10. Hidden humiliation

62 8 0
                                    

Jangan lupa vote komen! Akhir-akhir ini aku ada banyak schedule. Jadi, nggak bisa update sementara.

Happy reading!



Jaehyun menatap Ayah Aru yang sudah sadar, dan gadis itu hanya terduduk di sudut ruangan dengan kepala menunduk. Jaehyun tersenyum tipis saat Dohwan menatapnya dengan mata sayu.

"Sayang sekali Ayah mu tidak ada. Paman, hanya ingin pernikahan kalian tetap berjalan tanpa memikirkan ku. Lusa kalian harus menikah. Aku akan cepat sembuh, sekalipun tidak, kalian harus menikah. Ini perjanjian mendiang Ayah mu, Jae. Paman, hanya ingin mengabulkannya. Dan jika pun paman tiada-"

"Ayah?" Aru menjedah tidak terima, namun pria itu tersenyum dan menyuruhnya mendekat.

Ia tarik tangan Jaehyun dan Aru untuk bersama. "Aku akan tetap menikahkan kalian, sekalipun aku akan mati nantinya." Dan tuntas mengatakan hal itu Sera datang membuat Aru merotasikan matanya.

"Tidak, Jaehyun tidak boleh menikah." Dohwan menatap dengan wajah terkekeh.

"Memangnya apa yang kakak mu dapatkan jika kau bersama, Jaehyun? Bukankah dia tidak suka kau dengan, Jaehyun bersama?" Sera terdiam dan menatap tajam, ia megangkat jari tengahnya.

"Fuck! Old man!"

Jaehyun memejamkan matanya. Johnny sudah nyaris ketawa, Jeno yang memang mengekor sejak awal sudah ketawa puas, tapi Jaemin menyikut pingganggnya tanpa dihiraukan.

Aru dan Yuta hanya diam dengan perasaan tidak menentu.

-
-
-

Jesa dan Jaehyun kembali bertemu. lelaki itu menemuinya di depan kantor seperti biasa, dan benar saja, Jeno berlari di belakangnya dengan Jaemin yang panik. Jesa yang melihat itu terkekeh dengan raut panik Jaemin. tak lupa Jaehyun memukul pundak Jeno kuat membuat Jeno merotasikan matanya malas.

"Hati-hati, kau akan jatuh. Sudah seperti bocah saja." Dan Jeno tersenyum tipis ia menatap Jesa dengan alis yang terangkat.

"Antar aku pulang."

"Kau bisa bersama, Jaemin." Namun Jeno menolak keras membuat Jesa meminta Jaehyun untuk ikut bersama. Dan kini di mobil Jaehyun hanya ada mereka bertiga, sebab Jaemin tidak ikut.

Jaemin yang melihat kepergian mobil itu meraih ponselnya yang berdering.

"Apa?" Raut wajahnya seketika menjadi dingin menatap orang-orang yang berlalu.

'Dia punya rencana baru.' Jaemin mengeratkan jemarinya cukup kuat

"Shitt, cari yang baru."

-

-

-

Dari kejauhan Chenle memandang lurus, bersamaan itu mobil berlalu cepat dan tak terasa mobil lewat membuatnya terkejut atas kehadiran Jaemin.

"Kau baru pulang bekerja?" Chenle mengangguk, ia tidak tau sejak kapan lelaki yang ia perhatikan menghampirinya.

"Aku akan naik bus lima. Kau menggunakan bus berapa?" Jaemin menatap lurus walau bibirnya masih mengajak Chenle berbincang ringan.

"Lima," jawabnya canggung, Chenle meraih ponselnya untuk sekedar melihat jarum jam.

Dan tiba-tiba Jaemin menepuk pundaknya membuat Chenle tersedak.

"Aku pergi." Chenle mengerutkan keningnya, padahal ia baru melihat jam dan bus lima akan datang dalam lima menit tapi sepertinya Jaemin menolak pernyataan untuk menunggu.

"Aku lupa kalau bawa mobil." Jaemin terkekeh dan itu membuat Chenle ikut terkesan. Selepas berpamitan Jaemin menepuk pundak Chenle dan segera pergi.

"He's a good man."

-

-

-

Malam menerawang dengan bulan yang tampak indah dari biasanya. The moon is right and clear.

Di taman belakang dengan wangian dari mawar tertanam begitu sejuk dengan angin malamnya berhembus.
Johnny berdiri di dekat kolam renang dengan ponsel di tangan.

Lelaki itu memasukkan tangan satunya di balik saku, mata jenih dan tegasnya menatap lurus begitu sulit diartikan.

"Apa, Tuan Jaejoong baik saja?"

Jaehyun yang berada di belakang tidak sengaja menguping, sontak melayangkan pukulan hingga ponsel itu terjatuh ke dalam kolam.

"Apa-apaan, Jae?" Johnny tidak marah ia hanya terkejut, tapi tiba-tiba ia terkekeh.

"Ada apa dengan mendiang Ayah ku?" Tanya lelaki itu dengan raut tajam, bahkan nadanya terdengar tidak sabaran. Johnny menghela napas lalu menepuk bahu Jaehyun, tapi segera lelaki itu tepis.

"Aku hanya memastikan semua datanya bersih. Aku akan membesarkan perusahaan Ryu di dubai."

Jaehyun menaikkan sebel alisnya, lelaki itu mendekat dan mendorong bahu Johnny menggunakan jari telunjuknya.

"Ryu corporation milik ku. Kenapa harus kau yang menanganinya."

"Jika kau yang mengurus apa kau mau turun langsung ke Dubai?" Johnny jelas tau, ia dekat dengan Jaejoong dan paham kenapa Jaehyun tidak ingin turun langsung ke Dubai, tempat kelahirannya.

"Aku yakin tidak. Dia tidak mungkin meninggalkan kekasihnya." Jeno yang menjawab sudah menuangkan soju ke gelas berkaki. Dann Jaehyun terdiam dengan emosi yang menggebu.

Bruk!!

Tiba-tiba Sehun datang menghajar Jaehyun. Jeno yang di sudut ruangan hanya diam menikmati. dan Johnny sudah mendorong keduannya terpaksa merelaka.

"Bajingan, kau apa-apaan sampai ikut campur dalam bisnis ku?" Sehun mendorong seseorang dalam ikatan yang membuat Jaehyun dan Johnny terkejut, sedangkan Jeno hanya diam menatap dingin.

"Bajingan, sudah ku katakan aku menjalankan bisnis di divisi dua, dia memberikan ku surat bertanda tangan Direktur, sebab itu aku ke sana!" Jerit Doyoung hampir prustasi, wajah lelaki itu penuh lebab yang membengkak, bahkan darah menetes dari lengannya.

"Seulgi. Dia yang menjebaku dan katanya itu perintah, Johnny. Dan aku mengikuti ajakannya untuk ke Dubai. Tapi aku tidak tau jika Brengsek ini ada di sana, dan sialnya kau menangkap ku." Doyoung berdesit menatap Sehun tajam dan Jaehyun mengeratkan jemarinya.

"Kapan kau ke Dubai?"

"Tiga hari lalu, kau menyuruh ku menggantikan, Tuan Dohwan yang ada halangan datang." Jaehyun berpikir dengan memorinya, jika begitu sehari saat Dohwan mengalami kecelakaan...

Jaehyun memejamkan matanya, ia ingin pergi, tapi Sehun menodongkan pistol begitu cepat

"Jaehyun, aku tidak akan diam kali ini kau sudah banyak melangkah."

TBC

Makasih sudah nunggu....

Quite Bitter✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang