Jangan lupa vote, spam komen silahkan.
Happy reading!
•
•
•Jesa datang ke daerah yang dimaksud namu ia diarahkan pada rumah kosong yang membuatnya mengetakan jemari. Ia teringat pada rumahnya yang sepi. Jesa tidak yakin, dan betul-betul merasa aneh saat Wendy tergesa-gesa memberikan dirinya kabar. Gadis itu ingin memasuki rumah itu, tapi tubuhnya sudah lebih dulu terjatuh mendapati pemandangan kotor yang mengesatkan dada.
Jesa meraih ponselnya dan mulai menghubungi Jaehyun.
"Jaehyun, kau-"
Bruk!
Jaehyun terkejut tidak mendengar suara Jesa lagi. Dan kali ini ia menatap Johnny yang memainkan ponsel. Lelaki itu segera berlari mengundang tatapan bertanya Sera.
"Dia kenapa lagi?" Sera yang di sayap kanan pada ruangan menatap lelaki itu aneh. Jeno melirik sekejap.
"Entahlah. Bukankah kau harusnya tau?" Jeno meregangkan tubuhnya, ia berbaring dengan kaki tertekuk.
"Yah, aku seharunya yang paling tau tiap-tiap. Tapi akhir-akhir ini sedikit sulit. Entahlah, ada satu kasus yang menarik perhatian ku," ujarnya melirik Johnny yang masih sibuk memain ponsel.
-
-
-Jesa menatap orang yang sama kini menatapnya dengan pistol di tangan. Jesa memundurkan langkahnya dengan tubuh yang masih terduduk.
"Ini akan lama. Apa harus menunggu Jaehyun untuk melihat mu?" Jesa menggelengkan. Di situs ini ia malah tidak bisa bergerak dan merasakan sakit di dada.
Lelaki itu semakin mendekatkan kakinya dan Jesa tidak bisa berdiri kembali.
"Aku tidak akan membuat ini lama. Tapi silahkan menerima karma untuk kesalahan mu sendiri."
"T-Tolong." Jesa merancau takut, traumanya kembali terulang, mata dan suara, bahkan pergerakannya seperti video yang tersimpan di memorinya.
Sekejap lelaki itu terkekeh di balik masker yang meredam suara. "Aku tidak akan menyakiti mu. Hanya saja aku ingin semuanya berakhir dan bebas."
"Kau ingin apa?" Suara Jesa semakin bergetar, matanya memerah dengan air yang mengalir.
"Kebebasan."
Lelaki itu menunduk sejenak. Ia menatap cincin tunangan yang ia kaitkan pada jari manisnya. Sontak Jesa ketakutan saat tangannya di tarik.
Satu benda kecil dengan ukiran nama Eun Daru. Jesa mengerutkan keningnya.
"Bawa ini dan samakan dengan cincin yang Aru gunakan. Jika kau punya keberanian ambil saja." Dan lelaki itu pergi. Jesa menghempaskan tubuhnya pada pagar. Dadanya bergerak cepat, atmosfer buruk betul-betul menyakitinya.
Pada akhirnya ia sadar, jika ia melupakan soal hubungan itu.
-
-
-Johnny menatap Jaemin yang baru tiba. Rambut lelaki itu terlihat basah dan penuh pelu. Bahkan wajahnya penuh dengan luka yang membiru.
"Misi lagi?" tanya Sera dan lelaki itu mengangguk.
"Aku tidak bisa menjenguk mu lebih lama." Dan tiba-tiba satu suster datang, Sera sempat menghubungi suster untuk membersikan luka lelaki itu.
"Kau banyak terluka." Dan Johnny tersenyum canggung.
"Aku rasa aku mengalami teror," ujar Johnny mengangkat ponselnya memperlihatkan hal-hal mengerikkan yang terjadi pada mansion yang baru ia tinggal beberapa hari.
"Teror?"
"Ini sudah berlangsung lama. Tapi aku tidak terganggu dan kali ini memusingkan." Sera menatap senduh Johnny.
"Walaupun kau menjengkelkan, tapi sakit sekali melihat mu lemah," ujarnya dari hati. Johnny terkekeh, dan Jeno menarik ponselnya.
"Misi mu selesai? Apa kasusnya?" Jeno yang baru keluar dari toilet menghampiri temannya itu yang sudah terduduk di sofa dengan suster mengobatinya.
"Teroris." Jeno mangut ia merebahkan kepalanya pada sofa panjang.
"Aku ingin kembali bekerja," gumam Jeno membuat semuannya menoleh, bahkan uster sudah pergi lebih dulu.
"Itu tidak mungkin," jawab Jaemin membuat Jeno menghelah napas.
"Apa Jaehyun belum kembali lagi?" Jeno melirik Sera yang sudah duduk di kursi depan Jaemin.
"Belum."
"Kemana dia?" Tanya Jaemin yang sadar lelaki itu tidak ada, seingatnya Jaehyun ada saat ia pergi.
"Jesa menghubunginya, tapi tidak tau kenapa." Perlahan ucapan itu membuat Johnny tersenyum, dan cepat atau lambat Sera akan membiarkan Jaehyun.
-
-
-Jaehyun datang saat Jesa menghubunginya kembali, gadis itu mengatakan jika tidak ada yang terjadi Jesa sendiri menyuruh Jaehyun untuk menemuinya di halte tepat pembatasan kota.
Lelaki itu segera memeluk Jesa yang terdiam, gadis itu mengeratkan pelukannya.
"Kau baik-baik saja?"
"Yah, i'm okey." Jujur yang Jesa inginkan saat ini adalah membicarakan kebenaran cincin. Tapi ia menahannya. Jesa rasa banyak yang harus ia ketahui lebih dulu, sebalum memusatkan pertanyaannya pada Jaehyun.
"Aku ingin pulang saja."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Quite Bitter✓
Fanfiction"Everything is just a blinding trick." And in the end they are stupid. Slightly Similar : Lost Space 2021 July²¹ ‼️𝗗𝗶𝗹𝗮𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗽𝗹𝗮𝗻𝗴𝗶𝗮𝘁! 𝗣𝗹𝗲𝗮𝘀𝗲 𝗱𝗼𝗻'𝘁 𝗰𝗼𝗺𝗺𝗶𝘁 𝗰𝗿𝗶𝗺𝗶𝗻𝗮𝗹 𝗮𝗰𝘁𝘀 𝗶𝗻 𝗰𝗼𝗽𝘆𝗿𝗶𝗴𝗵𝘁 • 𝐎𝐫𝐢𝐠𝐢�...