Semoga alurnya nggak buat kalian bosan yah. Semangat vote komennya ❤️❤️❤️
Happy reading!
•
•
•Semuanya berantakan, tidak ada yang lagi Jaehyun takutkan perihal nama Aru tercetak di layar ponselnya. Jaehyun semakin pusing dengan kepala yang pening.
Waktu berlarut-larut dengan memori baru yang mengetatkan pikirannya. Lelaki itu terduduk di kursi, matanya terpandang lurus dengan tatapan dingin dan tajam. Ia tidak habis pikir dengan perlakuan Ayah Aru yang begitu berkuasa. Jujur ia iba, tapi marahnya melenyapkan semuannya.
"Kau harus menikahi ku." Kalimat itu kembali merebak, namun dari birai yang berbeda. Gadis beberapa waktu lalu menghubunginya kini menginjakkan kaki ke markas ia bekerja. Sontak tak berkuasa dan mampu menahan amarah yang meledak, Jaehyun terkekeh membalikkan kursinya.
"Kau egois. Mementingkan diri sendiri," gumam Jaehyun yang terdengar tajam, bahkan Aru mampu mendengarnya dengan seksama.
"Aku tidak peduli. Yang harus aku lakukan adalah menikah dengan mu, dan selepasnya bebas." Tubuh berbalut kemeja hitam yang mencekat tubuhnya, Jaehyun bangkit dan berdiri tepat di depan Aru membuat gadis itu meremat tangannya dengan raut dingin. Tidak, Aru tidak takut. Hanya saja atmosfer yang dimiliki lelaki itu kentara kental dan tidak cair, Jaehyun mampu membutakan dan mengelabui seluru isi hatinya untuk menolak sang Ayah. Tapi ia tidak bisa, semuanya nyata dan harus terjadi.
"Pikirkan baik-baik sebelum kau memasuki langkah ku," Jaehyun berbisik tepat di telinga Aru membuat gadis itu menaikkan pandangannya. Dan selama itu mata gelap yang sulit di cari artinya, Aru selalu menatapnya dingin.
"Aku akan tetap menikah dengan mu," ujar Aru melangkah pergi, hal itu menghasilkan suara tawa yang kecil dan terdengar begitu mengerikkan.
Matanya mentap tajam dua bingkai foto yang tidak berhadapan dengannya, ia lempar dan sial matanya memerah.
Bukan fotonya dan Sera lah yang terlempar, melainkan fotonya dengan Jesa.
Lelaki itu terkekeh lalu mendobrak meja cukup hebat, bahkan urat-urat tangannya tercekat begitu jelas.
"Pria tua itu menyiksa ku."
-
-
-
Bawah lantai bangunan Sinner. Di tengah ruangan tepatnya berhadapan dengan tangga tinggi yang mampu menampung hingga lantai teratas.
Jeno terduduk di kursi kitchen dengan tangan yang sesekali memutari gelas berisi vokad. Mata tajamnya dengan perawakan yang begitu menjengkelkan, Jeno memperhatikan gerak Aru yang terpandang begitu elegan dari anak-anak tangga yang ia pijakan.
Tuntas kedua kaki putihnya menapak di lantai marmer, mata gadis itu langsung berubah tajam menatap Jaemin yang hanya diam di depan Jeno dalam posisi menyamping.
Gadis itu hanya bungkam namun menyebarkan aura menjerat saat berlalu pergi. Di ambang pintu Sera membulatkan matanya mendapati Aru yang tiba-tiba saja menabrak bahu kirinya yang baru tiba.
"He killed me!" Desis Sera yang membuat Jeno tertawa, dan Jaemin sendiri masih sengap. Tidak ada kemarahan lebih sebab sengolan itu, namun Sera punya hati yang baik maka ia lebih suka menanamkan kebencian pada gadis-gadis yang melangkah lebih lebar padannya. Dan di kedua tangan gadis itu terdapat dua botol merlot yang ia beli.
"Sial, apa yang jalang itu lakukan kemari, hah?" Tidak terima namun Jeno mengubah dudukya menatap serius gadis itu. Sera yang ditatap Jeno menatap lelaki itu datar. Mau serius atau marah, lelaki berambut blonde itu akan tetap menjengkelkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Quite Bitter✓
Fanfiction"Everything is just a blinding trick." And in the end they are stupid. Slightly Similar : Lost Space 2021 July²¹ ‼️𝗗𝗶𝗹𝗮𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗽𝗹𝗮𝗻𝗴𝗶𝗮𝘁! 𝗣𝗹𝗲𝗮𝘀𝗲 𝗱𝗼𝗻'𝘁 𝗰𝗼𝗺𝗺𝗶𝘁 𝗰𝗿𝗶𝗺𝗶𝗻𝗮𝗹 𝗮𝗰𝘁𝘀 𝗶𝗻 𝗰𝗼𝗽𝘆𝗿𝗶𝗴𝗵𝘁 • 𝐎𝐫𝐢𝐠𝐢�...