“Aku tau, dunia terlalu kejam untuknya, tapi aku percaya jika ia bisa bertahan di dunia yang kejam ini. Tidak harus mengalahkannya, hanya bertahan. Itu saja sudah lebih.”
***
Happy Reading♡
Pintu rumah terbuka lebar, muncul sosok cewek yang berlari tergesa-gesa. Peluh membanjiri pelipisnya.
"Ilona," gumamnya.
Gebby, cewek itu duduk di hadapan Ilona, tapi matanya tak lepas menatap Arka yang bersandar di bahu Ilona dan memejamkan mata tampak damai dengan mimpinya. Meskipun luka lebam di wajahnya terlihat jelas.
Pandangan Gebby beralih ke Ilona yang menatapnya juga. "Sorry, gue telat."
Ilona hanya tersenyum tipis.
"Tangan Lo," lirih Gebby membuat Ilona mengikuti arah pandang Gebby yang mengarah pada tangannya.
Gebby menghela napas kasar. "Biar gue obatin," ujarnya dan mengambil kotak P3K mendekat, yang memang sudah berada di lantai.
"Gue ketua PMR dulu, jadi Lo tenang aja. Gini doang, mah, gue bisa."
Ilona hanya diam saja saat tangannya ditarik Gebby untuk diobati.
"Sebelumnya makasih."
"Hm."
Gebby mengernyit saat menyadari Ilona yang berbeda seperti biasanya. Ia memang tak begitu dekat dengan Ilona, tapi ia cukup tahu bagaimana sikap dan sifat asli cewek itu.
"Arka kuat, kok. Segitu cemasnya Lo," ujar Gebby, guna mencairkan suasana.
"Gimana aku nggak cemas, dia disakiti di depan mataku sendiri. Bahkan hampir dibunuh, terus nyelakain diri sendiri." Ilona menunduk saat mengatakan itu.
"Iya, gue paham."
Gebby menarik tangan Ilona yang satunya saat yang kiri sudah selesai ia perban.
"Lo ... nggak penasaran gitu sebenarnya gue siapa?"
"Nggak, sih. Nggak penting juga," jawab Ilona sekenanya membuat Gebby mendelik samar.
"Kalau pun Lo nggak penasaran, tapi gue bakal bilang sendiri."
Ilona diam mendengarkan.
"Gue sama Arka satu ayah. Kita saudaraan. Arka ngira dia dibuang sama orang tuanya, tapi itu nggak bener. Orang tuanya nitipin dia sama orang tuanya yang sekarang ini, karena saat itu orang tua kandungnya lagi sakit parah. Mereka nggak ada uang buat berobat, pas banget mama yang sekarang itu nggak hamil-hamil."
Gebby menjelaskan dengan sabar sembari tangannya sibuk membalut perban di tangan Ilona.
"Mama papanya ngasih uang sama orang tua kandung Arka, dengan syarat Arka harus mereka bawa. Tentu saja orang tua kandung Arka nggak mau, nolak meskipun mereka butuh banget uang."
"Sampai mama papa Arka terus aja bujuk orang tua kandungnya. Bahkan dia bilang kalau suatu saat nanti mereka bakal ngembaliin Arka sama orang tua kandungnya. Dih, dikira Arka barang kali, ya."
Gebby menyelesaikan membalut perban pada tangan Ilona.
"Mama papa Arka bilang, kalau dia sanggup dititipin Arka. Gitu bilangnya, alus banget bujuknya."
Gebby menarik napas dalam. "Lo bayangin aja, Na. Gimana keadaan mama kandungnya Arka saat itu, dia nggak punya pilihan lain selain mempercayai mereka."
"Tapi nyatanya sekarang, ya ... Lo taulah. Bahkan mereka bilang kalau Arka dibuang orang tua kandungnya."
Gebby menatap Arka yang masih memejamkan mata bersandar di bahu Ilona. "Gue sebagai saudaranya jadi ngerasa bersalah banget. Gue hidup bahagia sama nyokap bokap gue, sementara dia malah disiksa."
"Gue bersyukur banget dia ketemu lo."
Ilona mengerjap pelan, lalu menatap tangannya yang selesai diperban.
"Kalau Arka gue bawa pergi ... gimana, Na?"
Ilona tersentak, seketika mendongakkan kepala menatap Gebby terperangah.
"Gue bukan berniat memisahkan kalian, tapi gue pengen Arka ketemu sama orang tua kandungnya."
Ilona menggigit bibir dalamnya, dalam otaknya membayangkan hari-harinya tanpa seorang Arka.
"Lho, kenapa tanya aku?" ujar Ilona berushaa tertawa, lalu melanjutkan. "Ya, kalau itu, kan, bagus dong! Kak Arka jadi ketemu mama papanya. Orang tuanya senang, Kak Arka pun senang. Jadi, nggak ada masalah, kan?" Ilona memasang senyum terbaiknya.
"Beneran?"
"Iya, aku setuju, kok. Tapi semua itu, kan, keputusan Kak Arka sendiri. Jadi coba tanya sama Kak Arka-nya."
"Udah," jawab Gebby. "Tujuan gue ke sini memang karena mau bawa dia pergi, awalnya dia nggak mau. Tapi lama-kelamaan dia mikir dan dia setuju, dengan syarat dia mau ngehabisin waktu sama Lo dulu."
Ilona mengangkat alisnya sembari terkekeh geli. "Dia bilang gitu?"
"Hm." Gebby mengangguk yakin. "Gue juga mikir kenapa dia bisa sebucin itu sama lo, tapi sekarang gue tau, sih, kenapa dia bucin banget sama lo. Apalagi kalau deket sama lo tingkahnya jadi kayak anak TK."
Ilona menahan senyumnya mendengar itu, tapi berikutnya tersentak sendiri. "Eh, ini lukanya Kak Arka gimana?"
"Biar tangannya gue obatin dulu, itu yang di mukanya nanti aja kalau bangun. Dia nempel di pundak Lo soalnya," ucap Gebby tertawa ringan, lalu mulai mengobati luka di tangan Arka.
"Btw, Na. Lo nggak pegel itu pundak Lo?"
Ilona meringis, menggerakkan bahunya kecil membuat Arka juga bergerak, tapi kemudian memejamkan mata lagi.
"Sebenarnya pegel, sih, tapi mau gimana lagi, nggak tega."
"Bangunin aja, terus suruh tidur di kamar."
Ilona meringis lebar. "Nggak tega," cicitnya.
Gebby memutar bola matanya, ia menyelesaikan membalut perban pada tangan Arka lebih dulu. Lalu Gebby menepuk-nepuk pipi Arka.
"Ka, bangun kek. Molor mulu lo!"
"Ih, yang bener banguninnya!" tegur Ilona merasa Gebby seperti membangunkan seekor kucing yang tidur di ranjangnya.
"Iya, iya," jawab Gebby malas, lalu menepuk-nepuk pipi Arka tapi kini lebih lembut dari sebelumnya. "Ka, bangun. Pindah kamar, gih! Kasihan Ilona pegel jadinya."
Arka bergerak kecil, menggumam pelan, matanya membuka perlahan, tapi hanya sebentar sebab cowok itu kembali memejamkan mata dan malah memeluk lengan Ilona seolah tak mau pisah.
"Buset, dah!" Gebby melotot melihat itu.
Sementara Ilona malah tersenyum-senyum sendiri. Tangannya bergerak mengusap rambut Arka.
Namun, di sela-sela tidurnya, Arka masih sempat menggumam.
"Na," gumamnya.
Yang disambut deheman Ilona. "Hm?"
"Jangan pergi."
"Iya."
Arka tersenyum kecil, lalu membuka matanya sedikit dan melirik Gebby. "Mending lo pergi, Gebby. Gue cuma mau sama sama Ilona," ujarnya tanpa dosa dan malah kembali memeluk Ilona dari samping, sementara kepalanya masih bersandar di bahu Ilona.
Gebby yang mendengar itu rasanya ingin langsung membanting kotak P3K di tangan.
TBC
A/N
Kok kayaknya ... mau ending, ya?
Eh, nggk tau deh, tunggu aja😙
Jangan lupa jejaknyaaa♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkano : Cold Prince
Ficção Adolescente[COMPLETED] Ilona kira, cowok berlian tampan nan rupawan yang ia lihat di halte saat itu adalah Arka, sampai-sampai membuatnya masuk ke sekolah elit di kotanya. Nyatanya dia yang salah. Arka itu si cowok dingin yang dijuluki Cold Prince di sekolahan...