“Di sini kita sama-sama berjuang, bertempur melawan iblis masing-masing pada level yang berbeda. Dan tentu saja itu sesuai dengan kapasitas kita sendiri, tidak ada level yang lebih tinggi ataupun rendah.”
***
Happy Reading♡
Ilona berjalan lunglai menuju kelasnya. Menunduk dalam menggigit bibirnya. Koridor dari perpustakaan ke kelas seakan mendadak jauh.
"Sekarang larinya ke Kak Arka lagi, ya. Kayak nggak punya malu."
"Kak Arka, terus ke Arga, abis itu deketin Kak Arka lagi. Bener-bener nggak tau malu."
"Padahal udah sering dinyinyirin kakak kelas, tetep aja kalau emang dasarnya nggak tau malu."
"Ganjen banget."
"Tau, tuh!"
Hatinya menyuruhnya melanjutkan langkah, tapi insting dan akalnya seolah ingin Ilona berhenti dan menghadapi orang-orang yang berkomentar terhadap dirinya itu.
Dia itu siapa, ya? Kok, ngasih komentar seolah juri Indonesian Idol, batin Ilona menggerutu.
Ilona berhenti, dengan garis wajah yang berubah tak menunduk seperti tadi. Menatap dengan kernyitan di dahinya, tiga cewek yang duduk bersampingan itu membalas tatapannya.
"Kenapa ya?" tanya salah satu dari mereka, dengan nada dan raut wajah tak suka menatap Ilona.
"Ngomongin aku, ya? Kenapa pas lewat aja? Kenapa nggak di depan aku langsung? Oh, atau kenapa nggak pas ada Kak Arka tadi?"
Ilona mendongakkan dagu, mencoba terlihat tegas dan galak tapi nyatanya malah terlihat imut. Mungkin itu yang membuat mereka bertiga berani karena kesan Ilona yang memang tak ada galak-galaknya sama sekali.
Satu dari mereka berdiri, melipat kedua tangannya membalas tatapan Ilona dengan menantang. "Kenapa? Lo mau sembunyi di belakang Kak Arka? Siapa, sih, Lo? Inget, ya. Ini bukan dongeng, jangan seolah-olah Lo itu Cinderella."
Melihat Ilona yang tak berkutik. Dua dari mereka ikut berdiri, merasa seakan menang. Toh, mereka bertiga dan Ilona sendirian.
Koridor juga sepi sebab mereka masih berada tak jauh di koridor perpustakaan, belum di koridor kelas. Lagipula, ini jam kelasnya Ilona olahraga, yang artinya kelas lain pun sedang jam pelajaran di kelasnya masing-masing. Entah bagaimana tiga orang ini bisa duduk-duduk santai di luar seperti ini.
Sampai Ilona terkejut setengah mati saat bahunya didorong dengan kerasnya oleh salah satu dari mereka. Ilona mencoba tetap bertahan berdiri.
"Apa, sih? Kok main kasar? Aku coba ngomong baik-baik, lho, tadi," ujar Ilona tak suka.
"Sok banget Lo!"
"Lho, yang kayak gini dikata sok banget? Terus apa kabar sama situ?"
Mereka menggeram sebab melihat Ilona yang berani melawan. "Kita semua jijik lihat lo kecentilan godain cowok-cowok, Ew!"
"Aku lebih jijik lihat kalian yang suka ngurusin hidup orang. Kenapa? Cemburu? Iri?" Ilona melipat kedua tangannya di depan dada, makin menatap ketiganya tak gentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkano : Cold Prince
Teen Fiction[COMPLETED] Ilona kira, cowok berlian tampan nan rupawan yang ia lihat di halte saat itu adalah Arka, sampai-sampai membuatnya masuk ke sekolah elit di kotanya. Nyatanya dia yang salah. Arka itu si cowok dingin yang dijuluki Cold Prince di sekolahan...