part 18

18 2 0
                                    


Zahra terdiam sejenak lalu ia mulai mengatur napas nya perlahan.

"Pernah pak, tapi saya jelaskan kepada Ruka bahwa dia tak pantas bersikap seperti itu karena setahu saya dia masih bersama Dinda. " Jawab nya.

"Saya memohon maaf atas tindakan anak saya kepada ibu. " Pak dewangga tampak menahan kesedihannya.

"Mungkin juga karena saya terlalu sibuk bekerja dan jarang ada waktu buat dia jadi ia mencari kenyamanan bersama orang lain. Apalagi saat ia berada di titik terendah dalam hidup nya. Di tinggal sang ibu dan harus kehilangan seorang wanita yang di sayangi nya dalam kurun waktu yang hampir berdekatan." Lanjut nya.

"Tapi seperti nya Ruka tidak pernah cerita tentang Ayah nya yang jarang bersama nya kepada saya. " Ujar Zahra.

"Ruka sakit bu, setelah kepergian Dinda. " Pernyataan pak dewangga membuat Zahra membelalakan matanya.

"Maksud bapak? " Zahra mencoba tenang walaupun detak jantung nya tidak karuan.

"Cinta nya kepada Dinda terlalu besar jadi ketika ia bertemu dengan ibu yang memperlakukan nya seperti apa yang Dinda lakukan kepada nya. Saat itulah ia mulai menyukai ibu. Walaupun ia tahu usia ibu lebih tua dari nya. Tapi ia merasa bahwa Ibu adalah pengganti Dinda. " Pak dewangga mulai cemas.

"Mungkin itu hal yang wajar pak untuk anak seusia nya mengalami jatuh cinta dan patah hati lalu jatuh cinta lagi. " Sanggah Zahra.

"Yang saya takut kan Ruka mencintai ibu karena cinta nya kepada dinda bukan karena cinta nya kepada ibu. Itu yang saya takut kan. Dia mencintai dua wanita yang sama di saat yang bersamaan. " Pak dewangga menarik napasnya Dalam-dalam.

Zahra tak bisa berkata Apa-apa lagi ia meneteskan air mata tanpa bisa berkata-kata ia masih tidak percaya dengan apa yang di katakan pak dewangga tentang Ruka.

"Kalau begitu saya pamit pulang dulu ya pak. " Setelah beberapa saat ia menenangkan pikiran nya.

"Oh ya bu sekali lagi terima kasih waktu nya dan saya harap ibu tidak menceritakan kepada Ruka tentang pembicaraan kita dan saya harap ibu memaklumi sikap Ruka selama ini. Sekali lagi saya minta maaf jika selama ini Ruka selalu membuat masalah kepada ibu. " Pak dewangga tak henti-hentinya meminta maaf.

Zahra hanya mengangguk lalu pergi meninggalkan rumah Ruka. Dalam hati nya kini berkecamuk antara menerima cinta Ruka dengan segala keadaannya atau menyadarkan Ruka bahwa ia bukanlah Dinda.

Jika benar Ruka mencintai nya karena Dinda mengapa ia memberikan diary Dinda sebagai pertimbangan untuk menerima cintanya. Tapi jika benar ia mencintai dirinya bukan karena Dinda. Ia yakin Ruka adalah lelaki yang tepat untuk nya. Tapi bagaimana mungkin ia mencintai lelaki yang bukan pilihan orang tuanya. Jujur dalam hati nya ia sangat mencintai Ruka. Tapi disisi lain ada orang tua yang harus ia hormati dan ia juga harus berbakti bukan kah dalam agama di ajarkan bahwa ridho ilahi adalah ridho nya orang tua.

"Za, kamu baru pulang nak? " Sapa sang Ibu yang sedang menonton televisi di ruang keluarga.

"Eh, umi ya za tadi mampir ke rumah teman sampai lupa waktu. " Jawab nya yang langsung mencium tangan sang ibu.

"Kamu sudah sholat maghrib za? " Tanya sang Ayah yang baru keluar dari kamar.

"Udah bi, tadi di jalan za masuk dulu ya mau mandi dan Siap-siap sholat isya. " Pamitnya sambil mencium tangan sang ayah.

"Oh ya za, selepas sholat isya kamu ada waktu kan? Abi sama umi mau bicara dengan kamu. " Ujar pak hasan.

"Baik bi, za masuk ke kamar dulu. " Zahra masuk ke dalam kamar nya.

Setelah selesai sholat isya Zahra dan keluarga makan malam bersama.

"Oh ya bi, katanya ada yang mau di bicarakan? " Zahra mengingat kan perkataan pak hasan.

