TF || Bagian Delapanbelas

394 50 6
                                    

Semester 5

...




𓃬 trapped friendzone 𓃬


Hubungan gue sama Kak Dimas makin merenggang. Bukannya makin nempel, malah saling menghindar. Entar Kak Dimas yang nggak bisalah, atau guenya yang nggak bisa. Kadang gue merasa jengkel dan akhirnya memilih menghindar dengan pura-pura banyak tugas yang harus gue selesaian. Dan yang dilakukan Kak Dimas setelahnya iya iya aja, dan mempersilahkan gue buat nyelesaiin itu. Padahal, dulu pas awal pacaran, dia bakalan nemenin gue nugas apapun caranya.

Yeah, kalau nggak ketemu bisa video call, kalau bisa ketemu, ngerjakannya di kosan gue atau di kafe. Tapi ketika hubungan gue masuk ke hampir dua tahun ini, dia menunjukkan rasa bosannya. Kenapa ya? Gue bahkan mempertanyakan kesalahan-kesalahan yang sudah gue lakukan tanpa gue sadari. Tapi hal itu nggak kunjung menemukan titik pencerahan buat gue.


Akhirnya dengan mengalahkan segala ego gue ini, gue memilih untuk mengirimkan pesan ke Kak Dimas setelah berbulan-bulan kita jarang kontakan.

Reya
Kak, kakak udah bosen ya sama aku?
Kakak berubah

Bunny
otw




Gue menertawai diri sendiri setelah membaca balasan darinya. Detik berikutnya gue menarik napas lalu menghembuskan secara perlahan.

"SIALAN BANGET LO PEA DIMAS KALANDRA!"


Beruntung saat ini adalah hari weekend. Dimana kosan gue agak sepi, karena penghuninya pada pulang ke rumah masing-masing. Dan sekarang tepat malam minggu, itulah kenapa gue mencoba memberanikan diri buat mengirim pesan seperti itu ke Kak Dimas. Ya karena biasanya dia suka ngajak keluar, tapi akhir-akhir ini kok enggak?

Karena posisi kamar gue berada di deket jendela dan jalan raya, membuat gue tau kalau ada suara sepeda motor yang berhenti di depan kosan gue.

Gue mengintip kecil agar nggak ketahuan, detik berikutnya gue membulatkan kedua mata begitu melihat Kak Dimas disana yang sedang menurunkan seorang wanita juga.

Hahhhh????


Gue buru-buru keluar dari kamar dan menutup pintu secara asal. Ketika gue sampai di luar, cewek yang dibonceng Kak Dimas tadi udah nggak ada, nyisa Kak Dimas doang yang saat sini sedang berjalan mendekat ke arah gue dengan pandangan yang sulit diartikan.


"Gue nggak pernah bosen sama lo." Ucapnya tiba-tiba dan langsung menarik tubuh gue kencang agar bisa ia dekap dengan erat.


Gue diam nggak balas pelukannya. Gue bahkan nggak protes akan tubuh gue yang tiba-tiba ia peluk tanpa mau menjelaskan terlebih dahulu pemandangan yang baru saja gue lihat beberapa detik yang lalu.

Kak Dimas merasa gue nggak balas pelukannya, sontak menjauhkan diri dari gue namun tangannya masih bertengger di kedua sisi pinggang gue.

"Kenapa?"

Gue masih menatap kedua bola mata itu, kemudian tanpa sadar air mata gue udah menggenang di sekitar sudut mata gue.

"Hei... Sini cerita." Ujarnya sangat lembut sembari menuntun gue agar masuk ke dalam kosan, lebih tepatnya di ruang tamu.


Gue masih diam bahkan Kak Dimas nggak ngelepasin tangannya dari pinggang gue. Dia sesekali meluk gue bahkan mengelus pelan punggung gue, menenangkan.


"Nggak mau cerita?"

Gue mengusap lagi air mata gue yang terakhir ini, kemudian tersenyum tipis seraya menyingkap rambutnya pelan. Tangan gue menyisir rambutnya ke belakang dengan gue yang masih tersenyum.

TRAPPED FRIENDZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang