“Tiba-tiba kau ingin tidur, mimpi indah. Jangan bangun lagi, begitu bukan?”
***
Happy Reading♡
"Sakit?"
Ilona melebarkan mata, terkejut bukan main. "K–Kak Arka?"
Ya, orang itu adalah Arka.
Dalam keterkejutannya, Ilona mengernyit. Sejak kapan cowok ini ada di sini?
Arka memperbaiki posisinya menjadi duduk di sisi ranjang yang terpisahkan tirai—yang kini sudah disingkapnya—dengan ranjang Ilona.
Arka memiringkan kepalanya, menatap lekat Ilona. Lalu ia merunduk mengambil plester yang terjatuh sebab disenggol Ilona saat terkejut tadi.
Arka hanya diam menggenggamnya, tak berniat memberikan plester tersebut pada Ilona.
"Siniin!"
Ilona berdecak sebal saat cowok itu malah diam. "Ck, siniin!"
Arka mengulurkan plester tersebut, tapi saat Ilona hendak mengambilnya, Arka sigap menjauhkan lebih dulu membuat Ilona kembali mendecak merasa dipermainkan.
"Bilang dulu, 'Arka baik' gitu!"
Ilona melongo, mengerjap tak percaya. Ini dia nggak salah dengar, kan?
"Baik dari mananya? Lihat aku jatuh aja nggak ditolong tadi," gumamnya yang terdengar menggerutu.
"Karena gue tahu Lo bisa sendiri."
Ilona melotot mendengar jawaban yang terlalu jujur itu.
"Karena gue tahu Lo kuat. Lo bisa ngelawan mereka dengan badan kecil Lo ini, meskipun mereka tiga orang."
Ilona mendecih samar. "Ini termasuk body shaming nggak, sih?" tanyanya yang terkesan sengaja menyindir.
Arka dengan santainya menggeleng. "Nggak, gue muji."
Ilona hanya mencibir membalasnya.
"Gue serius. Gue nggak nolong lo karena gue tahu lo nggak bakal diem aja saat harga diri lo dijatuhin, atau bahkan lo diinjak-injak. Karena lo tahu? Hanya diri kita yang bisa menyelamatkan diri kita sendiri. Gue juga di UKS lebih dulu dari lo karena gue tahu lo bakal ke sini, gue baik, kan?"
Ilona tercengang. Satu sisi merasa ingin menimpuk kepala cowok di depannya ini, satu sisi juga agak terkejut bisa mendengar kalimat panjang dari cowok yang katanya dingin, cuek, dan irit bicara.
Ilona hanya bisa mengangguk mengiyakan. "Hm, iya baik," ujarnya dengan setengah hati.
"Ini ceritanya udah nggak marah lagi, nih? Kok sok deket-deket gini? Tadi aja katanya nyuruh aku pergi," ujar Ilona dengan menunduk kecil, masih merasakan sakitnya saat Arka menyuruhnya pergi saja tadi.
Arka diam-diam mengulum senyumnya melihat itu. Dengan kepercayaan diri penuh, ia melipat tangan di depan dada. "Seperti lo yang pengen bikin gue melotot, gue juga pengen bikin lo kesel lagi."
Ilona merapatkan bibir, matanya terpejam sesaat berusaha menyabarkan diri, walau susah saat kembali melihat Arka yang tersenyum seakan puas.
"Ekspresi ini yang bikin gue kangen," ujar Arka sembari menunjuk wajah kesal Ilona, lalu terbahak.
Tidak, Ilona kali ini tidak terpesona melihatnya tertawa. Justru ingin menampolnya detik itu juga.
"Kak Arka." Ilona mengepalkan tangannya, menunjukkan pada Arka. "Kak Arka mau ini?" lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkano : Cold Prince
Teen Fiction[COMPLETED] Ilona kira, cowok berlian tampan nan rupawan yang ia lihat di halte saat itu adalah Arka, sampai-sampai membuatnya masuk ke sekolah elit di kotanya. Nyatanya dia yang salah. Arka itu si cowok dingin yang dijuluki Cold Prince di sekolahan...