"Begini za, pak malik kemarin menghubungi Abi katanya inshaAllah besok malam yusuf dan keluarga besar nya mau datang ke rumah. Mereka mau melamar kamu untuk menjadi istri yusuf . Kamu besok gak ada acara kan? " Tanya pak hasan.

"Za, bisa minta waktu buat memikirkan tentang lamaran ini bi? " Jawab nya.

"Abi tunggu Jawaban kamu sampai besok siang yah. Dan abi harap jawaban kamu gak mengecewakan Abi dan umi. " Ujarnya.

"Za, pamit dulu bi, mau ketemuan sama aisyah za mau kembalikan bukunya yang za pinjam besok mau di pakai katanya. " Zahra pergi setelah menyelesaikan makan malamnya.

Mereka janji ketemuan di cafe biasa untuk membahas masalah lamaran yusuf dan keluarga nya.

"Jadi gue harus gimana syah? " Tanya Zahra yang nampak gusar menanti nasehat dari aisyah.

"Jujur sama gue? Lo cinta gak sama yusuf? " Aisyah balik bertanya.

"Gak syah, gue cuma anggap dia sebatas teman gak lebih. " Jawab nya menggebu-gebu.

"Terus lo sayangnya sama siapa dong? " Goda aisyah.

"Gak lucu deh... Malah nanya nya kemana-mana. " Protes Zahra.

"Kemana-mana gimana pertanyaan gue jelas lo sukanya sama siapa? Tinggal Jawab aja. Apa susah nya. " Aisyah coba mencair suasana.

"Terus apa hubungannya sama lamaran yusuf? " Zahra kembali merajuk.

"Ya ada lah, sekarang lo tinggal bilang ke orang tua lo jujur aja bahwa lo udah punya pilihan dan lo yakin sama pilihan lo kalau dia bakal jadi imam yang baik buat lo. Itu maksud gue. " Jelas aisyah.

"Apa-apa jangan-jangan Ruka cowok yang lo suka? " Lanjut nya.

Zahra hanya diam saja tak bisa menjawab pertanyaan aisyah. Lidahnya terasa kelu untuk mengucap bibir nya bergetar dan jantung nya berdetak lebih kencang ia hanya tertunduk.

"Jawab za? Jangan bilang Ruka orang yang lo sayangi selama ini? " Desak aisyah. Dan hanya anggukan kepala yang bisa di lakukan nya.

"Ya Allah Zahra... " Aisyah langsung memeluk tubuh Zahra saat air mata Zahra sudah tak terbendung lagi meluncur deras membasahi pipinya.

"Apa gue salah syah? Apa gue gak pantas syah? Apa gue munafik syah? Karena udah menyimpan terlalu dalam perasaan gue? Sampai gue gak bisa untuk menentukan masa depan gue? " Celoteh Zahra di pelukan aisyah.

"Lo gak salah za, lo pantas sama siapa aja termasuk Ruka lo juga gak munafik za karena memang keadaan yang buat lo gak bisa jujur sama perasaan lo, andai saja Ruka seumuran dengan lo atau dia lebih tua dari lo gue yakin lo bisa membawanya sekarang juga menghadap kedua orang tua lo. Tapi ini masalah nya cowok itu adalah murid lo sendiri. Orang tua lo pasti sangat kecewa dengan keputusan lo bila terus lo lanjutkan. " Nasehat aisyah.

"Tapi gue tau cinta yang memilih Ruka buat lo bukan lo yang memilih Ruka buat lo tapi perasaan cinta dan sayang lo yang membawa Ruka ke dalam hati lo. Sekarang keputusan ada di tangan lo gue rasa untuk hal yang satu ini gue angkat tangan. Tapi gue akan selalu ada buat lo kapan pun saat lo butuhkan. " Lanjut nya karena ia yakin tak mampu memecahkan masalah ini karena pilihan Zahra jatuh pada Ruka lelaki yang jelas jauh berbeda dari segi apapun.

Usia mereka terpaut delapan tahun yang jadi permasalahan bagi orang tua Zahra dan status Ruka yang belum bekerja dan belum mapan dalam segala hal beda jauh dari yusuf pewaris tunggal perusahaan sang ayah dan juga dari segi agama juga sudah tidak di ragukan lagi ia lulusan al azhar calon imam yang baik lah tentu nya bila di lihat dari bibit, bebet dan bobotnya.




Dipublikasikan

16 juli 2021

Jangan lupa vote dan komentarnya

Sampai jumpa jum'at depan.

Teacher & Slacker (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang