Pengumuman kelulusan sudah di umumkan Irene mendapatkan nilai tertinggi di susul Pritta di posisi kedua sedangkan Ruka menempati posisi kelima. Setidaknya ia masuk sepuluh besar dan nilai mereka pun hanya terpaut sedikit dari peringkat pertama.
Saat semua siswa sedang melakukan selebrasi dengan corat-coret di seragam mereka. Zahra tak melihat kehadiran Ruka membuat nya jadi penasaran.
"Ari, selamat yah... " Zahra menyalami murid nya satu persatu.
"Terima kasih bu. " Jawab Ari.
"Oh ya ri, saya kok gak melihat Ruka yah? " Tanya Zahra kebingungan.
"Oh ya bu tadi Ruka titip ini buat Ibu. " Ari menyerah kan amplop yang berisi surat untuk Zahra.
"Memang sekarang Ruka kemana? " Zahra menerima surat itu.
"Tadi pagi sih dia ada pas selesai melihat pengumuman hasil ujian di mading dia langsung pulang dan menitipkan amplop itu ke saya katanya suruh kasih ibu katanya ia Buru-buru ada urusan penting. " Jawab Ari.
"Oh gitu, ya sudah terima kasih ya ri. " Zahra segera meninggalkan Ari.
Sementara di rumah terlihat Ruka sedang mengemasi pakaian nya ke dalam tas ransel. Tak lupa ia menyiapkan sebuah tiket perjalanan kereta api.
"Kamu yakin gak mau Ayah temani? " Sang ayah berdiri diambang pintu.
"Gak usah yah, Terima kasih lagian kan Ruka dah pernah ke sana. Ayah fokus sama kerjaan ayah aja dulu. " Tolaknya sambil mengambil handuk bersiap untuk mandi.
"Ya sudah tapi Ayah akan mengantarkan kamu ke stasiun. Oke. " Pinta sang ayah mutlak.
"Oke, Ruka mandi dulu deh. " Pamit nya menuju kamar mandi.
Di tempat lain terlihat Zahra membuka isi amplop dari Ruka.
"Assalamu'alaikum wr wb maaf sebelumnya kalau saya kurang sopan memberikan surat ini kepada ibu. Pertama-tama saya mau mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ibu karena sudah membimbing saya sampai bisa menjadi murid yang baik walaupun dalam nilai saya masih jauh dari yang lainnya. Tapi saya sudah belajar dengan maksimal. Sekali lagi Terima kasih jika saya bisa membalas budi ibu pasti suatu saat saya akan membalasnya. Maaf jika saya mengatakan nya lewat surat karena saya takut ibu masih marah sama saya. Hormat saya Ruka Dewangga. " Zahra melipat kertas itu kembali dan memasukkan nya dalam tas.
Ia bergegas mengambil ponselnya dan coba menghubungi seseorang namun tidak ada jawaban. Ia kemudian terlihat meninggalkan sekolah.
"Assalamu'alaikum... " Zahra mengetuk pintu rumah Ruka. Berkali-kali namun tak ada jawaban.
Akhirnya ia memutuskan untuk pergi namun saat ia akan membuka pintu mobil terlihat sebuah mobil sedan memasuki pelataran rumah Ruka.
Pak Dewangga keluar dari mobil. "Loh, bu Zahra? Dari tadi? " Pak dewangga heran dengan kedatangan Zahra.
"Hmm... Lumayan sih pak sekitar lima belas menitan. " Jawab Zahra canggung.
"Silahkan duduk ibu ada perlu dengan Ruka? " Tanyanya lagi sambil mempersilahkan Zahra duduk di bangku teras depan.
"Hn... Ya pak, Ruka nya ada? " Zahra memperhatikan di sekitarnya.
"Loh, Ruka nya baru saja antar ke stasiun. " Ungkap pak dewangga.
"Memang nya Ruka mau kemana? " Zahra tambah penasaran.
"Dia mau ke Jogja loh memang dia gak kasih tau ke ibu kalau dia mau pergi ke Jogja? " Pak dewangga tambah bingung karena tadi pas di tanya ruka bilang susah izin ke Zahra.
"Tidak pak dia tidak bilang Apa-apa, saya kesini karena tadi saya tidak bertemu dengan nya di sekolahan saya cuma mau kasih selamat karena dia lulus dengan nilai baik bahkan dia masuk lima besar. " Ujar Zahra.
"Oh seperti itu. Dasar anak itu di tanya nilai nya bilang nya jelek. " Kata pak dewangga.
"Maaf pak kalau boleh tau Ruka ke Jogja ke tempat siapa yah? Bukan nya Ruka tidak punya saudara ataupun keluarga di sana yah. " Tanya Zahra penasaran.
"Oh ya maaf bu Zahra mau minum apa? Biar saya buatkan. " Pak dewangga beranjak dari tempat duduk nya.
"Oh gak usah repot-repot pak, saya mau pamit pulang saja. " Jawab Zahra yang juga beranjak dari tempat duduk nya.
"Hmm... Bu Zahra maaf bisa minta waktu nya? Ada yang ingin saya bicarakan tentang Ruka. " Pak dewangga terlihat termenung sejenak.
"Tapi jika ibu tak bisa juga tidak Apa-apa. Lain kali saja. " Lanjut nya.
"Maaf pak sebenarnya ada apa ya? " Zahra tambah penasaran.
"Silahkan duduk dulu bu. Saya buatkan minuman dulu. " Setelah Zahra duduk pak dewangga masuk dan tak beberapa lama ia keluar kembali dengan dua cangkir teh hangat dan beberapa cemilan.
"Silahkan di minum bu. " Pak dewangga menyeruput teh hangat nya.
"Begini bu sebelum nya saya minta maaf mungkin selama ini Ruka sudah banyak merepotkan ibu. " Ujarnya.
"Tidak Apa-apa pak itu sudah jadi kewajiban saya sebagai pembimbing. " Zahra mencoba bijak.
"Dari mana ya saya harus memulainya? " Pak dewangga tampak kebingungan.
"Sebenarnya kepergian Ruka ke Jogja untuk berziarah ke makam orang yang dia sayangi_
" Maaf pak maksudnya ibu nya? "Potong Zahra.
" Bukan, bukan ibu nya tetapi seorang wanita yang sangat ia sayangi. " Pak dewangga menyanggah pernyataan Zahra.
"Lalu siapa pak? " Zahra masih ragu untuk menerka-nerka.
"Dinda. Mungkin ibu pernah mendengar nama itu dari Ruka. " Jawab pak dewangga. Membuat Zahra menutup mulutnya rapat-rapat ia terperangah dengan pernyataan pak dewangga.
"Ya, mungkin ibu tidak percaya kalau Dinda adalah seorang wanita yang selalu ada di hati Ruka sebenarnya sudah tiada. Saya maklum karena memang hanya Ruka tidak pernah mau menceritakan kepada siapa pun tentang kejadian ini. " Pak dewangga memaklumi keterkejutan Zahra.
"Maaf pak sekali lagi saya benar-benar tidak tahu soal itu, dan kalau boleh saya tahu kapan Dinda meninggal? " Zahra mulai tenang.
"Kejadiannya sekitar dua tahun yang lalu. Ketika Dinda dan keluarganya pindah dari jakarta ke Jogja untuk meneruskan kuliah di sana. Namun di tengah jalan mobil yang dikendarai orang tuanya mengalami kecelakaan beruntun di jalan tol dalam kecelakaan itu banyak menelan korban jiwa termasuk Dinda dan kedua orang tuanya kami belum menerima kabar pada waktu kejadian dan pas Ruka libur sekolah ia meminta izin untuk berkunjung ke Jogja untuk menemui Dinda di sana ia mendapat kabar duka itu dari paman nya Dinda yang tinggal di Jogja sejak saat itu. Seperti yang ibu tahu Ruka berubah menjadi pribadi yang tertutup dan malas ia tidak lagi semangat untuk belajar. Ia menjadi Ruka yang arogan dan cuek terhadap lingkungan sekitarnya. " Cerita pak dewangga membuat Zahra sedih karena selama ini ia menilai Ruka sebagai lelaki yang tak bisa menghargai perasaan wanita.
"Saya mengerti perasaan bapak jujur saya senang bapak mau berbagi cerita kepada saya. " Zahra merasa lega mendengar cerita dari pak dewangga.
"Maaf bu ada satu hal yang ingin saya tanyakan? Sebenarnya perasaan Ruka ke ibu itu seperti apa yah? " Tanya pak dewangga.
"Maaf pak maksud bapak apa ya? " Zahra bingung dengan pertanyaan pak dewangga.
"Maaf sebelumnya jika saya lancang. Apakah Ruka pernah menyatakan perasaan cinta dan sayang nya kepada ibu? Maaf jika pertanyaan saya terkesan lancang dan tidak sopan sekali lagi saya minta maaf. " Pak dewangga mengatupkan kedua telapak tangan nya kearah Zahra.
Bersambung....
Dipublikasikan
9 juli 2021
Jangan lupa vote dan komentarnya
Sampai jumpa jum'at depan

KAMU SEDANG MEMBACA
Teacher & Slacker (End)
Fiksi RemajaKisah guru muda yang baru saja memulai petualangan mengajar di sebuah SMA milik keluarganya. Kehidupan nya berubah drastis setelah ia mengenal seseorang murid yang mempunyai sifat berbanding terbalik dengan dirinya murid yang terkenal dengan sikap c...