44. Fine u r mine!
"Adelia Sharenina, will you be mine?"
Rasanya jika bisa dibayangkan, Adel akan menjadi orang yang beruntung jika mendapatkan kalimat tersebut. Malam ini, dengan poster para pria imajinasinya menjadi bukti bahwa Adel tak bisa tidur. Dilema, senang, gelisah bercampur seakan ingin membuat otak kecilnya meledak.
Adel menerima? Tentu saja masih belum. Perempuan itu memang senang, akhirnya ia mendapatkan apa yang ia mau. Namun di sisi lain, ada suatu hal yang membuat dirinya meminta Louis agar memberikan waktu.
Adel butuh waktu.
Salahkan dirinya yang selalu mempunyai pikiran berlebihan. Entah karena apa, saat Louis menyatakan cintanya Adel jadi teringat Evelline. Si gadis imut yang berperan sebagai sahabat Louis sejak bocah.
Adel takut, takut kalau sebenarnya Elline memiliki perasaan tersendiri untuk Louis. Apalagi mengingat Elline yang lebih mengenal laki-laki itu terlebih dahulu daripada ia sendiri yang hanya mengenal Louis beberapa bulan. Menyesal dia sempat membaca sebuah quotes yang isinya seperti ini,
Tak ada hubungan pertemanan lawan jenis. Pasti akan ada salah satu dari mereka yang memiliki perasaan satu sama lain.
Overthinking? Sudah menjadi santapan malam bagi seorang Adelia Sharenina.
🐻🐻🐻
Adel bersenandung kecil melewati lorong rumah sakit. Kabar baik, hari ini Tama diperbolehkan pulang. Akhirnya partner ributnya telah kembali.
Sebelum benar-benar masuk, Adel menyempatkan untuk membalas pesan Louis. Dari tadi mereka mengobrol ringan melalui WhatsApp. Louis memberitahu bahwa laki-laki itu akan melanjutkan kuliahnya di Universitas Indonesia.
Duh ... Sudut bibir Adel berkedut membayangkan jika dia menerima Louis. Adel akan berpacaran dengan anak UI!
"Wah abang kenapa mukanya sepet?" Adel terkikik geli melihat Tama yang sudah duduk di atas ranjang sementara bunda dan ayah masih membereskan barang-barang yang akan kembali dibawa.
"Dek bantuin gue bilang sama ayah bunda, gak usah pake kursi roda segala," lirih Tama frustasi.
Seketika Agatha bersedekap dada, tak tahan lagi dengan putra sulungnya yang sejak tadi mengoceh. "Crewet banget kamu. Cuma pake kursi roda sampe parkiran aja. Masih untung Tuhan sayang sama kamu, emangnya mau naik kursi roda selamanya?"
"Astaga bunda omongan adalah doa," ucap Tama mengelus dada.
"Makanya diem. Orang cuma duduk apa susahnya. Ayo!" Mereka selesai, Agatha membantu Tama agar duduk diatas kursi roda. Kali ini pemuda itu terlihat pasrah.
"Nggak bund, aku dibantu Adel aja." Adel segera menghampiri pemuda itu. Bunda dan ayah, tanpa banyak bicara lagi segera bergegas untuk keluar.
"Akhirnya pulang juga, gak sabar banget mau motoran lagi," ucap Tama bersemangat. Rupanya sang ayah masih mendengar celetukan anaknya, hingga pria paruh baya itu menatap Tama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love U my British Boy! [END✓]
Humor⚠️young-adult⚠️ "Lo lahirnya kecepetan ye," gumam perempuan itu seraya melihat foto Theo, dia melirik poster Robert Pattinson disebelahnya. "Lo juga!" Dia memandangi poster Louis Partridge, "Lo lahirnya gak kecepetan, cuma terlalu mustahil untuk dim...