Jangan lupa vote komen!
Happy reading
•
•
•Jesa kembali melihat jarum jam di dinding untuk kesekian kalinya. Ia betul-betul lembur dan waktu yang biasa ia gunakan tidak sampai hingga selarut ini. Winwin memberikannya tugas menggambil alih pekerjaan Taeyong. Sejak kejadian di rooftop Jesa tidak lagi menemui lelaki itu, bahkan hanya bisa menatap nomor ponsel yang tidak berani ia hubungi.
Jaehyun juga sudah disibukkan dengan pekerjaannya, lelaki itu berencara memindahkan perusahannya secepat mungkin, sebab ada satu rencana yang akan ia ambil.
Jemari gadis itu kembali menari-nari di atas keyboard, matanya yang terlapisi kaca mata bening merasa perih terlalu lama memendam diri di depan layar.
Lagi-lagi waktu berlalu, Jesa menatap sisa-sisa kerjaannya, gadis itu membereskan kerjannya dan melanjutkannya di rumah. Setidaknya ia bisa merebahkan diri sejenak.
Jesa mendudukkan dirinya di halte bus, tak lama dari itu bus lima dengan jadwal malam tiba, Jesa segerah mendudukkan dirinya di salah satu kursi dan matanya setia melirik luar jendela yang masih terang dengan pejalan kaki di jam 11.
Tubuhnya sampai di depan lift, Jesa menyandarkan dirinya lelah. Tepat saat lift ingin tertutup, sekumpulan orang masuk membuatnya sesak. Tangannya mengerat pada pegangan lift dan memutuskan untuk keluar.
Pintu kotak itu tertutup. Jesa menghelah napas. Tidak, Ara tidak kambuh, hanya saja mencoba untuk menahannya. Gadis itu memilih untuk menunggu lift kembali turun dan datang seorang diri. Namun sialnya tiba di lift tiga sekumpulan orang yang berbeda kembali masuk.
Jesa bertanya-tanya, ini sebuah kebetulan? Atau tidak disengaja? Tapi,... Jesa menekan tombol lift dan terbuka, tubuhnya kembali keluar.
"Ini mencekik ku." Jesa memutuskan untuk menaiki tangga darurat, tidak perduli, ia ingin ketenangan sekaligus menghapus penat.
Dan selama perjalanan ia sesekali meminum air putih sebab rasa vitamin yang Jaehyun berikan masih terasa pahit. Jesa menggigitnya tadi.
Jesa menatap pintu unitnya. Ia mengerutkan kening mendapati tulisan tangan. Bercak merah, tapi sepertinya strawberry dan bentukan 'nine'?
Jesa melirik sekitarnya, sepi. Mata gadis itu kembali mengarah dan ingin membuka pintu, tapi sesuatu melayang terhempas di belakangnya.
Ia menoleh, matanya melebar sekejap ia mengeratkan jemari yang bergetar.
Orang lompat?
"I'm not sure... but it looks like it really happened." Bibir gadis itu bergetar bahkan dadanya bergerumu dengan aliran peluh. Jesa berusaha untuk tidak perduli, ia tidak ingin terlibat terlebih trauma masing menghantui. Maka tangannya meraih ponsel menghubungi Sejeong dan berbincang random.
Jesa hanya cari kesibukan, ia harap semuannya terlupakan.
-
-
-
Malam masih melanda, kini Jaehyun mengendarai mobilnya seorang diri. Sunyi, senyap, ketenangan ia dapatkan dalam satu waktu. Jarang-jarang ia menerima atmosfer itu. Jaehyun seakan dihilangkan bebannya, masalahnya sekaan mati di terjang angin yang berhembus.
Jaehyun melirik ujung jalang, ada perbelokan ia ingin mengerem untuk sekedar menjaga keseimbangan, tapi kenapa tidak berfungsi?
"Fuck, jangan rusak, Brengsek!" Jaehyun panik, susah paya ia mengerakkan stir mobil dan berakhir terhempas pada batang pohon yang besar.
Jaehyun mengatur napasnya yang desak, kepalannya pening sebab terbentur pada dasboard. Mobilnya dengan kecepatan rendah nyaris masuk jurang jika saja ia tidak konsen.
Tubuh lelaki itu keluar, ia menatap sekeliling yang betul-betul sepi. Dan sadar ada kilauan orang berbaju hitam mengusik pandangannya.
Jaehyun memperjelas penglihatannya, ia harus siap jika ada penyerangan, mengingat Jaehyun tidak membawa senjata satupun.
Tangan lelaki itu meraih ponsel, menghubungi Yuta sejenak. Namun lelaki itu tidak menjawab, berakhir ia menghubungi Jaemin.
"Yah?"
"Yuta bersama mu?" Tanya Jaehyun masih menatap sekeliling. Jaemin di seberang sana melirik sekitar, jika ada Aru akan ada Yuta tapi lelaki itu tidak ada.
"Tidak ada." Namun suara itu mengecil terganti dengan suara tarikan.
"Dimana? Lama sekali, ingat aku butuh istirahat lebih." Jaehyun menghela napas saat suara Jenolah yang mengalun. Lelaki itu menepuk pelan pintu mobil.
"Kirimkan orang untuk menjemput ku, mobil ku rusak." Dan mereka hanya mengikuti ajuan Jaehyun mengirimkan beberapa bantuan sesuai lokasinya berada.
-
-
-
Jaehyun tiba di perkumpulan Sinner, tubuhnya sudah terduduk di salah satu sofa memandang sekeliling yang tampak ramai hanya candaan dan sesekali kekerasan yang Haechan Jisung lakukan.
Tepat memandang pintu Yuta masuk diiringi Aru dengan raut dinginnya. Sepertinya Aru tidak punya banyak stok untuk raut wajah, sebab gadis itu tidak menyukai hal-hal yang berwarna.
Sejenak ia memandang Yuta yang terduduk di depannya.
"Kau dari mana? Aku tidak mendapatkan balasan?"
"Aku bersamaa Aru," gumamnya yang langsung mendapatkan protes dari pemilik nama.
"Kau tidak bersama ku, jangan membual." Yita menghempaskan punggungnya, ia megangkat bahu kecil.
"Aku mengekornya dari jauh, dan mungkin ponsel ku tertinggal agar tidak ketahuan olehnya."
"Pengutil." Yuta hanya menghelah napas. Jaehyun berusaha untuk tidak ambil pusing, ia kembali menatap Sera yang datang untuk pertama kalinya dan mengobrol akrab dengan Haechan Jisung.
Jaemin dan Jeno yang bermain catur menatap ketiganya serius.
"Lihatlah teman tidak tau diri itu melupakan kita," bisik Jeno yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Sera.
"Sejak kapan kau sahabat ku?" Sera memutar kartu yang ia miliki dan berhasil membuat Jisung berteriak frustasi.
"Cih, jalang pelupa."
"Brengsek!" Ruangan kembali ribut sebab Mark dan Jungwoo tiba, keduanya datang dengan perawakan yang betul-betul terluka. Pasti menjalankan misi yang busuk lagi.
Yuta bangkit, hal itu menarik perhatian semuannya.
"Kemana?" Tanya Jeno memutar kursinya. Yuta memperlihatkan ponselnya sesaat.
"Misi." Dan mereka menggangguk. Johnny yang terduduk seorang diri dengan jarak jauh hanya memandang ponselnya dan Jeno menyalakan benda pipi miliknya, ia menatap foto-foto yang terkirim.
Mata lelaki itu menyipit, lengannya menyenggol bahu Jaemin. lelaki itu memperlihatkan ponselnya yang sempat berbunyi.
"Teror?" Johnny yang mendengar melirik mereka dengan ponselnya.
TBC
Teror apa tuh
KAMU SEDANG MEMBACA
Quite Bitter✓
Fiksi Penggemar"Everything is just a blinding trick." And in the end they are stupid. Slightly Similar : Lost Space 2021 July²¹ ‼️𝗗𝗶𝗹𝗮𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗽𝗹𝗮𝗻𝗴𝗶𝗮𝘁! 𝗣𝗹𝗲𝗮𝘀𝗲 𝗱𝗼𝗻'𝘁 𝗰𝗼𝗺𝗺𝗶𝘁 𝗰𝗿𝗶𝗺𝗶𝗻𝗮𝗹 𝗮𝗰𝘁𝘀 𝗶𝗻 𝗰𝗼𝗽𝘆𝗿𝗶𝗴𝗵𝘁 • 𝐎𝐫𝐢𝐠𝐢�...