“Seseorang mungkin lelah karena tahu bahwa hidup bukan hanya hari ini. Masih ada besok, besoknya lagi, dan banyak besok lagi. Seolah berjuang selama ini masih saja belum cukup.”
***
Happy Reading♡
"Plis, Ka. Temenin gue." Arga menyatukan tangannya, memohon pada Arka yang nampak acuh meski Arga sudah beberapa menit di kamarnya dan memohon kepadanya seperti ini."Arka, Lo sodara gue bukan, sih?!" Arga melayangkan tatapan kesalnya pada Arka.
"Napa tanya gitu. Lo, kan, udah tau gue sodara lo apa bukan."
Arga tersentak. Ia juga spontan mengatakan tadi, tak menyangka jawabannya akan seperti ini.
"Temenin gue, ya?" Arga kembali menyatukan tangannya.
"Lo mau gue dikasih tatapan sinis, ya, nantinya?"
Arga menggeleng keras. "Nggak, gue jamin."
Arka diam.
"Bantuin gue, Ka. Seenggaknya kalau ada lo gue nggak kebawa emosi."
Arka melirik tak suka. "Lo ngumpanin gue?"
"Nggak gitu." Arga mengacak rambutnya frustasi, membujuk Arka memang sangat susah. "Ya udah, kalau lo nggak mau. Biar gue sendirian, biarin aja gue dijadiin boneka sama mereka. Toh, mereka juga—"
"Oke, gue ikut!"
Arga tersenyum senang, lalu bangkit dan membuka pintu Arka. "Oke, siap-siap. Nanti kalau mama atau papa tanya kenapa lo ikut, biar gue yang jawab."
"Hm."
Arga lantas menutup pintu kamar Arka.
***
Ilona memperbaiki penjepit rambutnya sesaat sebelum memasuki restoran bintang lima itu. Sementara mama dan papanya beberapa langkah masuk lebih dulu.
Helaan napas panjangnya keluar. Ia agak mengangkat dagu, memaksakan senyum terindahnya, lalu kembali melangkah menyusul mama dan papanya.
Mereka memilih meja di lantai paling atas, memperlihatkan hitamnya malam yang ditaburi indahnya bintang membuat suasana rooftop tersebut nampak damai. Apalagi tak bising seperti lantai bawah.
"Belum datang, ya?"
Ilona duduk dengan santainya. Sudah biasa dengan apa yang terjadi.
Tak lama sosok wanita dan laki-laki paruh baya berjalan beriringan dengan pakaian formalnya. "Eh, maaf. Udah lama?"
Mama Ilona menggeleng. "Ah, nggak, kok. Kita baru saja duduk."
Mama Ilona lalu menoleh pada sang anak. "Ilona, kenalin ini Tante Intan sama Om Edwin."
Ilona memasang senyum lebar, sembari mengulurkan tangan dan mencium tangan kedua orang itu. "Saya Ilona, Tante. Ilona, Om."
Wanita bernama Intan dan laki-laki bernama Edwin itu tersenyum.
"Saya juga punya anak seusia kamu, lho."
"Oh, ya, Om?"
Intan ikut mengangguk. "Iya, dia sebentar lagi nyampe mungkin."
"Mama!"
Mereka semua kompak menoleh. "Nah, itu dia!" seru Intan saat mendapati sosok laki-laki yang berjalan mendekat.
Ilona sontak membungkam mulutnya agar minumannya tidak keluar saking terkejutnya ia melihat siapa orang itu.
Iya, Arga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkano : Cold Prince
Teen Fiction[COMPLETED] Ilona kira, cowok berlian tampan nan rupawan yang ia lihat di halte saat itu adalah Arka, sampai-sampai membuatnya masuk ke sekolah elit di kotanya. Nyatanya dia yang salah. Arka itu si cowok dingin yang dijuluki Cold Prince di sekolahan...