansa perpustakaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkano : Cold Prince
Teen Fiction[COMPLETED] Ilona kira, cowok berlian tampan nan rupawan yang ia lihat di halte saat itu adalah Arka, sampai-sampai membuatnya masuk ke sekolah elit di kotanya. Nyatanya dia yang salah. Arka itu si cowok dingin yang dijuluki Cold Prince di sekolahan...