“Tunaikan dulu kewajibanmu, maka kamu bisa menuntut hakmu.”
***
Happy Reading♡
Mobil Arka memelan, yang kemudian berhenti di depan sebuah rumah yang sangat ia kenali.
Bukan, itu bukan rumahnya, melainkan rumah tetangganya. Di samping rumah itu, barulah rumah Edwin dan Intan.
Selepas telepon dadi Gebby tadi, Arka langsung menuju ke sini bahkan belum sempat mengantarkan Ilona pulang.
Ilona paham perasaan Arka, cowok itu memang terlihat santai sebab ekspresi wajahnya yang datar. Namun, Ilona jelas tahu bahwa Arka khawatir saat mendengar itu.
Arka melepas sabuk pengamannya, matanya melirik ke depan rumah Edwin di mana banyak wartawan terlihat. Itulah sebabnya, Arka sengaja berhenti agak jauhan dari rumah itu.
Saat hendak turun mobil, Arka tersentak. Ia baru sadar Ilona masih bersamanya.
Arka menoleh pada Ilona yang menatapnya polos.
"Mau di sini aja? Atau mau ikut?" tanya Arka.
"Emang boleh?"
Arka diam sejenak, lalu mengangguk yakin. "Hm, boleh."
Ilona ikut mengangguk sembari turun mobil bersamaan dengan Arka.
Arka mendekat, menyejajarkan langkahnya dengan Ilona. Cowok itu mengulurkan tangan. "Pegangan," ujarnya, tapi Ilona malah bengong tak paham.
Maksudnya ... ngapain pegangan gitu, kan, nggak lagi nyeberang.
Arka mendecak, menarik tangan Ilona menautkan jari-jemarinya. "Pegangan gini, lho."
Ilona mendongak polos. "Biar apa?"
Arka mengerjap, bingung menjawab apa. "Biar, biar apa, ya ...."
"Biar nggak jatoh aja, udahlah," final Arka dan menarik Ilona masuk lewat belakang.
Sebenarnya Arka ragu akan masuk ke rumah ini lagi. Kenangan buruk terlintas begitu saja tiap kali ia menginjakkan kaki di sini.
Arka memelankan langkah, perasaannya bergulat antara masuk atau tidak.
Arka tertegun saat Ilona mengeratkan pegangannya, ia kemudian menoleh pada Ilona yang tersenyum padanya.
"Ternyata pegangan itu biar Kak Arka sadar kalau ada gue di sini," ucap Ilona membuat Arka terdiam lama karena tertegun.
Senyuman hangat itu membuatnya berdesir, lantas membalas senyuman tipis. Arka melangkah kembali, mulai percaya dengan apa yang ia lakukan sekarang.
Pintu belakang dikunci, membuat mereka tak bisa membukanya. Arka sudah mencoba mengetuknya barang kali ada yang membukanya dari dalam, tapi nyatanya lama sekali ia menunggu tak dibuka juga.
Ilona menolehkan kepala, matanya menangkap pintu samping. "Lewat samping aja bisa nggak, Kak?"
"Hm?" Arka ikut menoleh ke arah yang ditunjuk Ilona, terdiam lalu mengangguk.
Untung saja ada tanaman yang setidaknya kehadirannya tidak diketahui oleh wartawan, meski begitu Arka dan Ilona harus setengah membungkukkan badan agar tak terlihat.
Pintu dikunci juga, tapi adanya jendela di samping pintu tersebut membuatnya bisa melihat keadaan rumah.
Arka mengetuk jendelanya, dari tempatnya ia bisa melihat asisten rumah tangga yang masih ia ingat betul bagaimana rupanya meski dua tahun ia tak berada di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkano : Cold Prince
Teen Fiction[COMPLETED] Ilona kira, cowok berlian tampan nan rupawan yang ia lihat di halte saat itu adalah Arka, sampai-sampai membuatnya masuk ke sekolah elit di kotanya. Nyatanya dia yang salah. Arka itu si cowok dingin yang dijuluki Cold Prince di sekolahan...