TF || Bagian Empat

536 51 10
                                    

Masih SMA, Kelas 2.

...

𓃬 trapped friendzone 𓃬

Begitu gue naik kelas, kegiatan gue semakin sibuk. Yang dulu masih kelas 1 cuma ikut proyek teropong sama Pak Mahmud dan ikut OSN Fisika, sekarang bertambah gue ikut ekstrakulikuler, dan buka les privat di rumah. Yeah, meskipun dulu gue pernah ikut catur juga, tapi nggak berselang lama karena gue kena marah Jeno.

Gue masih ingat bagaimana muka dia mendatangi kelas gue dan langsung menghampiri Ricky, "gue cuma nyuruh lo nganterin Reya ke lokasi lomba, bukan sekalian dianter pulang anjing!"

Gue bergidik ngeri mengingat memori itu. Jeno yang langsung nonjok Ricky begitu selesai mengumpat. Beruntung Ricky hanya diam tanpa berniat membalas.

"Pak Mahmud!" Sapa gue riang ketika beranjak menuruni tangga. Demi Tuhan, gue masih satu lingkungan sama Pak Mahmud tapi gue nggak pernah melihat beliau semenjak gue naik ke kelas 2. Ya gimana nggak lihat, orang kelas 2 aja di lantai atas yang artinya sangat terasingkan dari bisingnya warga kelas 1 dan 3 yang ada di lantai 1.

Apalagi gue yang orangnya malas buat kemana-mana. Iya, karena harus naik turun tangga. Tangganya banyak. Capek.

"Loh, Reya? Istirahat?" Pak Mahmud segera memeluk gue dari samping dengan tangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya, memegang buku.

"Kangen, Bapak... Huhu..." Jawab gue sambil melingkarkan lengan gue di perutnya. Fyi, Pak Mahmud punya perut sedikit buncit, sama kayak bapak-bapak pada umumnya gitu.

"Ngapain kangen? Orang masih satu sekolah."

"Iya pak, tapi saya jarang turun. Jadi nggak pernah lihat bapak." Baik gue sama Pak Mahmud masih mempertahankan posisi gue yang asik meluk beliau dari samping. Serius, gue udah kayak anaknya Pak Mahmud dah.

"Kamu aja berarti yang males turun." Seru Pak Mahmud yang gue tanggapi dengan kekehan.

"Bapak mau ngajar kelas mana?"

"IPA 1, Nggak dilepas pelukannya? Masih kangen, hm?"

Gue mengangguk cepat dan segera melepas menjauhkan diri dari Pak Mahmud. Iya soalnya sudah sampai di depan kelas X IPA 1. Mau nggak mau gue lepas.

"Siapa yang kamu tunggu?"

"Febri, Pak. Lagi ke toilet."

"Yaudah, bapak masuk dulu."

Gue mengangguk yang disusul dengan Pak Mahmud yang masuk ke dalam kelas. Sedangkan gue menempatkan diri duduk di depan ruang lab bahasa.

Iya, kelas X IPA 1 itu sampingnya lab bahasa, terus di depan lab bahasa ada kursi memanjang, buat duduk. Terus depan X IPA 1 ada toilet. Nah, Febri lagi kencing. Sekalian gue tunggu disini.

"Loh masih disini?" Sapa Pak Mahmud yang kebetulan lagi keluar kelas.

"Iya pak, masih nunggu Febri."

"Yaudah, nggak pengen masuk?" Kode Pak Mahmud sembari dagunya diarahkan ke kelas X IPA 1.

"Boleh, Pak?"

Gue pun mengikuti Pak Mahmud masuk ke dalam kelas. Berikutnya, gue diberikan buku olimpiade fisika segede gaban dan setebal dosa.

"Kalau kamu bawa flashdisk, sini saya kasih soal-soal. Terus ini kamu pelajari, ikut OSN Fisika lagi ya tahun ini?"

Gue bersorak kegirangan dalam hati, dan tanpa sadar memeluk Pak Mahmud. Sumpah kayak Bapak sama anak.

"Terima kasih, Pak."

TRAPPED FRIENDZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang