TF || Bagian Limabelas

443 51 3
                                    

Kuliah Semester 3.

...

Kehidupan gue perkuliahan serasa lengkap pake banget. Dengan hubungan yang gue jalani dengan sang kekasih, alias Kak Dimas anak teknik elektro, gue merasa menemukan pangeran.

I sweat to God, Kak Dimas nggak ada lawan. Mantan gue yang aneh-aneh mah lewat. Kak Dimas tuh definisi makluk Tuhan yang mendekati sempurna.

"Yampun aku tuh cuma iseng loh."

"Iseng lo buat gue nyusul kesini. Lagian seharian ini gue belum ketemu sama lo."

"Ceileeh, mas pacar kangen ya sama prinses."

"Mau ditemenin makan?"

"Ciaat ngalahin pembicaraan ya? Kangen tuh tinggal bilang tau." Ledek gue yang direspon Kak Dimas dengan mengangkat kedua bahunya.

Gue masuk ke dalam ruang tamu kosan dengan Kak Dimas yang mengekori gue di belakang. Gue membuka satu kresek yang di dalamnya ada dua bungkus makanan sama 2 minuman.

Begitu gue buka keduanya, aroma nasi goreng mawut beserta bakmi gorengnya menguar hingga ke penjuru ruang tamu kosan gue.

"Ih tumben ada sendoknya?" Tanya gue dengan raut penuh binar. Kak Dimas mendengus geli kemudian tangannya terulur menyelipkan helaian rambut gue ke belakang telinga.

"Sendoknya cuma satu kak."

"Yaudah. Kan emang buat lo."

"Nggak nggak, aku suapin. Mau ya?" Kak Dimas memandang gue lekat sembari tersenyum. Detik berikutnya, dia mengangguk dan segera menerima satu suapan nasi goreng mawut dari gue.

Sembari mengunyah, tangan Kak Dimas terulur mengambil 2 botol air mineral dan membuka segelnya. Kemudian menyerahkan ke gue untuk minum, karena gue belum minum semenjak 5 kali suapan.

"Habis darimana? Kok nyampenya cepet ke kosan aku?" Gue bertanya ke Kak Dimas yang sedang membuka mulutnya lebar, menerima suapan dari gue lagi.

"Masih di kampus." Jawabnya enteng sembari mengunyah nasi goreng.

Gue menganga terkejut, "selarut ini?"

Kak Dimas hanya mengangguk dan kembali menyodorkan wajahnya mendekat, minta suapin lagi.

"Kak, jangan capek-capek ah. Aku nggak suka."

"Lah? Butuh kaca?"

"Ya tapi kan aku nggak tiap hari kerja rodinya. Kalo kakak mah everynight." Kak Dimas menyentil dahi gue lembut tapi sedikit bertenaga.

Gue mengaduh kesakitan sembari mengelus dahi gue pelan, "Aduh! Sakit tau! Mentang-mentang habis diisi tenaga, segala nyentil doang berasa ditabok."

Kak Dimas menyudahi makannya kemudian minum air mineral yang ada di depannya. Setelah dirasa mulutnya bersih dari sisa makanan, Kak Dimas mendekat ke permukaan wajah gue dan meniupnya dengan pelan.

"Maaf."

"Iya, dimaafin. Tapi bantu habisin."

Kak Dimas menggeleng kemudian menyenderkan tubuhnya ke sandaran sofa. Gue sontak memukul pahanya gemas, "nih kalo nggak niat ngebantu habisin, kenapa beliin dua macam jenis makanan? Tau gini kan nasi goreng mawut aja cukup, atau bakmi goreng aja cukup."

Kak Dimas hanya memandang gue diam lalu berkata, "nanti makan sama temen lo."

"Nggak kenal. Masa tiba-tiba ngajakin ke kamar makan bareng?"

TRAPPED FRIENDZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang