“Jika sudah ada penerimaan, maka sisanya adalah keberanian.”
***
Happy Reading♡
Bagai disambar petir di siang bolong, pengakuan cowok jangkung di hadapannya itu sukses membuat Arka bukan hanya sekedar mematung di tempatnya. Penuturan tersebut seakan meruntuhkan kepercayaan dirinya selama ini.
Tangan Arka yang memegang karangan bunga untuk Ilona di belakang punggungnya mengerat seketika.
Apa katanya tadi? Calon tunangan? Bahkan dia dan Ilona belum putus.
Rahangnya mengeras tanpa sadar kala melihat raut wajah Yogi yang nampak puas itu. Seolah bangga mengatakan kalimat tadi.
Arka melirik Ilona yang menunduk, membuat Arka tak bisa melihat ekspresi gadis itu.
"Ilona, nanti kamu pulang bareng Letta, ya? Aku masih ada urusan di sini," ujar Yogi.
Ilona menggigit bibirnya. "Eum ... kayaknya nggak bisa, deh. Soalnya dia katanya langsung mau pergi gitu, ke luar kota sama keluarganya."
Yogi menganggukkan kepalanya paham. "Tapi aku lama banget kayaknya, kasihan kalau kamu nunggu."
"Terus gimana, dong?"
Arka menghela napas kasar, mencoba menguasai diri. Mengesampingkan egonya terlebih dahulu. "Bareng gue aja," ujarnya.
Keduanya kembali kompak menoleh. Ilona merasa, nada bicara Arka berubah sangat dingin tadi.
"Ya udah, kamu bareng dia aja."
Arka menautkan alisnya. Dalam hati mendumel, ini cowok nggak bakal takut kalau ceweknya gue apa-apain? Gue rebut mampus Lo! Untung masih gantengan gue!
"Beneran?"
"Iya, kalau dia nggak keberatan, sih," sahut Yogi penuh makna sembari melirik Arka.
"Nggak papa, Kak?" Arka hanya berdehem singkat sebagai jawaban.
Yogi tersenyum. "Ya udah, aku pergi dulu, ya. Nanti aku ke rumah kamu."
Ilona membalas senyuman Yogi, menatap cowok itu yang perlahan menjauh. Lalu menoleh kembali pada Arka. "Eum ... mau pulang sekarang, Kak?"
"Terserah lo."
Ilona menipiskan bibir mendengar jawaban singkat tersebut. "Ya udah, sekarang aja, ya. Acaranya juga udah selesai, banyak yang udah pulang juga tadi. Gue ... mau ambil tas dulu."
Ilona berlari kecil menjauh setelah pamit lebih dulu.
Sementara Arka, selepas perginya Ilona, ia membuang napas kasar yang sempat tertahan sejak tadi. Ia jadi menatap sendu bunga di tangannya.
Sia-sia, dong, dia ke sini?
Bahkan Ilona tadi menggunakan gue-elo bukan aku-kamu yang seperti ia gunakan ketika berbicara dulu.
Ilona memang tidak janji akan menunggunya sampai balik lagi, tapi ia sudah terlanjur berharap.
"Eh, Kak Arka!"
Arka tersentak, refleks mendongak ingin tahu siapa yang memanggilnya.
"Itu bunga buat gue, ya?" Letta memasang senyum lebarnya.
Mendengar itu, sontak Arka menjauhkan bunganya ke belakang punggung saat tangan Letta sudah terulur. "Ngapain juga gue bawa bunga buat Lo?"
Letta melebarkan mata, meletakkan tangan dalam dada dengan lebay memperagakan gaya seolah tersakiti dengan perkataan Arka barusan. "Nylekit banget, anjir!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkano : Cold Prince
Teen Fiction[COMPLETED] Ilona kira, cowok berlian tampan nan rupawan yang ia lihat di halte saat itu adalah Arka, sampai-sampai membuatnya masuk ke sekolah elit di kotanya. Nyatanya dia yang salah. Arka itu si cowok dingin yang dijuluki Cold Prince di sekolahan...